DASAR TEORI
DIARE/ GEA (GASTROENTERITIS AKUT)
A. Definisi
Diare
Diare
adalah pengeluaran tinja yang tidak
normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Bag. Ilmu kesehatan anak
FKUI/RSCM)
Diare
adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare
adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10
g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10
g/kg/ 24 jam.
Berdasarkan
lama waktunya, diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare kronis. Diare
akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis durasinya lebih
dari 2 minggu.
B. Etiologi
Diare
Diare
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor yang paling banyak
ditemukan adalah infeksi dan keracunan makanan. Secara umum, faktor yang
menyebabkan diare adalah sebagai berikut :
1.
Infeksi
a.
Infeksi Enternal yaitu
infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan. Infeksi ini merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Kuman yang menyebabkan
infeksi enternal, meliputi :
1) Infeksi
bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia,
aeromonas dsb.
2) Infeksi
virus enterovirus (ECHO) coxsaekre, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astrovirus, dsb.
3) Infeksi
parasit cacing (ascaris irichiusris, oxyuris, strongylodies) protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia,trochomonas hominis), jamur (candida
albican).
b.
Infeksi Parenteral,
yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya OMA (Otitis
Media Akut), tonsilofatringitis, bronkopneumia, ensefalitis, dsb.
2.
Malabsorbsi
a.
Karbohidrat :
disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi
glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa
b.
Lemak
c.
Protein
3.
Makanan, misalnya
makanan yang di konsumsi basi, beracun, atau alergi
4.
Psokologis, misalnya
rasa takut atau cemas.
C. Klasifikasi
Diare
Terdapat
beberapa pembagian diare:
1.
Berdasarkan lamanya
diare:
a.
Diare akut, yaitu diare
yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.
Diare kronik, yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau
berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2.
Berdasarkan mekanisme
patofisiologik:
a.
Diare sekresi
(secretory diarrhea)
b.
Diare osmotic (osmotic
diarrhea)
3.
Berdasarkan klasifikasi Diare berdasarkan algoritma pada buku bagan terdapat 3 warna, menurut MTBS
yakni:
a.
Merah muda :
bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah diberi pengobatan pra
rujukan.
b.
Kuning :
bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan medis spesifik dan nasihat
c.
Hijau : bayi
sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang mendapat
ASI saja. Ibu akan mengenali bayi yang diare karena perubahan bentuk tinja yang
tidak seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibanding biasanya.
Tanyakan kepada ibu apakah bayinya menderita diare. Apabila bayi menderita
diare klasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan menggunakan tanda
dan gejala berikut ini
Seorang bayi muda akan diklasifikasikan sesuai derajat dehidrasinya apabila
terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala pada lajur yang sesuai.
D. Patofisiologi
Diare
Diare
dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi atau patomekanisme dibawah
ini:
1.
Diare sekretorik
Diare
tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali.
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/ minum.
2.
Diare osmotik
Diare
tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/
zat
kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan
defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase,
malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3.
Malabsorpsi asam empedu
dan lemak
Diare
tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4.
Defek sistem pertukaran
anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
Diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT Pase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5.
Motilitas dan waktu
transit usus yang abnormal
Diare
tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6.
Gangguan permeabilitas
usus
Diare
tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan
morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7.
Diare inflamasi
Proses
inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein
dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti
diare osmotik dan diare sekretorik.
8.
Diare infeksi
Infeksi
oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus,
diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh
bakteri tersebut.
E. Tanda Klinis pada Diare
1.
Cengeng
2.
Rewel
3.
Gelisah
4.
Suhu meningkat
5.
Nafsu makan menurun
6.
Tinja cair, lendir
kadang-kadang ada darahnya, lama-lama tinja berwarna hijau dan asam
7.
Frekuensi buang air
besar bertambah
8.
Anus lecet
9.
Dihidrasi, bila menjadi
dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi cepat,dan kecil,denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan diakhiri dengan syok
10. Berat
badan turun
11. Turgor
kulit menurun
12. Mata
dan ubun-ubun cekung
13. Selaput
lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
Berdasarkan
klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan,
sedang, atau berat.
1.
Tanpa Dehidrasi
a.
Tidak ada keluhan atau gejala yang
mencolok.
b.
Tandanya anak terlihat agak lesu
c.
Anak terlihat agak haus
d.
Anak terlihat agak rewel.
2.
Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tandanya
ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:
a.
Gelisah, cengeng
b.
Kehausan
c.
Mata cekung
d.
Kulit keriput, misalnya kita cubit
kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.
3.
Dehidrasi Berat
Tandanya
ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:
a.
Berak cair terus-menerus
b.
Muntah terus-menerus
c.
Kesadaran menurun, lemas luar biasa
dan terus mengantuk
d.
Tidak bisa minum, tidak mau makan
e.
Mata cekung, bibir kering dan biru
f.
Cubitan kulit baru kembali setelah
lebih dari 2 detik
g.
Tidak kencing 6 jam atau
lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
h.
Kadang-kadang dengan kejang dan
panas tinggi
Cara Menentukan Turgor
Kulit
Cara pemeriksaan turgor kulit adalah dengan menjepit
atau mencubit kulit selama 30-60 detik kemudian dilepaskan. Bila turgor kulit
masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila turgor kulit tidak
baik, maka kembalinya kulit akan lambat, kondisi tersebut menunjukkan bahwa
anak mengalami dehidrasi.
F. Komplikasi
Diare
1.
Dehidrasi akibat
kekurangan cairan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a.
Dehidrasi ringan
apabila <5% BB
b.
Dehidrasi sedang
apabila <5% BB – 10% BB
c.
Dehidrasi berat apabila
<10%BB – 15% BB
2.
Renjatan hipovolemik akibat
menurunnya volume darah, apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB – 25%
BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3.
Hipokalemia dengan
gejala yang muncul adalah materismus, hipotoni otot, lemah, braddikardia,
perubahan pada pemeriksaan EKG.
4.
Hipoglikemia.
5.
Intoleransi laktosa
sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactose karena bursh vili mukosa usus
halus.
6.
Kejang.
7.
Malnutrisi energi
protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan.
G. Penatalaksanaan
Diare
1.
Elemen penatalaksanaan
diare
Terdapat
tiga elemen utama dalam tata laksana semua anak dengan diare, yaitu :
a.
Terapi Rehidrasi
Selama
diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium, kalium,
dan bikarbonat) yang terkandung dalam feses cair. Jika hilangnya cairan dan
elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, terjadilah dehidrasi yang
menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi
diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan
yang hilang. Regimen rehidrasi dipilih sesuai dengan derajat rehidrasi yang
ada.
b.
Pemberian Zink
Zink
merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Zink
hilang dalam jumlah banyak selama diare. Zink yang hilang ini penting untuk
membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat pada bulan-bulan
berikutnya. Pemberian zink selama episode diare, mengurangi durasi dan tingkat
keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi zink,
segera setelah anak tidak muntah.
c.
Lanjutkan pemberian
makan
Selama
diare, penurunan asupan makanan dan peningkatan kebutuhan nutrisi sering kali
menyebabkan penurunan berat badan. Jika hal ini berlangsung lama, dapat terjadi
gagal tumbuh. Untuk menghindari ini, selama diare, anak harus tetap diberi
asupan makanan yang bergizi.
2.
Penatalaksanaan
a.
Dehidrasi Berat
Anak
yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera
setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan
pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.
Anak
dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang
diikuti dengan terapi rehidrasi oral.
1)
Mulai berikan cairan
intravena segera. Pada saat infus disiapkan, hasil larutan oralit jika anak
bisa minum
Catatan :
Larutan IV terbaik adalah larutan Ringer laktat (disebut pula larutan Hartman
untuk penyuntikan). Namun, jika tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl
0,9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dekstrosa) tunggal tidak efektif dan
jangan digunakan.
2)
Beri 100% mL/kg larutan
yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut ini :
|
Pertama, berikan 30mL/kg dalam :
|
Selanjutnya, berikan
70 mL/kg dalam :
|
Usia
≤ 12 bulan
|
11
jam
|
5
jam
|
Usia
≥ 12 bulan
|
30
menit
|
2,5
jam
|
Rencana
penatalaksanaan dibuat sesuai hasil penilaian derajat dehidrasi dengan
menggunakan rencana pengobatan yang sesuai. Rencana terapi untuk dehidrasi
berat dengan lengkap dapat dilihat pada bagian Rencana Terapi C
b.
Dehidrasi sedang/ringan
Pada
umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan oralit,
dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan
ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit. Rencana terapi untuk
dehidrasi sedang/ringan dengan lengkap dapat dilihat pada bagan Rencana terapi
B.
c.
Tanpa Dehidrasi
Anak
yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapakan cairan
tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus
mendapatkan diet yang sesuai dengan usia mereka, termasuk meneruskan ASI.
Rencana terapi untuk diare tanpa dehidrasi dengan lengkap dapat dilihat pada
bagan rencana terapi A.
Mengenai Diare Dehidrasi Berat
sesuai Rencana Terapi C
(memodifikasi untuk bayi muda)
|
·
Mulailah melakukan rehidrasi
dengan oralit melalui pipa orogastrik, beri 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam
(total 120 mL/kg)
·
Periksa kembali bayi setelah 1
jam:
ü
Jika membaik, RUJUK SEGERA
ü
Jika bayi muntah terus-menerus
atau perut makin kembung, RUJUK SEGERA dengan memberi cairan lebih lambat.
|
Catatan: Pada tingkat dehidrasi apapun, sebaiknya ASI tetap diberikan
|
RUJUK SEGERA untuk pengobatan IV
/ NGT/ OGT
|
Apakah anak masih bisa minum?
|
TIDAK
|
TIDAK
|
·
RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit
untuk pengobatan intravena
·
Jika bayi dapat minum, bekali
ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada bayinya sedikit demi
sedikit selama dalam perjalanan
|
Apakah
ada fasilitas pemberian cairan intravena yang terdekat (dalam 30 menit)?
|
Apakah
anda telah dilatih menggunakan pipa progastrik untuk rehidrasi?
|
TIDAK
|
Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada
fasilitas dan kemampuan untuk pemberian cairan IV, maka:
·
Pasang jalur IV
·
Berikan cairan IV Ringer
Laktat (jika tidak tersedia berikan cairan NaCl 0,9%) sebanyak 30 mL/kgBB
selama 1 jam (10 tetes makro/kgBB/menit atau 30 tetes mikro/kg BB/menit.
·
Evaluasi setiap 1 jam : Bila
membaik, RUJUK SEGERA dengan meneruskan cairan IV 70mL/kgBB selama 5 jam
(5 tetes makro/kgBB/menit atau 14 tetes mikro/kgBB/menit
·
Bila belum membaik, nadi masih
lemah, ulang lagi 30 mL/kgBB/jam (10 tetes makro/kgBB/menit atau 30 tetes
makro/kgBB/menit.
Lakukan evaluasi 1 jam:
ü
Bila membaik, RUJUK SEGERA
dengan meneruskan pemberian cairan IV 70 mLkgBB selama 5 jam (5 tetes
mikro/kgBB/menit atau 14 tetes mikro/kgBB/menit
ü
Bila belum membaik, RUJUK
SEGERA dengan memberikan cairan IV dengan tetesan lebih cepat sampai
teraba nadi lebih kuat
|
MULAI DI SINI
|
Dapatkah Anda segera memberi
cairan intravena?
|
TIDAK
|
YA
|
YA
|
YA
|
Gambar 1.1 Bagan rencana terapi C
Rencana Terapi B :
Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
Berikan Oralit di Klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
·
TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
Jumlah Oralit yang diperlukan
= berat badan (dalam kg) x 75 mL
Digunakan USIA hanya berat
badan anak tidak diketahui.
ü
Jika anak menginginkan, boleh
diberikan banyak dari pedoman di atas.
ü
Untuk anak berusia kurang dari
6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-200 mL air matang selama
periode ini.
·
TUNJUKKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
ü
Minumkan sedikit-sedikit
tetapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.
ü
Jika anak muntah, tunggu 10
menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat.
ü
Lanjutkan ASI selama anak mau.
·
SETELAH 3 JAM
ü
Ulangi penilaian dan
klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
ü
Pilih rencana terapi yang
sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
ü
Mulailah memberi makan anak.
·
JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI:
ü
Tunjukkan caramenyiapkan
cairan oralit dirumah.
ü
Tunjukkan berapa banyak oralit
yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
ü
Beri bungkus oralit yang cukup
untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam Rencana
A.
ü
Jelaskan 4 aturan perawatan
diare dirumah:
1.
BERI CAIRAN TAMBAHAN
2.
LANJUTKAN PEMBERIAN MAKANAN Lihat Rencana Terapi A
3.
KAPAN HARUS KEMBALI
|
Catatan : aturan yang ke-4 yaitu Pemberian Tablet Zink, tidakdiberikan kepada bayi muda.
|
Gambar 1.2 Bagan
rencana terapi B
RENCANA TERAPI A : Penanganan
Diare di Rumah
Jelakan pada Ibu tentang empat aturan perawatan
dirumah:
1.
BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak
anak mau)
·
JELASKAN KEPADA IBU:
ü Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kal;i pemberian.
ü Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan
ü Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih
cairan berikut ini : Oralit,Cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau
air matang.
Anak harus diberi larutan oralit dirumah, jika :
ü Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan
ini.
ü Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
·
AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT. BERI IBU 6 BUNGKUS
ORALIT (200 mL) UNTUK DIGUNAKAN DI RUMAH.
·
TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN LAIN YANG HARUS
DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK BERAK :
ü Sampai usia 1 tahun : 50 sampai 100 mL setiap kali berak
ü Usia 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 mL setiap kali berak
Katakan kepada Ibu :
ü Agar minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari
mangkuk/cangkir/gelas.
ü Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit. Lalu, lanjutkan lagi
dengan lebih lambat.
ü Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2.
LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
3.
KAPAN HARUS KEMBALI
|
Catatan : aturan yang ke-4 yaitu Pemberian Tablet Zink, tidak diberikan kepada bayi muda.
|
Gambar
1.3 Bagan rencana terapi A
H. MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit)
1.
Pengertian
MTBS
singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita
sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di
unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes,
dll.
Bila
dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi
dan balita
MTBS merupakan suatu
sistem :
a.
Input
Balita
sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS
Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu
b.
Proses
Balita
sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS. Memeriksa berat dan suhu badan.
Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan
mendengar stridor. Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata
cekung, memberi minum anak untuk melihat apakah tidak bisa minum atau malas dan
mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor. Selalu memeriksa status gizi,
status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin A. Tempat dan petugas : Ruangan
MTBS, case manager (Bidan yang telah dilatih MTBS)
c.
Output
Klasifikasi
yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi dan
konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan
harus kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi,
Konseling cara perawatan di rumah. Rujukandiperlukan jika keadaan balita sakit
membutuhkan rujukan.
Praktek
MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a.
Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas kesehatan
non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani pasien
balita)
b.
Memperbaiki sistem
kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi didalam pendekatan MTBS)
c.
Memperbaiki praktek
keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan)
2.
Tujuan
MTBS
a.
Menurunkan secara bermakna angka kematian dan
kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita.
b.
Memberikan konstribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
3.
Proses
Manajemen
a.
Menilai anak umur 2-5
bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
b.
Membuat klasifikasi
kategori untuk menentukan tindakan
c.
Menentukan tindakan
d.
Mengobati dengan
membuat resep, cara memberi obat dan tindakan yang lain yang perlu dilakukan
e.
Memberi konseling bagi
ibu
f.
Memberi layanan tindak
lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita
Lockhart RN. MSN, Lyndon Saputra. 2014. Asuhan
Kebidanan Neonatus Normal dan Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
Jitowiyono,
Sugeng dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus
dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Bina Kesehatan Anak. 2012. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta
Pudiastuti,
Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saputra,
Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan
Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985, Buku Kesehatan
Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Sudarti,
dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudarti. 2010. Kelainan
Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti dan Afroh Fauziah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, dan
Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar