expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK PEMBERIAN OKSIGEN


PEMBERIAN OKSIGEN

A.      Definisi Oksigen
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur  vital (terpenting) dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.

B.     Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

C.      Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
1.         Saluran pernapasan bagian atas:
a.    Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus denga ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung.
Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandungpembuluh darah. Proses oksigenasi diawali disaring oleh bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan.
b.      Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esophagus yang terletak di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
c.       Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d.      Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menuntun laring saat proses menelan.bertugas menutup laring saat proses menutup.
2.       Saluran pernapasan bagian bawah:
a.    Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.Trakea atau disebut batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersebut tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b.      Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan yakni kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. Saluran setelah bronkus adalah bagian percabangan yang disebut bronkiolus.
c.       Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d.      Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
e.       Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dua bagian (paru kanan dan kiri) danpada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastic, berpori, dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

D.      Proses Oksigenasi
1.    Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.         Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b.         Adanya kondisi jalan napas yang baik.
c.         Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2.      Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
3.      Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

E.       Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1.         Saraf otonom
Rangsangan simptatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat receptor adrenergenik dan reseptor kolinergik pada saluran pernapasan.
2.         Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti Sulfas Atropin. Ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergenik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkhokonatriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3.         Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekuranganoksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
4.         Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
5.         Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
6.         Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
7.         Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
8.         Alergi pada saluran pernapasan
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal; batuk apabila rangsangannya di saluran napas bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada asama bronkhiale; dan rhinitis jika rangsangsannya terletak di saluran napas bagian bawah.

F.       Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen kedalam paru-paru melaluisaluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada klien dapat melalui tiga cara :
1.         Kateter Nasal
2.         Kanula Nasal
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara continuedengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40% dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik kedalam hidung dan mengaitkannya dibelakang telinga, panjangnya selang yang diamasukkan kedalam hidung hanya berkisar 0,6-1,3cm. Pemasangan kanula nasal merupakan cara paling cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan panjang, relatif nyaman, dan efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal juga tidak mengganggu klien untuk melakukan aktifitas
3.         Masker Oksigen
Pemberian oksigen kepada klien menggunakan m,asker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien, masker oksigen biasanya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien.

G.      Tujuan Pemberian Oksigen
1.         Untuk memenuhi kekurangan zat asam ( Oksigen )
2.         Untuk membantu kelancaran metabolisme
3.         Untuk mencegah hypoxsia, misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja ambang
4.         Sebagai tindakan pengobatan
( TimDepKes RI , 1985  )

H.      Indikasi
1.         Dilakukan pada pasien anoxia , hypoxia atau adanya perubahan pola napas
2.         Dilakukan  pada pasien yang mengalamikelumpuhanalat – alatpernafasan
3.         Dilakukan pada pasien yang mendapat trauma paru – paru
Paru-paru sebagai alat pernapasan, jika terjadi benturan atau cedera sksn mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi
4.         Dilakukan pada pasien dalam keadaaan gawat, coma dan lain – lain
Pada paien gawat, misal pada pasien koma tidak dapat memperhatikan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi
5.         Dilakukan pada pasien yang tiba – tiba memperlihatkan tanda – tanda syok
( TimDepKes RI , 1985 )
Indikasi lainnya
1.         Metabolisme yang meningkat
Misalnya pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
2.         Post operasi, setelah operasi tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengharuh dari obat bius yang akan mempengaruhi aliran darah keseleuruh tubuh sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup

I.         Kontra Indikasi
1.         Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
2.         Jauhkan hal – hal yang dapat membahayakan misalnya menghindari api dan tidak merokok dekat tabung
3.         Bila menggunakan masker dihidung hendaknya diganti tiap 8 jam.
4.         Bila menggunakan kedok hidung zat asam harus terpasang betul, sebelumnya memperhatikan apakah tidak tersumbat atau bocor.
5.         Kedok zat asamharussering dibersihkan untuk mencegah baukaret.
6.         Harus selalu memakai pelembab udara (humidifier) untuk melembabkan O2 guna mencegah iritasi selaput lender alat pernafasan

J.      Gambar Alat Bahan Beserta Fungsinya Pemberian Oksigen
1.      Alat dan Bahan
No
Alat
Fungsi

1

TABUNG OKSIGEN
Alat untuk memberikan oksigen

2



Aquades atau water for irigation, yaitu untuk mengisi humidifer

3
KANULA NASAL
Berguna sebagai selang untuk pemberian oksigen






4


FLOW METER
Berfungsi untuk mengatur kadar pemberian oksigen

5

Hipafix/ plester
Digunakan untuk merekatkan selang oksigen supaya ketika kanula nasal sudah dipasang tidak akan kemana mana dan tidak mudah lepas


6
GUNTING PLESTER
Untuk menggunting plester/hipafix

7
VASELINE/ JELLY
Digunakan untuk memudahkan masuknya kanula nasal ke hidung

8
SARUNG TANGAN
Untuk pencegahan infeksi dan sebagai alat perlindungaan diri, misal untuk mencegah penularan penyakit dari petugas ke pasien atau sebaliknya

9



WASTAFEL
Wastafel digunakan sebagai tempat untuk memncuci tangan, karena cuci tangan sangat penting mulai dari sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan

10





SABUN/ANTISEPTIK
 Berguna untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme

 11
HANDUK KERING DAN BERSIH
Berguna untuk melap tangan setelah cuci tangan

12
BUKU CATATAN DAN ALAT TULIS
Digunakaan untuk mencatat hasil tindakan yang dilakuakn/ untuk mencatat dokumentasi dari tindakan yang diberikan

K.    Cara Kerja
1.         Memberitahu dan menjelaskan pada bagian tindakan yang akan dilakukan
2.         Mempersiapkan alat-alat dan membawa alat-alat kedekat pasien
3.         Memasang sampiran atau penutup tirai
4.         Mencuci tangan dgn sabun air mengalir, mengeringkan dgn handuk bersih
5.         Mengatur posisi dengan semi fowler
6.         Mengisi gas humidifier dengan water for irigation setinggi batas yang tertera
7.         Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen
8.         Mengecek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi 02 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam gas flow meter
9.         Menghubungkan kateter nasal/kanul nasal dengan flow meter
10.     Mengalirkan oksigen sesuai kebutuhan
11.     Mengecek aliran kateter nasal/kanul nasal
12.     Mengolesi ujung kateter nasal/kanul nasal dengan vaselin sebelum dipakai ke paien
13.     Memasan kateter nasal/kanul nasal pada klien
14.     Membereskan alat dan merapikan pasien
15.     Mencuci tangan dgn sabun air mengalir, mengeringkan dgn handuk bersih
16.     Melakukan dokumentasi tindakan yg telah dilakukan

L.     Kesimpulan
     Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur  vital (terpenting) dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
                 Sistem yang berperan dal proses oksigenasi adalah terbagi dua yakni saluran pernapasan bagian atas (hidung, faring, laring, dan epiglotis) dan saluran pernapasan bagian bawah (Trakhea, Bronkus, Bronkiolus, Alveoli, Paru). Dan Tujuan pemberian oksigen antara lain adalah sebagai berikut yaitu untuk memenuhi kekurangan zat asam ( Oksigen ), untuk membantu kelancaran metabolism, untuk mencegah hypoxsia , misalnya pada penyelam , penerbang , pendaki gunung, pekerja tambang, sebagai tindakan pengobatan, kemudian untuk indikasinya adalah sebagai berikut, dilakukan pada pasien anoxia, hypoxia atau adanya perubahan pola napas, dilakukan pada pasien yang mengalami kelumpuhan alat – alat pernafasan, dilakukan pada pasien yang mendapat trauma paru – paru, dilakukan pada pasien dalam keadaaan gawat, coma dan lain – lain, dilakukan pada pasien yang tiba – tiba memperlihatkan tanda – tanda syok( TimDepKes RI , 1985 ) kemudian Indikasi lainnya yaitu metabolisme yang meningkat, dan pasien post operasi
Sedangkan untuk kontraindikasinya yaitu sebagai berikut yaitu hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit, jauhkan hal – hal yang dapat membahayakan misalnya menghindari api dan tidak merokok dekat tabung, bila menggunakan masker dihidung hendaknya diganti tiap 8 jam, bila menggunakan kedok hidung zat asam harus terpasang betul, sebelumnya memperhatikan apakah tidak tersumbat atau bocor, kedok zat asam harus sering dibersihkan untuk mencegah bau karet. Harus selalu memakai pelembab udara (humidifier) untuk melembabkan O2 guna mencegah iritasi selaput lendir alat pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA

Eko, Nurul dan Sulistiani Adriani. 2010. KDPK(Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan). Boyolali : Pustaka Rihana
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul dan Hodayat Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik klinik untuk Kebidanan. Yogyakarta: Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar