BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Medis
1.
Bayi
Baru Lahir
a.
Pengertian BBL
BBL
fisiologis adalah bayi yang
lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. (Depkes
RI, 2007).
BBL
adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran (Saifuddin,
2009).
Masa
neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1
bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonates
lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, WN, 2010).
b.
Fisiologis Bayi Baru Lahir
c.
Adaptasi Fisiologi BBL
Muslihatun, WN 2010 menyatakan bahwa
adaptasi neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga homeostasis. Adaptasi segera setelah lahir
meliputi:
1)
Sistem
pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik),
penurunan tekanan O2 dan kenaikan tekanan CO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan
dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik)
dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik
nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal,
sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
2)
Suhu
tubuh
Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari BBL ke lingkungannya, yaitu:
a)
Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung).
b)
Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu
udara).
c)
Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya
ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai
suhu berbeda).
d)
Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung tergantung
kepada kecepatan dan kelembaban udara
(perpindahan panas denganmerubah cairan menjadi uap).
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
3)
Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi
baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapatkan susu kurang lebih pada hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi bayi
60% didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
4)
Peredaran
darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale (lubang vetal yang hanya untuk sementara
ada di dalam septum interatrial) secara fungsional.
Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran
oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik
serta disebabkan oleh rangsangan biokimia (tekanan O2yang naik) dan
duktus arteriosus berobliterasi. Kejadian-kejadian ini terjadi pada hari
pertama kehidupan bayi baru lahir.
5)
Keseimbangan
air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air
dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, serta renal blood flow relatif
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
6)
Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum
tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga
fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada bayi baru lahir hanya
terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta
karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta, reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibodi gamma A, G dan M
7)
Traktus
digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih
panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus
mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida
dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan
dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam
traktus digestivus sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.
8)
Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia
dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan
glikogen. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
9)
Keseimbangan
asam basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah,
karena glikolisis anaerobik. Dalam waktu 24 jam neonatus telah mengkompensasi
asidosis ini.
d.
Diagnosis BBL
Menurut
Direktorat Kesehatan Khusus Anak tahun 2013, tanda tanda bayi baru lahir yang
sehat adalah sebagai berikut:
1)
Berat badan bayi
2500-4000 gram
2)
Umur kehamilan 37-40
minggu
3)
Bayi segera menangis
4)
Bergerak aktif, kulit
kemerahan
5)
Mengisap ASI dengan
baik
6)
Tidak ada cacat bawaan
Ciri-ciri BBL normal menurut Dewi, VNL 2011 adalah:
1)
Lahir aterm antara
37-42 minggu
2)
Berat badan 2.500-4.000
gram
3)
Panjang badan 48-52 cm
4)
Lingkar dada 30-33 cm
5)
Lingkar kepala 33-35 cm
6)
Lingkar lengan 11-12 cm
7)
Frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit
8)
Pernapasan ±
40-60x/menit
9)
Kulit kemerah-merahan,licin karena jaringan
subkutan yang cukup.
10) Rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanyatelah sempurna.
11) Kuku
agak panjang dan lemas.
12) Nilai
APGAR > 7.
13) Gerak
aktif
14) Bayi
lahir langsung menangis kuat
15) Refleks
rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah
mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16) Refleks
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
17) Refleks
morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
18) Refleks
grasping (menggenggam) sudah baik
19) Genetalia
a)
Pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang
berlubang
b)
Pada perempuan kematangan
tandai dengan vagina,
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
e.
Periode Perkembangan
Tahapan BBL menurut Dewi, VNL 2011 adalah:
1)
Tahap I yaitu terjadi
segera setelah lahir, selama menit - menit pertama kelahiran. Pada tahap ini
digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi
bayi dan ibu.
2)
Tahap II yaitu disebut
dengan tahap transisional reaktivitas. Pada tahap ini dilakukan pengkajian
selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3)
Tahap III yaitu disebut
tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh
f.
Sistem APGAR
Tabel2.7 APGAR Score
Tanda
|
Nilai
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Appearance
(Warna kulit)
|
Biru/pucat
|
Tubuh
kemerahan, ekstremitas biru
|
Seluruh
tubuh kemerahan
|
Pulse
(Frekuensi jantung)
|
Tidak
ada
|
Lambat
<
100/menit
|
>
100/menit
|
Grimace
(tonus
otot)
|
Tidak
ada
|
Gerakan
sedikit
|
Gerakan
kuat/ melawan
|
Activity
(Aktivitas)
|
Lumpuh/
lemah
|
Ekstremitas
fleksi
|
Menangis
kuat
|
Respiration
(Usaha napas)
|
Tidak
ada
|
Lambat,
tidak teratur
|
Menangis
kuat
|
Sumber:
Dewi, VNL, 2011
Interpretasi :
Nilai 1 – 3: asfiksia
berat
Nilai 4 – 6 : asfiksia
sedang
Nilai7 – 10 : asfiksia
ringan (normal)
g.
Interpretasi Skala New Ballad
Sistem
penilaian ini dilakukan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui
penilaian neuromuskular dan fisik.
Tabel 2.8 Format Pengkajian Skala New Ballard
Tanda
|
Skor
|
Jml
|
||||||
-1
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Kulit
|
Lengket, rapuh, transparan
|
Seperti gelatin, merah, tembus
pandang
|
Licin, merah muda, vena mulai
tampak
|
Permukaan terkelupas dan/ ruam,
beberapa vena tampak
|
Pecah-pecah, area pucat, vena
mulai tidak tampak
|
Seperti kertas dari kulit, pecah-pecah
semakin dalam, vena tidak tampak
|
Kulit kasar, pecah –pecah
|
|
Lanugo
|
Tidak ada
|
Tipis
|
Banyak
|
Tipis
|
Area mulai botak
|
Hampir seluruhnya botak
|
|
|
Permukaan
plantar
|
Tumit-ibu jari
40-50mm: -1 <40mm: -2 |
>50 mm
tidak berlipat-lipat |
Merah redup
|
Lipatan hanya pada anterior
transversal
|
Berlipat-lipat ant. 2/3
|
Lipatan hampir di seluruh telapak
kaki
|
|
|
Payudara
|
Tidak tampak
|
Sedikit tampak
|
Areola mendatar, puting belum
muncul
|
Areola berbintik, puting menonjol
1-2 mm |
Areola mulai tampak, puting
menonjol 3-4 mm
|
Areola penuh, puting menonjol
5-10 mm |
|
|
Mata/telinga
|
Pelupuk mata menutup
longgar: -1 rapat: -2 |
Pelupuk mata terbuka, pina
mendatar, tetap tlipat
|
Pina sedikit meleng-kung, halus,
daya renggang lambat
|
Pina melengkung, baik, lembut
tapi siap meragang
|
Pina telah terbentuk dan padat,
segera kembali
|
Kartilago tebal, telinga mulai
kaku
|
|
|
Genetalia
laki-laki
|
Skrotum kosong, halus
|
Skrotum kosong, ruga pucat
|
Testis terletak di kanal atas,
ruga jarang
|
Testis turun, ruga tampak
beberapa
|
Testis telah turun, ruga baik
|
Testis mulai menggantung, ruga
dalam
|
|
|
Genetalia
Perempuan
|
Klitoris menonjol, labia mendatar
|
Klitoris menonjol, labia minora
kecil
|
Klitoris menonjo, labia minora
membesar
|
Labia mayora dan minora menonjol
|
Labia mayora membesar, labia
minora mengecil
|
Labia mayora menutupi klitoris
dan labia minora
|
|
|
TOTAL SKOR
|
Sumber:
Varney 2008
Tabel 2.7 Perangkat maturitas
SKOR
|
MINGGU
|
-10
|
20
|
-5
|
22
|
0
|
24
|
5
|
26
|
10
|
28
|
15
|
30
|
20
|
32
|
25
|
34
|
30
|
36
|
35
|
38
|
40
|
40
|
45
|
42
|
50
|
44
|
Sumber: Varney, 2010
Skala
New Ballard digunakan untuk melakukan pengkajian gestasi BBL
(Varney,
2008).
h.
Kebutuhan Dasar
Asuhan
yang diberikan kepada bati baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat
Kesehatan Anak Khusus 2013).
1)
Pencegahan Infeksi
BBL
sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi
mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat
setelah lahir. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
a)
Persiapan diri
Cuci
tangan dengan seksama kemudian keringkan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
bayi serta memakai sarung tangan bersih ada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
b)
Persiapan alat
Pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting, alat-alat
resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap yang baru dan bersih jika akan
melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut. Dekontaminasi dan cuci semua
alat setiap kali setelah digunakan.
c)
Persiapan tempat
Gunakan
ruangan yang hangat dan teran, siapkan tempat yang bersih, kering dan hangat
dan sebaiknya berada dekat pemancar panas, tidak berangin, jendela tertutup.
2)
Penilaian Awal
Untuk
semua BBL lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan
a)
Apakah kehamilan cukup
bulan?
b)
Apakah air ketuban
jernih, tidak bercampur mekonium?
c)
Apakah bayi mengangis/
tidak megap-megap?
d)
Apakah tonus otot bayi
baik/bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat
dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian keputusan
serta alternative tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL.
Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau
bernapas spontan dan bergerak aktif, cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (<37 minggu)
atau bayi lebih bulan (>42 minggu) dan air ketuban bercampur mekonium dan
tidak bernapas atau megap-megap serta tonus otot tidak baik lakukan manajemen
BBL dengan asfiksia.
Persiapan
|
PENILAIAN
1. Apakah
kehamilan cukup bulan
2. Apakah
air ketuban jernih dan tidak tercampur mekonium
3. Apakah
bayi menangis kuat/ tidak megap-megap
4. Apakah
tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif
|
Ø
Bayi
cukup bulan
Ø
Ketuban
jernih
Ø
Bayi
menangis/ bernapas
Ø
Tonus
otot baik/ bergerak aktif
|
Manajemen bayi baru lahir normal
|
Manajemen bayi baru lahir dengan
asfixia
|
Ø
Bayi
tidak cukup bulan
Ø
Ketuban
bercampur mekonium
Ø
Bayi
megap megap atau tidak bernapas
Ø
Tonus otot tidak baik/ bayi lemas
|
3)
Manajemen bayi baru
lahir normal
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak tercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernapas tidak
megap megap
4.
Tonus
otot bayi baik/ bergerak aktif
|
Asuhan Bayi Baru Lahir
|
1.
Jaga
kehangatan
2.
Bersihkan
ajlaan napas jika perlu
3.
Keringkan
tubuh bayi
4.
Pemantauan
tanda bahaya
5.
Klem,
potong dan ikat tali pusat kira-kira 2 menit setelah lahir
6.
Lakukan
inisiasi menyusu dini
7.
Berikan
suntikan Vit K 1 mg intramuskuler
8.
Beri
salep mata
9.
Pemeriksaan
fisik
10.
Beri
imunisasi HB 0 0,5 CC
|
Dalam melaksanakan manajemen BBL
normal, perhatikan hal-hal berikut:
a)
Dukung ibu untuk
menunggu bayi meraih puting susu dan menyusu secara mandiri. Jangan memberikan
dot atau makanan sebelum bayi berhasil menyusu.
b)
Lakukan pemantauan
tanda bahaya pada bayi
(1) Tidak
dapat menetek.
(2) Kejang.
(3) Bayi
bergerak hanya jika dirangsang.
(4) Kecepatan
napas >60x/menit.
(5) Tarikan
dinding dada bawah yang dalam.
(6) Merintih.
(7) Sianosis
sentral
4)
Pencegahan kehilangan
panas
Saat
lahir, mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh, maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia beresiko
mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walau berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir
rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
BBL
dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara cara berikut:
a)
Evaporasi
Evaporasi
adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika saat lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas
juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b)
Konduksi
Konduksi
adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c)
Konveksi
Konveksi
adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau dotempatkan didalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika ada aliran udara dingin dari ipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/ pendingin ruangan.
d)
Radiasi
Radiasi
adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang memounyai suhu lebih rendah dari suhu bayi. Bayi dapat
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Gambar 2.6 Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi Baru
Lahir
5)
Mencegah Kehilangan
Panas.
a)
Keringkan tubuh bayi
tanpa membersihkan verniks.
Keringkan
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
Ganti handuk yang basak dengan handuk/ kain yang kering, biarkan bayi berada
diatas perut ibu.
b)
Letakkan bayi didada
ibu agarkontak kulit ibu dengan bayi.
Letakkan
bayi tengkurap didada ibu. Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel
didada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
c)
Selimuti ibu dan bayi
pasang topi dikepala bayi.
Selimuti
tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi. Bagian
kepala bayi yang memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d)
Jangan segera menimbang
atau memandikan bayi baru lahir.
Lakukan
penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu kekulit bayi dan bayi selesai
menyusu karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian). Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih yang kering. Berat bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu
tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan
abyi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
6)
Praktik memandikan bayi
yang dianjurkan
a)
Tunggu minimal 6 jam
setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfixia.
Hipotermia atau BBLR).
b)
Sebelum memandikan,
pastikan bahwa suhu bayi stabil (suhu aksila 36,50C-37,50C).
Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh
bayi secraa longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya ditempat
tidur atau lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan selimuti keduanya.
Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu paling
sedikit 1 jam.
c)
Tunda untuk memandikan
bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan.
d)
Sebelum bayi
dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan
handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain
atau selimut yang bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
e)
Mandikan bayi secara
cepat dengan air bersih dan hangat.
f)
Segera keringkan bayi
dengan
menggunakan handuk bersih.
g)
Ganti handuk yang basah
dengan selimut yang versih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara
longgar. Pastikan kepala bayi diselimuti dengan baik.
h)
Bayi dapat diletakkan
bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan baik.
i)
Usahakan ibu dan bayi
dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui
bayinya.
7)
Merawat tali pusat
a)
Memotong dan mengikat
tali pusat
(1) Klem,
potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Protokol untuk
penyuntikkan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
(2)
Lakukan penjepitan ke-1
tali pusat dengan klem 3 cm dari dinding perut. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1.
(3)
Pegang tali pusat
diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landaan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua kelm
tersebut dengan menggunakan gunting tali pusat DTT/steril.
(4)
Ikat tali pusat dengan
benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
(5)
Lepaskan klem tali puat
dan masukkan kedalam larutan chlorin
0,5%.
(6)
Letakkan bayi tengkurap
didada ibu untuk IMD.
8)
Nasehat untuk merawat
tali pusat
a)
Jangan membungkus
puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali
pusat.
b)
Berikan nasehat pada
ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
(1)
Lipat popok dibawah
puntung tali pusat.
(2)
Jika puntung tali pusat
kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun serta segera keringkan secara bersama
sama menggunakan kain bersih.
9)
Inisiasi Menyusui Dini
Setelah
bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap didada ibu,
kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melakukan proses IMD. Langkah IMD pada
persalinan normal:
a)
Suami atau keluarga
dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin.
b)
Bayi lahir segera
dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan verniks.
c)
Bila bayi tidak
memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya
diselimuti dan bayi diberi topi.
d)
Ibu dianjurkan
merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi mencari puting susu ibu.
e)
Ibu didukung dan
dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
f)
Biarkan kulit bayi
bersentuhan dengan ibu minima 1 jam. Bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam
biarkan bayi berada didada ibu sampai 1 jam.
g)
Jika bayi belum
mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan
puting susu ibu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kontak kulit ibu selama 30
menit atau 1jam berikutnya.
10) Pencegahan
perdarahan
Karena
sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum semurna maka semua bayi akan
beresiko mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau
susu formula atau usia kehamilan dan berat badan saat lahir. Perdarahan bisa
ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca
imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian diatas maka
pada semua bayi baru lahir, apalagi bayi berat lahir rendah (BBLR) diberikan
suntikan Vit-K sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral
paha kiri. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vit K1 yaitu ampul yang
sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
Departemen
KesehatanRepublikIndonesia (2008) memberikanrekomendasipemberian profilaksis
vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut :
a)
SemuabayibarulahirharusmendapatprofilaksisvitaminK1, tanpamemandang umur kehamilan dan berat
badan lahir.
b)
Jenis vitamin K yang
digunakan adalah vitamin K1.
c)
Cara pemberian vitamin K1 adalah
secara intramuscular/ oral.
d)
Dosis yang diberikan untuk
semua bayi baru lahir adalahintramuscular 1 mg dosis tunggal, atau oral 3 kali
@ 2 mg, diberikan pada waktu lahir,umur 3-7 hari dan saat berumur 1-2 bulan.
e)
Untuk bayi yang lahir
ditolong oleh dukun maka diwajibkan pemberianprofilaksis vitamin K1 secara
oral.
f)
Kebijakan ini harus
dikoordinasikan bersama Direktorat PelayananFarmasidanPeralatandalampenyediaanvitaminK1dosisinjeksi2mg/ml/ampul,
vitamin K1 dosis 2 mg/tablet, yang dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau
kelipatannya.
g)
Profilaksis vitamin K1 pada
bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional.
Cara
pemberian vitamin K1 secara intramuskular lebih disukai karena :
a)
Absorpsi vitamin K1 oral
tidak sebaik vitamin K1 intramuskular.
b)
Pemberian vitamin K1 oral
kurang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
c)
Absorpsi oral yang tidak
adekuat atau adanya regurgitasi.
11) Pencegahan
Infeksi Mata
Salep
atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses
IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir pencegahan infeksi
mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep
mata antibiotik
a)
Cuci tangan (gunakan
sabun dan air mengalir) kemudian keringkan.
b)
Jelaskan kepada
keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
c)
Tarik kelopak mata
bagian bawah kearah bawah.
d)
Berikan salep mata dalam
satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju kebagian luar mata atau tetes mata.
e)
Ujung tabung salep mata
atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
f)
Jangan megusap salep
dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut.
12) Pemberian
Imunisasi
Imunisasi
Hepatitis B pertama HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit-K1 secara
intramuskuler. Imunisasi HB 0 bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi
baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada saat
persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk
mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi HB 0 sejak dini.
Penderita
Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B
didalam tubuhnya sebagai carier (pembawa) hepatitis. Resiko penderita Hepatitis
B untuk emnajdi carier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi
pada bayi baru lahir, maka resiko menjadi carier 90%, sedangkan yang terinfeksi
umur dewasa resiko menjadi carier 5-10%.Imunisasi HB 0 harus diberikan pada
bayi umur 0-7 hari karena
;
a)
Sebagian ibu hamil
merupakan carier Hepatitis B.
b)
Hampir separuh bayi
dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus.
c)
Penularan pada saat
lahir hampir selurihnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian
dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer.
d)
Imunisasi HB sedini
mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.
13) Pemberian
Identitas
Semua
bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal
berupa gelang yang dikarenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari
tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal
berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin.
Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam
medis kelahiran.
14) Anamnesis
dan pemeriksaan fisik
Hari
pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi
dalam menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan ekstrauteri.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL pda 24 jam pertama kehidupan.
Sehingga jika bayi lahit di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam.
a)
Waktu pemeriksaan BBL
(1) Setelah
lahir saat bayi stabil
(2) Pada
usia 6-48 jam
(3) Pada
usia 3-7 hari
(4) Pada
usia 8-28 hari
b)
Persiapan Alat dan
Tempat
(1) Lampu
yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
(2) Air
bersih, sabun, handuk kering dan hangat.
(3) Sarung
tangan bersih.
(4) Kain
bersih.
(5) Stetoskop.
(6) Jam.
(7) Termometer.
(8) Timbangan
bayi.
(9) Pengukur
panjang bayi.
(10) Pengukur
lingkar kepala.
(11) Tempat yang datar, bersih, kering, hangat dan
terang.
c)
Persiapan diri
(1) Sebelum
memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan lap bersih dan kering atau dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan
anda masih basah dan dingin.
(2) Gunakan
sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada darah seperti tali
pusat atau memasukkan tangan kedalam tubuh bayi.
(3) Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah pemeriksaan kemudian
keringkan.
(4) Tidak
perlu menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya
bagian yang akan diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah
kehilangan panas.
d)
Anamnesis
Tanyakan
pada ibu atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:
(1)
Keluhan tentang bayinya
(2)
Penyakit ibu yang
mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD, Hepatitis B,
Siphilis, HIV/AIDS)
(3)
Cara, waktu, tempat
bersalin, kondisi bayi saat lahir
(4)
Warna air ketuban
(5)
Frekuensi bayi menyusu
dan menghisap
e)
Pemeriksaan fisik
Prinsip pemeriksaan
fisik
(1) Pemeriksaan
dilakukan dalam keadaan bayi tenang.
(2) Pemeriksaan
tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada
kedalam, denyut jantung serta perut.
Tabel 2.10 Pemeriksaan Fisik pada BBL
Pemeriksaan
Fisik yang Dilakukan
|
Keadaan
Normal
|
|
1.
|
Lihat
postur, tonus dan aktivitas
|
1.
Posisi tungkai dan
tangan fleksi
2.
Bayi sehat akan
bergerak aktif
|
2.
|
Lihat
kulit
|
1.
Wajah, bibir dan
selaput lendir, dada harus berwarna merah muda
|
3.
|
Hitung
pernapasan dan lihat tarikan dinding dada kedalam ketika bayi sedang tidak
menangis
|
1.
Frekuensi napas
normal 40-60 kali/menit.
2.
Tidak ada tarikan
dinding dada kedalam yang kuat.
|
4.
|
Hitung
denyut jantung dengan meletakkan stetoskop didada kiri setinggi apeks kordis
|
1.
Frekuensi denyut
jantung normal 120-160x/menit.
|
5.
|
Lakukan
pengukuran suhu ketiak dengan termometer
|
1.
Suhu normal adalah
36,50C-37,50C
|
6.
|
Lihat
dan raba bagian kepala
|
1.
Bentuk kepala kadang
terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam.
2.
Ubun-ubun besar rata
atau tidak menonjol, dapat sedkit membonjol saat bayi menangis
|
7.
|
Lihat
mata
|
1.
Tidak adakotoran/secret
|
8.
|
Lihat
bagian dalam mulut. Masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan
ke dalam mulut, dan raba
|
1.
Bibir, gusi,
langit-langit utuh tidak ada bagian yang terbelah.
2.
Nilai kekuatan isap
bayi bayi akan menghisap kuat jari pemeriksa
|
9.
|
Lihat
dan raba perut
Lihat
tali pusat
|
1.
Perut bayi datar,
teraba lemas.
2.
Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat.
|
10.
|
Lihat
punggung dan raba tulang belakang
|
1.
Kulit terlihat utuh,
tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang.
|
11.
|
Lihat
ekstremitas
|
1.
Hitung jumlah jari
tangan dan kaki.
2.
Lihat apakah kaki
posisinya baik atau bengkok kedalam atau keluar.
3.
Lihat gerakan
ekstremitas simetris atau tidak
|
12.
|
Lihat
lubang anus
-
Hindari memasukkan
alat atau jari dalam memeriksa anus.
-
Tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah BAB
|
1.
Terlihat lubang anus
dan periksa apakah mekonium sudah keluar.
2.
Biasanya mekonium
keluar dalam 24 jam setelah lahir.
|
13.
|
Lihat
dan raba alat kelamin luar
-
Tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah BAK
|
1.
Bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan.
2.
Bayi laki-laki
terdapat lubang uretra pada ujung penis.
3.
Pastikan bayi sudah
BAK dalam 24 jam setelah lahir.
|
14.
|
Timbang
bayi
-
Timbang bayi dengan
menggunakan selimut, hasil dikurangi selimut
|
1.
Berat lahir 2500-4000
gr.
2.
Dalam minggu pertama,
berat bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2
minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya.
3.
Penurunan berat badan
maksimal untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10% untuk bayi kurang bulan
maksimal 15%
|
15.
|
Mengukur
panjang dan lingkar kepala bayi
|
1.
Panjang lahir normal
48-52 cm
2.
Lingkar kepala normal
33-37 cm
|
16.
|
Menilai
cara menyusui minta ibu untuk menyusui bayinya
|
1.
Kepala dan badan
dalam garis lurus, wajah menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ketubuhnya.
2.
Bibir bawah
melengkung keluar, sebagian besar areola berada didalam mulut bayi.
3.
Menghisap dalam dan
pelan kadang disertai berhenti sesaat.
|
Sumber: Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2013
2.
Bayi
dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
a.
Pengertian
Bayi
dengan berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang
bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006).
Pada tahun 1961, WHO mengganti
istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena
disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir adalah bayi prematur (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir (Prawirohardjo, 2006).
b.
Etiologi
Menurut
Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
BBLR, yaitu antara lain:
1)
Faktor Ibu
a)
Hipertensi
b)
Perokok
c)
Gizi buruk
d)
Riwayat kelahiran Prematur
sebelumnya
e)
Pendarahan antepartum
f)
Malnutrisi
g)
Hidraminon
h)
Umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
i)
Jarak dua kehamilan yang
terlalu dekat
j)
Infeksi dan trauma
k)
Faktor janin
2)
Faktor Janin
a)
Kehamilan ganda
b)
Kelainan kromosom
c)
Cacat bawaan
d)
Infeksi dalam kandungan
e)
Hidramnion
f)
Ketuban pecah dini
c.
Bentuk
Klinik
Menurut Saifuddin (2006),
bentuk klinik dari BBLR adalah:
1)
Bayi berat lahir rendah
(BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
2)
Bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3)
Bayi berat lahir ekstrem
rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
d.
Gambaran
Klinik
Tampak
luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan.
Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik
untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006):
1)
Berat badan lahir sama
dengan atau kurang dari 2500 gram
2)
Panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm
3)
Lingkar dada kurang dari 30
cm
4)
Lingkar kepala kurang dari
33 cm
5)
Umur kehamilan kurang dari
37 minggu
6)
Kepala relatif lebih besar
dari badannya
7)
Kulit tipis
8)
Lanugonya banyak
9)
Lemak subkutan kurang
10)
Sering tampak peristaltik
usus
11)
Tangisnya lemah dan jarang
12)
Pernapasan tidak teratur
dan sering timbul apnea
13)
Refleks tonik-leher lemah
dan refleks moro positif
14)
Daya isap lemah
15)
Kulit mengkilat dan licin
e.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir
dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat,
misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat,
hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi
berat lahir rendah antara lain:
1)
Hipotermia
2)
Hipoglikemia
3)
Gangguan
cairan dan elektrolit
4)
Hiperbilirubinemia
5)
Sindraoma
gawat nafas
6)
Paten
duktus arteriosus
7)
Infeksi
8)
Pendarahan
intraventrikuler
f.
Penanganan BBLR
1)
Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia,
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2)
Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3)
Pengawasan nutrisi / ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4)
Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Prawirohardjo
2006).
g.
Pencegahan BBLR
Mengingat bahwa perawatan BBLR
sebagaimana yang kita ketahui dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa
rumah sakit rujukan di Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka
upaya pencegahan pada masa pra hamil dan masa hamil menjadi sangat penting.
Pada masa hamil perawatan antenatal
harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada maka
penatalaksanaannya yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang
memiliki kemampuan diagnostik lebih lengkap guna penelitian laboratorium,
sehingga terapi akan ditentukan dengan baik.
Adapun upaya-upaya lain yang dapat
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR :
1)
Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera
melakukan konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
2)
Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya persalinan dengan BBLR.
3)
Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.
4)
Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati
aterm, atau istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari
kehamilan normal.
h.
Penatalaksanaan
Mengingat
belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila
perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
zat besi (Winkjosastro, 2006).
1)
Mempertahankan suhu
Bayi
prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan
dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg
34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu inkubator
dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg
secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila
inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang lampu petromaks
didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok.
Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah
laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami
hipotermi, sebab itu suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat
(Sarwono, 2006).
Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi
agar tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya hiportermi, karena
tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat
pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya. Cara
paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan
mengendong bayi.
Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat mengalami hipotermi, kehilangan
panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat
(brown fat).
Bayi
prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi, karena pusat
pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relativ luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di
dalam indikator sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam
indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator tidak ada bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air
panas, sehingga panas badanya dapat dipertahankan.
2)
Penimbangan
Berat Badan
Perubahan
berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat
lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat
kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir
dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu
diteruskan (Winkjosastro, 2006).
3)
Makanan
bayi
Pada
bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung
masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping
itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar
berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia
pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap
air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka
pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) reflek menelan belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cepat (Sarwono, 2006).
Alat
pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 5 gram/kg/BB, dan kalori 110 kal/kg/BB.
Sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap
masih lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi lebih sering.
ASI
merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang paling penting diberikan
lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde lambung
menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg/BB/hari,
dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/hari.
Pertumbuhan
juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman
utama dan pertama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi
keutungan atau kelebihanya. Disarankan Bayi menyusu ASI ibunya sendiri,
terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang cocok untuknya, karena
didalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serta elektrolit
minimal, Refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah, untuk
itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau bila sangat
terpaksa dengan pipa lambung.
Susu
formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena
berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus atau bayi
kuning. Berat
badan rata-rata 2500-4000 gram kurang dari 2500 gram menunjukan kecil
untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi
harus diberikan infus.
4)
Mencegah
Infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena
daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR), dengan demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat
rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi (Sarwono, 2006).
5)
Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan MetodeKanguru
Kangaroo
Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru
(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga
meningkatkan lama dan pemberian ASI.
BAB II
TINJAUAN KASUS
7 LANGKAH VARNEY
BAB III
PENUTUP
A. Pembahasan
Setelah
penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada By. Ny. N di Rumah
Sakit sesuai
dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut 7 langkah Varney,dapat ditarik kesimpulan bahwa
pentingnya asuhan kebidanan yang
diberikan bidan terhadap bayi. Pembahasan ini dimaksudkan supaya bisa diambil
suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga
dapat digunakan sebagai tindak lanjut, dalam penerapan asuhan kebidanan yang
efektif dan efesien.
1.
Pengkajian
Pada langkah ini bidan
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data. Berisi
tanggal pengkajian, waktu pengkajian, dan nama pengkaji. Pengkajian terdiri
dari data subyektif dan data obyektif (Varney, 2006). Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir
rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur)
(Saifuddin, 2006). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
(Prawirohardjo, 2006).
Menurut
Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
BBLR, yaitu antara lain:
a.
Faktor Ibu
1)
Hipertensi
2)
Perokok
3)
Gizi buruk
4)
Riwayat
kelahiran Prematur sebelumnya
5)
Pendarahan
antepartum
6)
Malnutrisi
7)
Hidraminon
8)
Umur
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9)
Jarak
dua kehamilan yang terlalu dekat
10)
Infeksi
dan trauma
11)
Faktor janin
b.
Faktor Janin
1)
Kehamilan ganda
2)
Kelainan
kromosom
3)
Cacat
bawaan
4)
Infeksi
dalam kandungan
5)
Hidramnion
6)
Ketuban
pecah dini
Tampak
luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan.
Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik
untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006):
a.
Berat badan lahir sama dengan atau kurang
dari 2500 gram
b.
Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c.
Lingkar dada kurang dari 30 cm
d.
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f.
Kepala relatif lebih besar dari badannya
g.
Kulit tipis
h.
Lanugonya banyak
i.
Lemak subkutan kurang
j.
Sering tampak peristaltik usus
k.
Tangisnya lemah dan jarang
l.
Pernapasan tidak teratur dan sering timbul
apnea
m.
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro
positif
n.
Daya isap lemah
o.
Kulit mengkilat dan licin
Sedangkan pada data
subyektif By. Ny. N tidak ada.Data objektif didapatkan hasil bayi lahir spontan
pervaginam tanggal 16 mei 2016 pukul 22.23 wita ketuban jernih, A/S: 7/9, KU:
baik, segera menangis, bergerak aktif, BB: 2000 gram, PB: 43 cm, LK: 29 cm, LD:
28 cm, LP: 25 cm, TTV: N: 152 x/m, R: 48 x/m, T: 35,70C, Refleks:
moro (+), rooting (+), graps (+), sucking (+), tonic neck (+), tali pusat:
terbungkus kassa steril, mic/mec: -/+. Pemeriksaan penunjang lainnya GDS: 60
mg/dl.
Pada langkah ini
penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.Pada
teori karakteristik
untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006) mengatakan bahwa tangisnya
lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea, sedangkan
yang di lahan By. Ny. N menangis kuat, sering menangis, pernafasan teratur dan
tidak terdapat apneu.
2.
Interpretasi
Data
Muslihatun, WN 2010
menyatakan bahwa adaptasi neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Adaptasi segera setelah lahir
salah satunya suhu yang terdapat 4
mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari BBL ke lingkungannya, yaitu:
a.
Konduksi yakni panas
dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan
tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung).
b.
Konveksi yakni panas
hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas
yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
c.
Radiasi yakni panas
dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
d.
Evaporasi yakni
panas hilang melalui proses penguapan tergantung tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas denganmerubah
cairan menjadi uap). Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Kebutuhan
dasar ssuhan yang diberikan kepada bayi baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat
Kesehatan Anak Khusus 2013) yakni merawat tali pusat, inisiasi menyusui dini,
pencegahan perdarahan dan pencegahan infeksi mata ;
a. Merawat
Tali Pusat
1) Jangan
membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke
puntung tali pusat.
2) Berikan
nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat
popok dibawah puntung tali pusat.
b) Jika
puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun serta segera
keringkan secara bersama sama menggunakan kain bersih.
b.
Inisasi Menyusui Dini
Setelah
bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap didada ibu,
kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melakukan proses IMD.
c.
Pencegahan
Perdarahan
Karena
sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum semurna maka semua bayi akan
beresiko mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau
susu formula atau usia kehamilan dan berat badan saat lahir. Perdarahan bisa
ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca
imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian diatas maka
pada semua bayi baru lahir, apalagi bayi berat lahir rendah (BBLR) diberikan
suntikan Vit-K sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral
paha kiri. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vit K1 yaitu ampul yang sudah dibuka
tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
d.
Pencegahan
Infeksi Mata
Salep
atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses
IMD sebaiknya 1 jam setelah lahir dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik
tetrasiklin 1%.
Data yang
diperoleh dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu NKB, SMK
Usia 0 Hari, masalah pada bayi yakni hipotermi, kebutuhan dengan berikan
kehangatan bayi, penghisapan lendir, perawatan tali pusat, pemberian obat tetes
mata, injeksi vitamin K, injeksi engerix-B dan pemberian ASI.
Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
3.
Diagnosa
Potensial
Pada langkah ini
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi (Varney, 2008). Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir
dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat,
misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat,
hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2006).
Dalam kasus ini yang ditemukan di KBBL, telah
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga diagnose potensial yaknihipotermi
tidak terjadi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
4.
Antisipasi
dan Tindakan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu
maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. (Varney, 2008).
Pada langkah ini antisipasi pada
By. Ny. N adalah hangatkan bayi di couve penghangat.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
5.
Rencana
Asuhan
Rencana asuhan merupakan
kelanjutan, manajemen terhadap diagnose masalah, yang telah diidentifikasi dan informasi
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Asuhan
yang diberikan kepada bayi baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat
Kesehatan Anak Khusus 2013).
a. Pencegahan
Infeksi
BBL sangat
rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme
selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya
pencegahan infeksi berikut:
1) Persiapan
diri
Cuci tangan
dengan seksama kemudian keringkan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi
serta memakai sarung tangan bersih ada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
2)
Persiapan alat
Pastikan semua
peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi
dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi.
Gunakan bola karet penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir dengan alat tersebut. Dekontaminasi dan cuci semua alat
setiap kali setelah digunakan.
3) Persiapan
tempat
Gunakan ruangan yang
hangat dan teran, siapkan tempat yang bersih, kering dan hangat dan sebaiknya
berada dekat pemancar panas, tidak berangin, jendela tertutup.
b. Penilaian
Awal
Untuk semua BBL
lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
1) Apakah
kehamilan cukup bulan?
2) Apakah
air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
3) Apakah
bayi mengangis/ tidak megap-megap?
4) Apakah
tonus otot bayi baik/bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian keputusan serta alternative
tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup
bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan
dan bergerak aktif, cukup dilakukan manajemen BBL normal.
c.
Manajemen bayi baru lahir normal
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak tercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernapas tidak
megap megap
4.
Tonus otot
bayi baik/ bergerak aktif
|
Asuhan Bayi Baru Lahir
|
1.
Jaga
kehangatan
2.
Bersihkan
ajlaan napas jika perlu
3.
Keringkan
tubuh bayi
4.
Pemantauan
tanda bahaya
5.
Klem, potong
dan ikat tali pusat kira-kira 2 menit setelah lahir
6.
Lakukan
inisiasi menyusu dini
7.
Berikan
suntikan Vit K 1 mg intramuskuler
8.
Beri salep
mata
9.
Pemeriksaan
fisik
10.
Beri
imunisasi HB 0 0,5 CC
|
Dalam melaksanakan manajemen BBL normal,
perhatikan hal-hal berikut:
1)
Dukung ibu untuk menunggu bayi meraih
puting susu dan menyusu secara mandiri. Jangan memberikan dot atau makanan
sebelum bayi berhasil menyusu.
2)
Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi
a) Tidak
dapat menetek.
b) Kejang.
c) Bayi
bergerak hanya jika dirangsang.
d) Kecepatan
napas >60x/menit.
e) Tarikan
dinding dada bawah yang dalam.
f) Merintih.
g) Sianosis
sentral
d. Pencegahan
kehilangan panas
Saat
lahir, mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh, maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia beresiko
mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walau
berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah
juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
e. Mencegah
Kehilangan Panas.
1)
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan
verniks.
2) Letakkan
bayi didada ibu agarkontak kulit ibu dengan bayi.
3) Selimuti
ibu dan bayi pasang topi dikepala bayi.
4)
Jangan segera menimbang atau memandikan
bayi baru lahir.
f. Praktik
memandikan bayi yang dianjurkan
1) Tunggu
minimal 6 jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi
mengalami asfixia. Hipotermia atau BBLR).
2) Sebelum
memandikan, pastikan bahwa suhu bayi stabil (suhu aksila 36,50C-37,50C).
Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh
bayi secraa longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya ditempat
tidur atau lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan selimuti keduanya.
Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu paling
sedikit 1 jam.
3) Tunda
untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan.
4) Sebelum
bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin.
Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa
lembar kain atau selimut yang bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi
setelah dimandikan.
5) Mandikan
bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
6) Segera
keringkan bayi dengan
menggunakan handuk bersih.
7) Ganti
handuk yang basah dengan selimut yang versih dan kering, kemudian selimuti
tubuh bayi secara longgar. Pastikan kepala bayi diselimuti dengan baik.
8) Bayi
dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan baik.
9) Usahakan
ibu dan bayi dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya.
g. Merawat
tali pusat (memotong dan mengikat tali pusat)
1) Klem,
potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Protokol untuk
penyuntikkan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
2)
Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat
dengan klem 3 cm dari dinding perut. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan penjepitan
ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1.
3)
Pegang tali pusat diantara kedua klem
tersebut, satu tangan menjadi landaan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat diantara kedua kelm tersebut dengan menggunakan
gunting tali pusat DTT/steril.
4)
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau
steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5)
Lepaskan klem tali puat dan masukkan
kedalam larutan chlorin
0,5%.
6)
Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk
IMD.
h. Inisiasi
Menyusui Dini
1) Suami
atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin.
2) Bayi
lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan verniks.
3) Bila
bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya
diselimuti dan bayi diberi topi.
4) Ibu
dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi mencari puting susu
ibu.
5) Ibu
didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
6) Biarkan
kulit bayi bersentuhan dengan ibu minima 1 jam. Bila menyusu awal terjadi sebelum
1 jam biarkan bayi berada didada ibu sampai 1 jam.
7) Jika
bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat
dengan puting susu ibu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kontak kulit ibu
selama 30 menit atau 1jam berikutnya.
i.
Pencegahan perdarahan
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2008) memberikan rekomendasi pemberian profilaksis
vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1)
Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1, tanpa memandang umur kehamilan dan berat badan
lahir.
2)
Jenis vitamin K yang
digunakan adalah vitamin K1.
3)
Cara pemberian vitamin K1 adalah
secara intramuscular/ oral.
4)
Dosis yang diberikan untuk
semua bayi baru lahir adalahintramuscular 1 mg dosis tunggal, atau oral 3 kali
@ 2 mg, diberikan pada waktu lahir,umur 3-7 hari, saat berumur 1-2 bulan.
5)
Untuk bayi yang lahir
ditolong oleh dukun maka diwajibkan pemberian profilaksis vitamin K1 secara
oral.
6)
Kebijakan ini harus
dikoordinasikan bersama Direktorat
Pelayanan Farmasi dan Peralatan dalam penyediaan vitamin K1 dosis injeksi 2mg/ml/ampul,
vitamin K1 dosis 2 mg/tablet, yang dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau
kelipatannya.
7)
Profilaksis vitamin K1 pada
bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional.
j.
Pencegahan Infeksi Mata
1) Cuci
tangan (gunakan sabun, air mengalir) kemudian keringkan.
2) Jelaskan
kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
3) Tarik
kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
4) Berikan
salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata atau tetes mata.
5) Ujung
tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
6) Jangan
megusap salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat
tersebut.
k. Pemberian
Imunisasi
Imunisasi
Hepatitis B pertama HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit-K1 secara
intramuskuler. Imunisasi HB 0 bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi
baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada saat
persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk
mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi HB 0 sejak dini.
Penderita
Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B
didalam tubuhnya sebagai carier (pembawa) hepatitis. Resiko penderita Hepatitis
B untuk emnajdi carier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi
pada bayi baru lahir, maka resiko menjadi carier 90%, sedangkan yang terinfeksi
umur dewasa resiko menjadi carier 5-10%.Imunisasi HB 0 harus diberikan pada
bayi umur 0-7 hari.
l.
Pemberian Identitas
Semua
bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal
berupa gelang yang dikarenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari
tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal
berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin.
Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam
medis kelahiran.
m. Anamnesis
dan pemeriksaan fisik
Hari pertama
kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan ekstrauteri.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL pda 24 jam pertama kehidupan.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini adalahlakukan
pencegahan infeksi, lakukan penilaian, jaga bayi tetap hangat, bebaskan dan
bersihkan jalan nafas, lakukan pemeriksaan antopometri, lakukan RTP, anjurkan
ibu untuk memberikan ASI, kolaborasi dengan dr. Sp. A dalam pemberian terapi:
tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/ IM, Engerix B 0,5 ml/IM, dan
pemeriksaan GDS, lakukan identifikasi bayi, lakukan observasi KU bayi selama 6
jam.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
6.
Penatalaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Varney, 2008)
Pada kasus
pelaksanaan asuhan yang diberikanyakni melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci
tangan secara seksama sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, melakukan
penilaian dengan cara apakah bayi menangis kuat? apakah bayi bergerak aktif?, menjaga
bayi tetap hangat dengan memakaikan pakaian bayi, bebaskan dan bersihkan jalan
nafas dengan cara menghisap lendir menggunakan penghisap lendir steril, melakukan
pemeriksaan antopometri dengan mengukur BB, PB, LK, LD, LP TTV dan refleks, melakukan
RTP menggunakan kassa steril tidak diberi alcohol/ betadine, menganjurkan ibu
untuk memberikan ASI sesering mungkin, melakukan kolaborasi dengan dr. Sp. A
dalam pemberian terapi: tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/ IM,
Engerix B 0,5 ml/IM, dan melakukan observasi pemeriksaan GDS setiap 6 jam
sekali, melakukan identifikasi bayi dengan memberikan alat pengenal berupa
gelang, melakukan observasi KU bayi selama 6 jam.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
7.
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan
dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2008).
Pada kasusini dilakukan
perawatan selama 1 hari, By. Ny. N didapatkan hasil keadaan umum bayi baik,
menangis, akral hangat, bayi bergerak aktif, nadi teraba cukup kuat, NCH (-),
RET (-), sianosis (-), nafas spontan,
abdomen supel, muntah (-), kembung (-), tali pusat terbungkus kassa steril
(tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat), mic/mec +/+, tanda-tanda vital
dalam batas normal, telah diberikan tetes mata, vit.k, engerix-B, pemeriksaan
GDS menurun, namun tidak sampai diberi D5 dan BB terakhir: 1920 gram.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
8. Kesimpulan
Dari langkah 1-7
dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada By. Ny. N dapat disimpulkan bahwa pada data subyektif By. Ny. N tidak
ada. Data objektif didapatkan hasil bayi lahir spontan pervaginam tanggal 16
mei 2016 pukul 22.23 wita ketuban jernih, A/S: 7/9, KU: baik, menangis kuat,
bergerak aktif, BB: 2000 gram, PB: 47 cm, LK: 29 cm, LD: 28 cm, LP: 25 cm, TTV:
N: 152 x/m, R: 48 x/m, T: 35,70C, Refleks: moro (+), rooting (+),
graps (+), sucking (+), tonic neck (+), tali pusat: terbungkus kassa steril,
mic/mec: -/+. Pemeriksaan penunjang lainnya GDS: 60 mg/dl. Diinterpretasikan
menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan
diagnose kebidanan yaitu NKB, SMK Usia 0 Hari, masalah pada bayi yakni
hipotermi, kebutuhan dengan berikan kehangatan bayi, penghisapan lendir,
perawatan tali pusat, pemberian obat tetes mata, injeksi vitamin K, injeksi
Engerix-B dan pemberian ASI. Diagnose
potensial dalam kasus ini yakni hipotermi. Antisipasi dilakukanpada By. Ny. N
adalah hangatkan bayi di couve penghangat. Rencana asuhan yang diberikan
pada kasus ini adalah lakukan pencegahan infeksi, lakukan penilaian, jaga bayi
tetap hangat, bebaskan dan bersihkan jalan nafas, lakukan pemeriksaan
antopometri, lakukan RTP, anjurkan ibu untuk memberikan ASI, kolaborasi dengan
dr. Sp. A dalam pemberian terapi: tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/
IM, Engerix B 0,5 ml/IM, dan pemeriksaan GDS, lakukan identifikasi bayi,
lakukan observasi KU bayi selama 6 jam. Penatalaksanaan dilakukan dengan efesien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan. Evaluasi didapat setelah diberikan perawatan selama 1 hari, didapatkan
hasil keadaan umum bayi
baik, menangis, akral hangat, bayi bergerak aktif, nadi teraba cukup kuat, NCH
(-), RET (-), sianosis (-), nafas spontan, abdomen supel, muntah (-), kembung
(-), tali pusat terbungkus kassa steril (tidak ada tanda-tanda infeksi tali
pusat), mic/mec +/+, tanda-tanda vital dalam batas normal, telah diberikan
tetes mata, vit.k, dan engerix-B pemeriksaan GDS menurun, namun tidak sampai
diberi D5 dan BB terakhir: 1920 gram.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka
penulis dapat memberikan saran, bagi:
1.
Bagi Institusi
a.
Rumah Sakit
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalui
peningkatan keterampilan dan motivasi kerja staf, dokter, perawat dan
bidan,yang memberikan kepuasan pada pasien, kemudian mempertahankan kenyamanan
pasien rawat inap, keramahan dalam melayani pasien serta kedisiplinan dalam
bekerja. Karena baik buruknya citra rumah sakit sebagian besar dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien
dankeluarga.
b.
Pendidikan
Diharapkan
agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga
membantu penulis yang akan mengambil kasus yang sama.
2.
Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas, dan berkenan
mengikuti seminar-seminar tentang komplikasi kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir hingga masa nifas.
3.
Bagi Klien
a.
Perawatan Bayi
1)
Persiapkan alat yang
dibutuhkan untuk merawat bayi
2)
Usahakan lingkungan yang
tenang dan bersih
3)
Pakaian bayi dicuci tersendiri
dan disimpan di dalam lemari, tanpamenggunakan
kamper/kapur barus
4)
Ibu tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu-jamuan, dan
obat-obatan Cina
b.
Memandikan Bayi
1)
Siapkan alat-alat terlebih
dahulu sebelum mulai memandikan bayi
2)
Mandikan bayi dengan air hangat
2 kali sehari atau 1 kali sehari sesuai kebutuhan
3)
Bila perlu, ukurlah suhu
bayi Anda sebelum memandikannya. Suhu normal bayi adalah sekitar 36,5 –
37,50C. Usahakan mengukur suhu bayi pada ketiak. Hindari pengukuran suhu melalui anus untuk mencegah trauma
(luka).
4)
Setelah mandi, tidakdianjurkan menggunakan bedak dan memakaikan gurita
pada bayi
c.
Merawat Tali Pusat
1)
Selalu mencuci tangan
sebelum melakukan perawatan tali pusat
2)
Saat mandi, bersihkan tali
pusat. Setelah selesai keringkan dengan handuk lembut atau cukup
diangin-anginkan.
3)
Saat ini tidak dianjurkan lagi membungkus tali pusat dengan
kassa steril yang dibasahi alkohol 70%
4)
Saat tali pusat basah atau
terkena air cukup di ganti dengan kassa steril saja tidak lagi diberi alcohol
atau betadine.
d.
Merawat Alat Kelamin
1)
Perhatikan kebersihan pada
lipatan paha, jaga agar tetap kering danjangan menggunakan
bedak
2)
Cara membersihkan alat
kelamin perempuan adalah dimulai dari depan (vagina) ke arah belakang (anus)
3)
Cara membersihkan alat
kelamin laki-laki adalah dengan membersihkan bagian buah zakarnya dan ujung
penis
Catatan: Bayi perempuan terkadang ada yang mengeluarkan haid selama 3 – 5
hari; ada juga yang buah dadanya membesar. Hal ini terjadi karena masih ada
pengaruh sisa hormon ibu sewaktu hamil dan akan menghilang dengan
sendirinya. Jangan dipijat.
e.
Pemberian Minum
1)
ASI adalah makanan/nutrisi
TERBAIK untuk bayi
2)
Minggu-minggu pertama, Ibu
mungkin perlu menyusui Si kecil tiap 2 – 3 jam.
3)
Ibu tidak perlu mengatur
waktu menyusui karena yang terbaik adalah menyusui sesuai dengan kebutuhan Si
Kecil. Ketika tangisan laparnya terdengar, segera susui Si Kecil
4)
Sendawakan bayi setiap
selesai minum dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi dengan lembut
5)
Sesuai anjuran WHO, berikan
ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
f.
Pola Tidur
1)
Bayi baru lahir akan tidur
selama kurang lebih 14 – 18 jam setiap harinya. Tetapi lama setiap episode
tidurnya tidak lebih dari 2 – 4 jam, jadi pada malam hari Ibu pasti akan sering
terbangun oleh tangisan Si Kecil yang ingin disusui atau pun diganti popoknya
2)
Pada siang hari, ajak Si
Kecil bermain, biarkan cahaya masuk di kamar tidurnya, jendela dibiarkan buka
sedikit untuk ventilasi udara ruangan dan nyalakan musing riang gembira;
sedangkan pada malam hari, tutup tirai kamar dan matikan lampu atau gunakan
cahaya lampu yang redup atau tidak terlalu terang
g.
BAB (Bayi Buang Air Besar)
1) Untuk bayi dengan pemberian ASI full akan lebih
sering BAB dan teksturnya lebih encer daripada bayi yang minum susu formula
2) Frekuensi BAB normal adalah 6 – 8 kali sehari
3) Selalu perhatikan bentuk, warna, dan frekuensi BAB bayi. Bila ada
perubahan/kelainan, segera konsultasikan dengan dokter.
h. Menjemur Bayi
1) Bila perlu, jemurlah bayi pada pagi hari antara pukul 07:00 – 08:00
selama 15 – 30 menit, dengan posisi telentang dan tengkurap
2) Jemurlah bayi saat sebelum mandi
3) Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim
4) Hindari mata dari sinar matahari langsung
5) Ganti posisi bayi setiap 15 menit dan hindari polusi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan
juga sangat rentan terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak
dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk
itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan
suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. Kangaroo
Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru
(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact
j.
Hal-hal Yang Perlu
Diwaspadai
2) Bayi tampak lemas, malas minum, muntah, dan demam
3) Infeksi tali pusat yang ditandai dengan pangkal tali pusat basah dan
berbau, kulit di sekitar tali pusat kemerahan dan kadang-kadang bernanah
4) Tidak dianjurkan menggunakan bedak dan gurita pada bayi
5) Sebaiknya hindari mengkonsumsi jamu-jamuan, dan obat-obatan Cina
k. Kunjungan Ulang
1) Bila ada hal-hal yang kurang jelas mengenai perawatan bayi segera
menghubungi Rumah Sakit
2) Menjelaskan tanggal control kembali ke dokter (spesialis anak atau
spesialis lain bila memerlukan konsultasi) ibu wajib membawa bayinya control 2
hari lagi pada tanggal 20 Mei 2016 di ruangan poliklinik di dokter spesialis
anak dan mendaftar ulang di meja pendaftaran dengan membawa surat control yang
diberikan oleh perawat ruangan.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi,
VNL dan Tri S.2011. Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Direktorat
Kesehatan Anak Khusus. 2013. Panduan
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Muslihatun,
Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin, Abdul Bari (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.
Varney,
Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC