DASAR TEORI
PRE EKLAMSI
A.
Pengertian
Pre Eklampsia
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah
apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir
triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu.
Kelainan
ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan
berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada
6-8% wanita hamil di Indonesia. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam
kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia,
serta superimposed hipertensi
(ibu
hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana
yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
B.
Pembagian
Pre-Eklampsia
1. Pre-Eklampsia Ringan
a. Tanda dan gejala
1) Kenaikan
tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg
sampai kurang dari 110 mmHg.
2) Proteinuria
: didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin.
3) Edema
(penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
b. Tatalaksana pre eklampsia ringan
1) Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)
a) Tidak mutlak
harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
b) Makanan dan
nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
c) Vitamin
d) Tidak perlu
pengurangan konsumsi garam
e) Tidak perlu
pemberian antihipertensi
f) Kunjungan ke
rumah sakit setiap minggu
2) Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)
a) Pre
eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama
lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil
tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre
eklampsia berat
b) Pemeriksaan
dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat badan, dan
pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri kepala hebat
di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan
atas, nyeri ulu hati
c) Pemeriksaan
kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam
rahim.
3)
Tatalaksana
a)
Pada dasarnya sama dengan terapi
rawat jalan
b)
Bila terdapat perbaikan gejala dan
tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu
masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan.
2.
Pre-Eklampsia
Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan / edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
a.
Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia Berat
1)
Tekanan darah sistolik >160 mmHg
2)
Tekanan darah diastolik >110 mmHg
3)
Peningkatan kadar enzim hati dan atau
ikterus (kuning)
4)
Trombosit < 100.000/mm3
5)
Oliguria (jumlah air seni <400
ml/24 jam)
6)
Proteinuria (protein dalam air seni
> 3 g / L)
7)
Nyeri ulu hati
8)
Gangguan penglihatan atau nyeri
kepala bagian depan yang berat
9)
Perdarahan di retina (bagian mata)
10) Edema (penimbunan
cairan) pada paru
11) Koma
b.
Tatalaksana Perawatan Pre-Eklampsi
Berat
Ditinjau
dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat selama
perawatan, maka dibagi menjadi :
1)
Perawatan aktif yaitu kehamilan
segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan
apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya
impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan
pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya “HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated
Liver enzymes, and Low Platelet).
2)
Perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian obat-obatan.Perawatan
konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda
impending eklampsia serta keadaan
janin baik.
c.
Perawatan Konservatif Pada Pasien
Pre Eklampsia Berat
1)
Segera masuk rumah sakit dan tirah baring serta dipasang
Infus
2)
Diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam
3)
Pemberian obat anti kejang :
magnesium sulfat
4)
Anti hipertensi, diuretikum
diberikan sesuai dengan gejala yang dialami
5)
Penderita dipulangkan apabila penderita
kembali ke gejala-gejala/ tanda-tanda pre-eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan
1-2 minggu).
C.
Faktor
Risiko Pre-Eklampsia
1. Riwayat
keluarga. Bila anggota keluarga ada yang mengidap penyakit ini, risiko untuk
mengalaminya semakin besar.
2. Umur. Risiko
pre-eklampsia pada wanita hamil muda lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
usianya lebih dari 40 tahun.
3. Banyaknya
bayi yang dikandung. Pre-eklampsia sering terjadi pada wanita yang mengandung
bayi kembar, kembar tiga, atau kelipatannya.
4. Obesitas.
Apabila anda gemuk,
risiko pre-eklampsia semakin meningkat.
5. Kurang
vitamin D. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pre-eklampsia kan timbul bila kekurangan
vitamin D. Pada awal kehamilan, vitamin ini berfungsi sebagai pencegahan.
6. Memiliki
kadar protein tinggi. Wanita hamil yang memiliki kandungan protein tinggi dalam
darah ataupun urine memiliki risiko lebih besar untuk mengidap penyakit
pre-eklampsia. Pertumbuhan dan fungsi dari pembuluh darah akan terganggu oleh
kandungan protein ini.
7. Diabetes.
Wanita yang menderita penyakit diabetes gestasional memiliki risiko lebih
tinggi terkena pre-eklampsia pada kehamilannya.
D. Deteksi Dini Pre-Eklampsia
1. Sakit
kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat
merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang
maternal, stroke,koagulopati dan kematian.Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:
a.
Sakit kepala hebat
b.
Sakit kepala yang
menetap
c.
Tidak hilang dengan
istirahat
d.
Depresi post partum
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang
hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak
dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang
dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan.
a.
Gejala
1)
Tekanan darah naik atau
turun
2)
Lemah
3)
Anemia
4)
Napas pendek atau cepat
5)
Nafsu makan turun
6)
Kemampuan
berkonsentrasi kurang
7)
Tujuan dan minat
terdahulu hilang; merasa kosong
8)
Kesepian yang tidak
dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun mengerti
9)
Serangan cemas
10)
Merasa takut
11)
Berpikir obsesif
12)
Hilangnya rasa takut
13)
Control terhadap emosi
hilang
14)
Berpikir tentang
kematian
b.
Penanganan
1)
Informed consent
2)
Lakukan penilaian klinik
terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
dari pasien atau keluarga
3)
Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet
zat besi 1x/hari
4)
Jika tekanan diastol
>110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
5)
Pasang infus RL dengan
jarum besar no.16 atau lebih
6)
Ukur keseimbangan cairan
7)
Persiapan rujukan
8)
Periksa Hb
9)
Periksa protein urine
10) Observasi tanda-tanda vital
11) Lebih banyak istirahat
2.
Nyeri Epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat
disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa
khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada
seperti jantung, paru dan lain-lain.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena terjadi reimplantasi
amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan. Pada keadaan ibu yang
tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi tidak terjadi secara
optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah setempat dan menimbulkan
hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika kenaikan tekanan sistolik 30
mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg
atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi
90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali
perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga
terjadi karena proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang
melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1g/liter
atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream
yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria
timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu
harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
a.
Tanda dan Gejala
1)
Kira-kira 90% pasien
terdapat lelah,
2)
65% dengan nyeri
epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah
3)
31% dengan sakit kepala.
b.
Penanganan
1)
Informed consent
2)
Mengobservasi TTV
3)
Persiapan rujukan
4)
Pemeriksaan darah rutin
5)
Tes fungsi hati.
6)
Profilaktik MgSO4 untuk
mencegah kejang (eklampsia),
7)
Bolus 4–6 gr MgSO4 dalam
konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan infus.
8)
Jika terjadi toksisitas,
masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10% IV
9)
Terapi antihipertensi
harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas 160/110 mmHg → Hidralazin
IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai
tekanan darah target tercapai atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
3.
Penglihatan Kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda preeklampsi.
Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan
kabur/ berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda
yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal
ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di
korteks cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah).
Perubahan penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita
preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan
elektrolit menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume
darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang,
dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak
menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia.
Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonat dan pH pun normal. Kadar
kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi
oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan
tekanan osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan
kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan kadar tersebut lebih meningkat lagi
pada preeklamsia.
a. Tanda dan Gejala
1)
Peningkatan tekanan
darah yang cepat
2)
Oliguria
3)
Peningkatan jumlah
proteinuri
4)
Sakit kepala hebat dan
persisten
5)
Rasa mengantuk
6)
Penglihatan kabur
7)
Mual muntah
8)
Nyeri epigastrium
9)
Hiperfleksi
b.
Penanganan
a.
Informed consent
b.
Segera rawat
c.
Lakukan penilaian klinik
terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
dari pasien atau keluarganya
d.
Persiapan rujukan
e.
Jika pasien tidak
bernafas :
1)
Bebaskan jalan nafas
2)
Berikan oksigen
3)
Intubasi jika perlu
f.
Jika pasien tidak sadar
atau koma :
1)
Bebaskan jalan nafas
2)
Baringkan pada satu sisi
3)
Ukur suhu
g.
Jika pasien syok atasi
dengan penanganan syok
h.
Jika ada perdarahan
atasi penanganan perdarahan
i.
Jika kejang :
1)
Baringkan pada satu
sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi secret, muntah/darah, dan bebaskan jalan nafas
2)
Pasang spatula lidah
untuk menghindari tergigitnya lidah
E. Pencegahan
Pre-Eklampsi dan Eklampsi
Usaha pencegahan
preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah
garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E) beta caroten,
minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti
hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya
preklampsia dan eklampsia. Namun upaya itu belum maksimal.
Belakangan juga
diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang
diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral
lainnya. Namun, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada
kasus risiko tinggi.
F. Penyebab Pre-Eklampsia
Penyebab
pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah
secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Proteinuria
pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg melebihi 0,3
g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya,
tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget dalam sehari. Sampai saat ini
belum ditemukan secara pasti penyebab dari pre-eklampsia.
G.
Komplikasi
Pre-Eklampsia
1. Iskemia
uteroplasenter
a. Pertumbuhan
janin terhambat
b. Kematian
janin
c. Persalinan
prematur
d. Solusio
plasenta
2. Spasme
arteriolar
a. Perdarahan
serebral
b. Gagal
jantung, ginjal dan hati
c. Ablasio
retina
d. Thromboemboli
e. Gangguan
pembekuan darah
3. Kejang
dan koma
a. Trauma
karena kejang
b. Aspirasi
cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
4. Penanganan
tidak tepat
a. Edema
paru
b. Infeksi
saluran kemih
c. Kelebihan
cairan
d. Komplikasi
anestesi atau tindakan obstetrik
H. Pencegahan Pre-Eklampsia
1. Pembatasan
kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
2. Manfaat
aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum
sepenuhnya terbukti
3. Yang
lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus
ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus
kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami,
orang tua, dll)
harus dilibatkan sejak awal
4. Pemasukan
cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru.
I. Pengelolaan Pre-Eklampsia
Penanganan
preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
1. Pengelolaan
kejang
a. Beri
obat anti kejang (anti konvulsan)
b. Perlengkapan
untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen,
oksigen)
c. Lindungi
pasien dari kemungkinan trauma
d. Aspirasi
mulut dan tenggorokan
e. Baringkan
pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi Fowler) untuk
mengurangi risiko aspirasi
f. Berikan
O2 4-6 liter/menit
2. Pengelolaan
umum
a. Jika
tekanan diaktolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg
b. Pasang
infus Ringer Laktat dengan jarum bersar no. 16 atau lebih
c. Ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi
urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
e. Infus
cairan dipertahankan 1.5-2 liter/24 jam
f. Jangan
tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin.
g. Observasi
tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
h. Auskultasi
paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya
edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik
(mis. Furosemide 40 mg IV)
i.
Nilai pembekuan darah
dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.
j.
Jika ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawatdarurat.
k. Jika pasien tidak bernafas atau pernafasannya dangkal:
1) Periksa dan bebaskan jalan nafas
2) Jika tidak bernafas, mulai ventitasi dengan masker dan balon
3) Intubasi jika perlu
4) Jika pasien bernafas beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula nasal
l.
Jika pasien tidak sadar atau koma
1) Bebaskan jalan nafas
2) Baringkan pada sisi kiri
3) Ukur suhu
4) Periksa apakah kaku
m. Jika pasien syok : lakukan penanganan syok
n. Jika ada perdarahan : lakukan penanganan perdarahan
o. Jika kejang:
1) Baringkan pada sisi kiri : tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan atau darah
2) Bebaskan jalan nafas
3) Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4) Lakukan pengawasan ketat
p. Jika diagnosisnya eklamsia berikan magnesium sulfat
q. Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklamsia sambil mencari penyebab lainnya
3. Anti
konvulsan
Magnesium
sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko
terjadi depresi neonatal.
J. Peran Bidan
1.
Mendeteksi terjadinya
eklamsi
2.
Mencegah terjadinya
eklamsi
3.
Mengetahui kapan waktu
berkolaborasi dengan dokter
4.
Memberikan penanganan
awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
K. Prosedur Tetap Pemberian MgSo4
Magnesium Sulfat Untuk Preeklampsia dan
Eklampsia
|
Alternatif
I Dosis awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan
40% selama 5 menit segera dilanjutkan
dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan
Ringer Asetat / Ringer Laktat
selama 6 jam
Jika
kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit.
Dosis Pemeliharaan MgSO4 4 g / jam melalui
infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam postpartum
|
Alternatif
II Dosis awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%
selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain ( dalam semprit yang sama )
Pasien
akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Sebelum pemberian
MgSO4 Frekuensi
pernafasan minimal 16 kali/menit
Ulangan, dilakukan Refleks patella (+)
Pemeriksaan : Urin minimal
30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Hentikan pemberian Refleks patella (-),
bradipnea (<16x/menit)
MgSO4
jika :
Siapkan
antidotum jika
terjadi henti nafas
Bantu
pernafasan dengan ventilator.
Berikan
kalsium glukonas 1 g (20 ml larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan
mulai lagi.
|
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, F.G. 2006. Obstetri William Vol 1. Edisi
2. Jakarta: EGC
P. Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi ke
4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin Abdul Bari,
dkk. 2009. Buku Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Mternal
dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu
Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar