expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI BALITA SAKIT DIARE


DASAR TEORI
DIARE/ GEA (GASTROENTERITIS AKUT)
A.      Definisi Diare
Diare adalah  pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Bag. Ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Berdasarkan lama waktunya, diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare kronis. Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis durasinya lebih dari 2 minggu.

B.       Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor yang paling banyak ditemukan adalah infeksi dan keracunan makanan. Secara umum, faktor yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut :
1.         Infeksi
a.         Infeksi Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan. Infeksi ini merupakan penyebab utama diare pada anak.
Kuman yang menyebabkan infeksi enternal, meliputi :
1)   Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia, aeromonas dsb.
2)   Infeksi virus enterovirus (ECHO) coxsaekre, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dsb.
3)   Infeksi parasit cacing (ascaris irichiusris, oxyuris, strongylodies) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,trochomonas hominis), jamur (candida albican).
b.        Infeksi Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya OMA (Otitis Media Akut), tonsilofatringitis, bronkopneumia, ensefalitis, dsb.
2.         Malabsorbsi
a.         Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa
b.        Lemak
c.         Protein
3.         Makanan, misalnya makanan yang di konsumsi basi, beracun, atau alergi
4.         Psokologis, misalnya rasa takut atau cemas.

C.      Klasifikasi Diare
Terdapat beberapa pembagian diare:
1.         Berdasarkan lamanya diare:
a.         Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.        Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2.         Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a.         Diare sekresi (secretory diarrhea)
b.        Diare osmotic (osmotic diarrhea)
3.            Berdasarkan klasifikasi Diare berdasarkan algoritma pada buku bagan terdapat 3 warna, menurut MTBS yakni:
a.        Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah diberi pengobatan pra rujukan.
b.        Kuning : bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan medis spesifik dan nasihat
c.        Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang mendapat ASI saja. Ibu akan mengenali bayi yang diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibanding biasanya.
Tanyakan kepada ibu apakah bayinya menderita diare. Apabila bayi menderita diare klasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan menggunakan tanda dan gejala berikut ini
Seorang bayi muda akan diklasifikasikan sesuai derajat dehidrasinya apabila terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala pada lajur yang sesuai.
D.      Patofisiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi atau patomekanisme dibawah ini:
1.         Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/ minum.
2.         Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3.         Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4.         Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5.         Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6.         Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

7.         Diare inflamasi         
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
8.         Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.

E.       Tanda Klinis pada Diare
1.         Cengeng
2.         Rewel
3.         Gelisah
4.         Suhu meningkat
5.         Nafsu makan menurun
6.         Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya, lama-lama tinja berwarna hijau dan asam
7.         Frekuensi buang air besar bertambah
8.         Anus lecet
9.         Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan diakhiri dengan syok
10.     Berat badan turun
11.     Turgor kulit menurun
12.     Mata dan ubun-ubun cekung
13.     Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1.         Tanpa Dehidrasi
a.         Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok.
b.        Tandanya anak terlihat agak lesu
c.         Anak terlihat agak haus
d.        Anak terlihat agak rewel.
2.         Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:
a.         Gelisah, cengeng
b.        Kehausan
c.         Mata cekung
d.        Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.
3.         Dehidrasi Berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:
a.         Berak cair terus-menerus
b.        Muntah terus-menerus
c.         Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
d.        Tidak bisa minum, tidak mau makan
e.         Mata cekung, bibir kering dan biru
f.         Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
g.        Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
h.        Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Cara Menentukan Turgor Kulit
Cara pemeriksaan turgor kulit adalah dengan menjepit atau mencubit kulit selama 30-60 detik kemudian dilepaskan. Bila turgor kulit masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila turgor kulit tidak baik, maka kembalinya kulit akan lambat, kondisi tersebut menunjukkan bahwa anak mengalami dehidrasi.
F.       Komplikasi Diare
1.         Dehidrasi akibat kekurangan cairan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a.         Dehidrasi ringan apabila <5% BB
b.        Dehidrasi sedang apabila <5% BB – 10% BB
c.         Dehidrasi berat apabila <10%BB – 15% BB
2.         Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB – 25% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3.         Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah materismus, hipotoni otot, lemah, braddikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG.
4.         Hipoglikemia.
5.         Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose karena bursh vili mukosa usus halus.
6.         Kejang.
7.         Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan.

G.      Penatalaksanaan Diare
1.         Elemen penatalaksanaan diare
Terdapat tiga elemen utama dalam tata laksana semua anak dengan diare, yaitu :
a.         Terapi Rehidrasi
Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium, kalium, dan bikarbonat) yang terkandung dalam feses cair. Jika hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, terjadilah dehidrasi yang menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Regimen rehidrasi dipilih sesuai dengan derajat rehidrasi yang ada.
b.        Pemberian Zink
Zink merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Zink hilang dalam jumlah banyak selama diare. Zink yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat pada bulan-bulan berikutnya. Pemberian zink selama episode diare, mengurangi durasi dan tingkat keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi zink, segera setelah anak tidak muntah.

c.         Lanjutkan pemberian makan
Selama diare, penurunan asupan makanan dan peningkatan kebutuhan nutrisi sering kali menyebabkan penurunan berat badan. Jika hal ini berlangsung lama, dapat terjadi gagal tumbuh. Untuk menghindari ini, selama diare, anak harus tetap diberi asupan makanan yang bergizi.
2.         Penatalaksanaan
a.         Dehidrasi Berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral.
1)        Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, hasil larutan oralit jika anak bisa minum
Catatan : Larutan IV terbaik adalah larutan Ringer laktat (disebut pula larutan Hartman untuk penyuntikan). Namun, jika tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0,9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dekstrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
2)        Beri 100% mL/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut ini :

Pertama, berikan 30mL/kg dalam :
Selanjutnya, berikan 70  mL/kg dalam :
Usia ≤ 12 bulan
11 jam
5 jam
Usia ≥ 12 bulan
30 menit
2,5 jam

Rencana penatalaksanaan dibuat sesuai hasil penilaian derajat dehidrasi dengan menggunakan rencana pengobatan yang sesuai. Rencana terapi untuk dehidrasi berat dengan lengkap dapat dilihat pada bagian Rencana Terapi C
b.        Dehidrasi sedang/ringan
Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit. Rencana terapi untuk dehidrasi sedang/ringan dengan lengkap dapat dilihat pada bagan Rencana terapi B.
c.         Tanpa Dehidrasi
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapakan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan usia mereka, termasuk meneruskan ASI. Rencana terapi untuk diare tanpa dehidrasi dengan lengkap dapat dilihat pada bagan rencana terapi A.














Mengenai Diare Dehidrasi Berat sesuai Rencana Terapi C
(memodifikasi untuk bayi muda)

·  Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik, beri 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam (total 120 mL/kg)
·  Periksa kembali bayi setelah 1 jam:
ü Jika membaik, RUJUK SEGERA
ü Jika bayi muntah terus-menerus atau perut makin kembung, RUJUK SEGERA dengan memberi cairan lebih lambat.
Catatan: Pada tingkat dehidrasi apapun, sebaiknya ASI tetap diberikan
RUJUK SEGERA untuk pengobatan IV / NGT/ OGT
Apakah anak masih bisa minum?
TIDAK
TIDAK
·  RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit untuk pengobatan intravena
·  Jika bayi dapat minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada bayinya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan
Apakah ada fasilitas pemberian cairan intravena yang terdekat (dalam 30 menit)?
Apakah anda telah dilatih menggunakan pipa progastrik untuk rehidrasi?
TIDAK
Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada fasilitas dan kemampuan untuk pemberian cairan IV, maka:
·      Pasang jalur IV
·      Berikan cairan IV Ringer Laktat (jika tidak tersedia berikan cairan NaCl 0,9%) sebanyak 30 mL/kgBB selama 1 jam (10 tetes makro/kgBB/menit atau 30 tetes mikro/kg BB/menit.
·      Evaluasi setiap 1 jam : Bila membaik, RUJUK SEGERA dengan meneruskan cairan IV 70mL/kgBB selama 5 jam (5 tetes makro/kgBB/menit atau 14 tetes mikro/kgBB/menit
·      Bila belum membaik, nadi masih lemah, ulang lagi 30 mL/kgBB/jam (10 tetes makro/kgBB/menit atau 30 tetes makro/kgBB/menit.
Lakukan evaluasi 1 jam:
ü Bila membaik, RUJUK SEGERA dengan meneruskan pemberian cairan IV 70 mLkgBB selama 5 jam (5 tetes mikro/kgBB/menit atau 14 tetes mikro/kgBB/menit
ü Bila belum membaik, RUJUK SEGERA dengan memberikan cairan IV dengan tetesan lebih cepat sampai teraba nadi lebih kuat
MULAI DI SINI
Dapatkah Anda segera memberi cairan intravena?
TIDAK
YA
YA
YA
 





























Gambar 1.1 Bagan rencana terapi C

Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
Berikan Oralit di Klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam

USIA*
Sampai 4 bulan
4 – 12 bulan
12 – 24 bulan
2 – 5 tahun
BERAT
BADAN
< 6 kg
6 – 10 kg
10 – 12 kg
12 – 19 kg
JUMLAH CAIRAN
200 – 400
400 – 700
700 – 900
900 – 1400

·         TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
Jumlah Oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 mL
Digunakan USIA hanya berat badan anak tidak diketahui.
ü   Jika anak menginginkan, boleh diberikan banyak dari pedoman di atas.
ü   Untuk anak berusia kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-200 mL air matang selama periode ini.
·         TUNJUKKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
ü   Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.
ü   Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat.
ü   Lanjutkan ASI selama anak mau.
·         SETELAH 3 JAM
ü   Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
ü   Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
ü   Mulailah memberi makan anak.
·         JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI:
ü   Tunjukkan caramenyiapkan cairan oralit dirumah.
ü   Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
ü   Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam Rencana A.
ü   Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah:
1.         BERI CAIRAN TAMBAHAN
2.         LANJUTKAN PEMBERIAN MAKANAN                Lihat Rencana Terapi A
3.         KAPAN HARUS KEMBALI

Catatan : aturan yang ke-4 yaitu Pemberian Tablet Zink, tidakdiberikan kepada bayi muda.
 




























Gambar 1.2 Bagan rencana terapi B

RENCANA TERAPI A : Penanganan Diare di Rumah
Jelakan pada Ibu tentang empat aturan perawatan dirumah:
1.         BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau)
·           JELASKAN KEPADA IBU:
ü  Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kal;i pemberian.
ü  Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan
ü  Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini : Oralit,Cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.

Anak harus diberi larutan oralit dirumah, jika :
ü  Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
ü  Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

·           AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT. BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 mL) UNTUK DIGUNAKAN DI RUMAH.

·           TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN LAIN YANG HARUS DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK BERAK :
ü  Sampai usia 1 tahun : 50 sampai 100 mL setiap kali berak
ü  Usia 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 mL setiap kali berak

Katakan kepada Ibu :
ü  Agar minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.
ü  Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit. Lalu, lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
ü  Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2.         LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
3.         KAPAN HARUS KEMBALI

Catatan : aturan yang ke-4 yaitu Pemberian Tablet Zink, tidak diberikan kepada bayi muda.
 



















                                                                                                     
Gambar 1.3 Bagan rencana terapi A
H.      MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
1.         Pengertian
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita
MTBS merupakan suatu sistem :
a.         Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu
b.        Proses
Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS. Memeriksa berat dan suhu badan. Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan mendengar stridor. Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi minum anak untuk melihat apakah tidak bisa minum atau malas dan mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor. Selalu memeriksa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin A. Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang telah dilatih MTBS)
c.         Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukandiperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan.
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a.         Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
b.        Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi didalam pendekatan MTBS)
c.         Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
2.         Tujuan MTBS
a.         Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita.
b.         Memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
3.         Proses Manajemen
a.         Menilai anak umur 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
b.        Membuat klasifikasi kategori untuk menentukan tindakan
c.         Menentukan tindakan
d.        Mengobati dengan membuat resep, cara memberi obat dan tindakan yang lain yang perlu dilakukan
e.         Memberi konseling bagi ibu
f.         Memberi layanan tindak lanjutan.


DAFTAR PUSTAKA

Anita Lockhart RN. MSN, Lyndon Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus Normal dan Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saputra, Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985, Buku Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sudarti, dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti dan Afroh Fauziah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar