BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada kehamilan
postterm telah terjadi perubahan produk kehamilan. Terkadang hal tersebut
kurang disadari sehingga menghasilkan keluaran janin dengan resiko mortalitas
dan morbiditas tinggi.
Pada kehamilan
postterm terjadi perubahan plasenta, cairan amnion dan janin. Hal ini
meningkatkan resiko terjadi oligrohidramnion, aspirasi mekonium, asfiksia janin
dan distosia bahu. Induksi persalinan dilakukan bila tidak ditemukan adanya
kontra indikasi. Selama persalinan pola denyut jantung janin di monitor untuk
mendeteksi terjadinya fetal distress. Pengelolaan yang tepat selama kehamilan
dan persalinan dapat menurunkan resiko mortalitas dan morbiditas janin.
Kehamilan postterm menurut American College of Obstetrian dan Gynaecologyst
adalah usia kehamilan genap atau lebih dari 42 minggu ( 294 hari ) dari hari
pertama menstruasi terakhir. Istilah lain yang sering digunakan selain postterm
adalah postdates.
Angka kejadian
postterm sekitar 8% dari 4 juta kelahiran di United States selama 1977. Analisa
dari 27.677 kelahiran wanita Norwegia terjadi peningkatan dari 10% ke 27%. Jika
kelahiran pertama postterm dan menjadi 39% jika dua kali kelahiran postterm 1.
Pada kehamilan
postterm terjadi perubahan keadaan plasenta, cairan amnion dan janin. Perubahan
tersebut meningkatkan resiko luaran perinatal yang buruk. Beberapa keadaan yang
penting untuk di waspadai adalah oligohidramnion aspirasi mekonium, asfiksia
janin dan distoksia bahu 1-3. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka perlu
memahami faktor resiko dan mempersiapkan secara seksama pengelolaan sebelum dan
selama persalinan.
Kehamilan secara umum di tandai dengan
aktivitas otot polos miometrium yang relative tenang yang
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan. Otot polos uterus mulai menunjukkan
aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, di selingi dengan suatu
periode relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang persalinan, serta
secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang
mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan
kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas
benar.
Secara luas istilah gawat janin telah
banyak di pergunakan, istilah ini biasanya menandakan
kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin, yang
kemudian berakhir dengan seksio sesaria atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya di nilai dengan
menghitung denyut jantung janin (DJJ) dan yang memeriksa kemngkinan
adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering di anggap DJJ yang
abnormal, terutama bila di temukan mekonium, menandakan hipoksia dan
asidosis.
Misalnya, takikardi janin dapat di
sebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh
hipertermia sekunder dari infeksi intrauterine. Keadaan tersebut
biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis. Sebaliknya,
bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan
dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu di
tetapkan criteria apa yang di maksud dengan gawat janin di sebut gawat janin, bila
di temukan denyut jantung janin di atas 160/menit atau di
bawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mengetahui
secara umum mengenai fetal distress serta asuhan kebidanan yang tepat terhadap
kasus tersebut.
2. Tujuan
Khusus
a.
Melakukan
pengkajian data subjektif fetal distress di ruang IGD PONEK
b.
Melakukan
pengkajian data objektif fetal distress di ruang IGD PONEK
c.
Melakukan
analisa data fetal distress di ruang IGD PONEK
d.
Melakukan
penatalaksanaan fetal distress di ruang IGD PONEK
C. Manfaat
1. Bagi
Rumah Sakit
Memberi
informasi kepada praktisi medis tentang karakteristik pasien dengan fetal
distress sehingga praktisi medis akan lebih cermat dan waspada dalam menangani
pasien dengan gawat janin untuk mendapatkan outcome yang optimal.
2. Bagi
Keluarga dan Pasien
Memberi
pengetahuan kepada keluarga dan pasien dengan gawat janin atau fetal distress
tentang karakteristik kondisi pasien dan janin sehingga keluarga dan pasien
lebih waspada untuk mencari pertolongan segera.
3. Bagi
Mahasiswa
Menjadi sarana
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama pembelajaran di
perkuliahan dan pengalaman praktik
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Gawat Janin
Gawat janin adalah Denyut jantung
janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit (Nugroho,
2012). Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang cukup,
sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam
jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut
jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak
teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan
(Prawirohardjo, 2009). Gawat janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup (Dewi.A.h., Cristine.C.P., 2010).
B. Penyebab
Gawat Janin
Menurut
Prawirohardjo (2009) penyebab gawat janin sebagai berikut :
1.
Persalinan
berlangsung lama
Persalinan
lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida dan
lebih dari 18 jam pada multigravida (Nugrahaeni, 2010). Persalinan lama dapat
mengakibatkan ibu menjadi Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat,
nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Bandle
Ring, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2.
Induksi
persalinan dengan oksitosin
Induksi
persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil belum inpartu baik secara
operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga
terjadi persalinan. Akibat pemberian oksitosin yang berlebihan dalam persalinan
mengakibatkan relaksasi uterus tidak memberikan pengisian plasenta.
3.
Ada
perdarahan
Perdarahan
yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena solusio plasenta. Terjadinya
solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
tersebut kemudian terbelah sehingga meninggalkan lapisan tipis yang melekat
pada miometrium. Sebagai akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal akan
terdiri dari pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi
dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
4.
Infeksi
Infeksi, yang
disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama dapat membahayakan ibu dan
janin, karena bakteri didalam amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneomonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya (Prawirohadjo, 2009).
5.
Insufisiensi
plasenta
a.
Insufisiensi
uteroplasenter akut
Hal ini terjadi karena akibat
berkurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat, berupa:
aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonika uterus, dapat dihubungkan dengan
pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang,
perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusio plasenta.
b.
Insufisiensi uteroplasenter
kronis
Hal
ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus-plasenta dalam waktu
yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi.
6.
Kehamilan Postterm
Meningkatnya resiko pada janin postterm
adalah bahwa dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG,
bersifat prediktif terhadap gawat janin pada intrapartum, terutama bila
disertai dengan oligohidramnion. Penurunan cairan amnion biasanya terjadi
ketika usia kehamilan telah melewati 42 minggu, mingkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang
merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom
aspirasi mekonium.
7.
Pre Eklampsia
Menurut Prawirohardjo (2009), Preeklamsia
dapat menyebabkan kegawatan janin seperti sindroma distres napas. Hal tersebut
dapat terjadi karena vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan invasi
trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami
kerusakan dan menyebabkan aliran darah dalam plasenta menjadi terhambat dan
menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadi gawat janin.
C. Penilaian Klinik Gawat Janin
Menurut
Prawirohardjo (2009) tanda gejala gawat janin dapat diketahui dengan :
1.
DJJ Abnormal
Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin
abnormal adalah sebagai berikut :
a.
Denyut jantung janin irreguller
dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa watu.
Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya
hipoksia.
b.
Bradikardi yang terjadi
diluar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya gawat janin.
c.
Takhikardi dapat merupakan
reaksi terhadap adanya :
1)
Demam pada ibu
2)
Obat-obat yang menyebabkan
takhikardi (misal: obat tokolitik)
Denyut jantung janin abnormal dapat disebut
juga dengan fetal distress. Fetal distress dibagi menjadi dua
yaitu fetal distress akut dan fetal distress kronis. Menurut
Marmi (2010) dibawah ini
dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
d. Faktor yang mempengaruhi fetal
distress akut
1) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama
dan kuat adalah abnormal dan uterus dalam keadaan istirahat yang lama dapat
mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan
hipoksia uterus.
2) Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu
sirkulasi darah fetus dan dapat mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan
pada prolapsus, lilitan tali pusat.
3)
Kondisi
tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio
plasenta. Hal ini berhubungan dengan kelainan fetus.
4) Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi
baru lahir sebagai akibat pemberian analgetika pada ibu dalam persalinan dan
perlukaan pada proses kelahiran menyebabkan hipoksia.
e. Faktor yang mempengaruhi fetal
distress kronis
Fetal distress kronis berhubungan
dengan faktor sosial yang kompleks.
1)
Status
sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran
kekurangan penghasilan tetapi juga kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan
fisik dan psikis.
2)
Umur
maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua
lebih dari 35 tahun merupakan umur resiko tinggi.
3)
Merokok
Nikotin dapat menyebabkan
vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana
karbonmonoksida mengurangi transport oksigen. Angka mortalitas perinatal
maningkat.
4)
Penyalah
gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam
kehamilan berhubungan dengan banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan
persalinan preterm yang semuanya meningkatkan resiko kematian perinatal.
5)
Riwayat
obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan
preterm atau lahir mati berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam
kehamilan ini.
6)
Penyakit maternal
Kondisi
yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat mempengaruhi sistem
sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus
seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik, diabetes,
penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi penurunan
oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb kurang
dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung, epilepsi (jika
tidak terkontrol dengan baik), infeksi maternal berat.
Kondisi
tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang
dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7)
Kondisi plasenta
Kondisi
tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan antepartum yang
dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
8)
Kondisi fetal
Malformasi
konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas resus yang
meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan
ganda.
9) Faktor resiko intra partum
Selama persalinan faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko fetal distress, yaitu: malpresentasi
seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep, SC, sedatif atau analgetik
yang berlebihan, komplikasi anastesi (meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum
presipitatus atau partus lama.
f. Deteksi fetus melalui pemeriksaan
antenatal
Pemeriksaan
yang digukankan untuk mendeteksi fetus meliputi:
1) USG untuk menilai pertumbuhan fetus
2) Profil biofisikal
Pemeriksaan fisik pada fetus
menggunakan USG parameter yang digunakan untuk menilai meliputi: gerakan
pernafasan fetus, gerakan fetus, tonus fetusindeks cairan amnion dan NST.
3) Non Stress Tes (NST)
Eksternal kardiotokograf (CTG),
Kriteria yang seharusnya diamati meliputi 2 hal atau lebih, yaitu : denyut
jantung janin, mengalami penurunan sedikitnya 15 denyutan permenit, menetap
sedikitnya 15 detik dalam 20 menit.
4)
Doppler
Menurut
Marmi (2010) tanda fetal distress dalam persalinan, sebagai berikut :
a)
Denyut jantung
(1) Takikardi
diatas 160 kali perdetik atau brakikardi dibawah 120 kali perdetik.
(2) Deselerasi
dini
Ketika
denyut jantung turun lebih dari 15 kali permenit pada saat kontraksi, kontraksi
deselarasi menggambarkan kontraksi dan biasanya dianggap masalah serius.
(3) Deselerasi
yang berubah-ubah
Deselerasi
yang berubah-ubah hal ini sangat sulit dijelaskan Ini dapat terjadi pada awal
atau akhir penurunan denyut jantung dan bentuknya tidak sama. Hubungan antar
peningkatan asidosis fetus dengan dalam dan lamanya deselerasi adalah adanya
abnormalitas denyut jantung janin.
(4) Deselerasi
lambat
Penurunan
denyut jantung janin menunjukan tingkat deselerasi paling rendah tetapi
menunjukan kontraksi pada saat tingkat yang paling tinggi. Deselerasi yang
lambat menyebabkan penurunan aliran darah fetus dan pengurangan transfer
oksigen selama kontraksi. Penurunan tersebut mempengaruhi oksigenasi serebral
fetus. Jika pola tersebut terjadi disertai dengan abnormalitas denyut jantung
janin harus dipikirkan untuk ancaman yang serius dalam kesejahteraan fetus.
(5) Tidak
adanya denyut jantung
Ini
mungkin disebabkan oleh karena hipoksia kronis atau berat dimana sistem syaraf
otonom tidak dapat merespon stress.
b) Mekonium
Cairan
amnion yang hijau kental menunjukkan bahwa air ketuban jumlahnya sedikit.
Kondisi ini mengharuskan adanya intervensi. Intervensi ini tidak perlu
dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa tanda kegawatan lainnya, atau pada
fase akhir suatu persalinan letak bokong.
D.
Penanganan
Gawat Janin pada Persalinan
Menurut
Prawirohardjo (2009) penanganan gawat janin saat persalinan adalah sebagai
berikut :
1. Cara
pemantauan
a. Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ
selama persalinan :
1) Setiap 15 menit kala I
2) Setiap setelah his kala II
3) Hitung selama satu menit setelah his
selesai
b. Kasus resiko tinggi – gunakan
pemantauan DJJ elektronik secara berkesinambungan
c. Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH
darah janin disediakan
2. Interpretasi data dan pengelolaan
a. Untuk memperbaiki aliran darah uterus:
pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
b. Hentikan infus oksitosin (jika sedang
diberikan)
c. Berikan oksigen 6-8 L/menit
d. Untuk memperbaiki hipotensi ibu
(setelah pemberian anastesi epidural) segera berikan infus 1 L infus RL
e. Kecepatan infus cairan-cairan
intravaskular hendaknya dinaikkan untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri
uterina.
3. Untuk memperbaiki aliran darah umbilicus
a.
Pasien
dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.
b. Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit
c. Perlu
kehadirkan dokter spesialis anak
Biasanya resusitasi
intrauterin tersebut diatas dilakukan 20 menit.
Tergantung terpenuhinya
syarat-syarat, melahirkan janin dapat pervaginam atau perabdominal.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
Hari/ Tanggal Pengkajian : Minggu/ 23 Juli 2017
Tempat Pengkajian : Ruang IGD PONEK
Waktu : 07.30 WITA
No. RM : -
A. Subjektif
Data
1.
Identitas
Nama
Ibu : Ny.
M_____ Nama
Suami : Tn.
S
Umur : 22
Tahun__ Umur : 26
Tahun
Suku : Banjar_____ Suku : Banjar
Agama : Islam______ Agama : Islam
Pendidikan : SMA______ Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT_______ Pekerjaan : Swasta
Alamat
: Lok Baintan Luar Alamat : Lok Baintan Luar
2.
Anamnese
Alasan
kunjungan saat ini: ibu dirujuk bersama Bidan
Keluhan: Ibu
mengatakan mules-mules disertai sakit pinggang mulai jam 19.00 Wita kemarin,
keluar air-air sejak +7 hari yang lalu, keluar lendir darah pervaginam
jam 04.00 Wita
Riwayat
obstetri dan ginekologi :
a.
Riwayat menstruasi
HPHT: 10 – 10 – 2016, TP: 17 – 07 – 2017, UK: 40 Minggu 6
Hari
Lamanya : +
7 hari
Banyaknya : 3 kali
pembalut
Siklus : 28
hari
Menarche : 14
tahun
Teratur/ tidak : Teratur
Dismenorrhea : Tidak ada
Konsistensi__________ : Cair
b.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak
ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
Anak
|
||||||||
No
|
Thn
|
Umur
|
Penyulit
|
Jenis
|
Penolong
|
Penyulit
|
Laserasi
|
Infeksi
|
Perda-rahan
|
L/P
|
BB
|
PB
|
Hamil ini
|
||||||||||||
c.
Riwayat kehamilan saat ini/ sekarang
G1 P0 A0
Jumlah kunjungan ANC : 4
kali selama hamil
Tempat kunjungan : Puskesmas
Diperiksa oleh : Bidan
Imunisasi TT 1 : Tahun
2016
Imunisasi TT 2 : Belum
Pemberian obat-obatan selama kehamilan : Fe
Gerakan anak pertama kali dirasakan : UK 22 Minggu
Gerakan anak dalam 24 jam terakhir : + 12 kali
d.
Riwayat KB
Menjadi akseptor KB : Ya
Jenis kontrasepsi yang digunakan : Pil
Lamanya : Lupa
Masalah yang dialami : Tidak
ada
e.
Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah dialami ibu : Tidak ada
Pengobatan yang didapat : Tidak
ada
Riwayat
penyakit keluarga
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Lainnya : Tidak ada
B. Objektif
Data
1.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : Baik
b.
Kesadaran : Compos Mentis
c.
Status emosional : Stabil
d.
Tanda-tanda vital
1)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
2)
Nadi : 88 x/m
3)
Pernafasan : 20 x/m
4)
Suhu : 36,5 0C
e.
Kepala
1)
Mata
Konjungtiva : Tidak tampak anemis
Sklera : Tidak tampak ikterik
2)
Muka : Tidak tampak oedema
3)
Mulut
Mukosa mulut : Basah, tidak ada stomatitis
Lidah : Bersih
f.
Leher
1)
Tonsil : Tidak ada pembesaran, pembengkakan
2)
Faring : Tidak ada pembesaran, pembengkakan
3)
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran, pembengkakan
4)
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran, pembengkakan
5)
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran, pembengkakan
g.
Dada
1)
Bentuk : Simteris
2)
Retraksi : Tidak ada retraksi
3)
Mammae : Simetris, tidak ada massa
4)
Areola Mammae : Hiperpigmentasi
5)
Papilla Mammae : Menonjol
6)
Puting : Menonjol
7)
Kolostrum : +
h.
Abdomen
1)
Luka operasi : Tidak ada bekas luka operasi
2)
Palpasi
Leopold I : 3 jari dibawah px
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Pres-kep
Leopold IV : DIvergen
TFU : 35 cm
TBJ : (35-11) x 155 = 3,720 gram
Auskultasi DJJ : 171
x/m
i.
Punggung
Posisi : Lordosis
j.
Genitourinaria
1)
Perineum : Utuh
2)
Varises : Tidak ada varises
3)
Kemerahan : Tidak kemerahan
4)
Bekas luka parut : Tidak ada bekas luka parut
k.
Ekstermitas
1)
Turgor : Baik
2)
Warna kulit : Kuning langsat
3)
Oedema :
Tidak tampak oedema
2.
Pemeriksaan keadaan persalinan sekarang
a.
His
1)
Kontraksi : Baik
2)
Frekuensi : 3 x dalam 10 menit
3)
Durasi : 30 detik
4)
Kekuatan : Kuat dan teratur
b.
Pengeluaran pervaginam
1)
Darah lendir : Ada
2)
Air ketuban : Ada merembes warna hijau (mekonium)
3)
Darah : Ada
c.
Pemeriksaan dalam
VT: Ø 5 cm, portio lunak, ketuban (+) merembes, pres-kep.
3. Data
penunjang
a.
Laboratorium : -
b.
Kertas Lakmus : Ada perubahan warna pada kertas lakmus merah
menjadi biru (+)
C. Analisa
Data
Diagnosa Kebidanan : G2P0A1
Usia Kehamilan 40 Minggu 6 Hari Inpartu Kala I Fase Aktif dengan Fetal Distress
Masalah : keluar
air-air sejak 7 hari yang lalu, ketuban (+) merembes, DJJ 170 x/m,
kertas lakmus (+)
Kebutuhan : KIE dan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG
D. Penatalaksanaan
1.
Membangun
hubungan baik antara ibu dan bidan dengan cara menyambut dan menyapa ibu dengan
ramah dan hangat
“Antara ibu dan bidan sudah terjalin hubungan
baik”
2.
Memberitahu
kepada keluarga dan pasien hasil pemeriksaan yaitu DJJ 170 x/m,
TBJ 3,720 gram, pembukaan Ø 5 cm, portio lunak, ketuban (+) merembes, kertas
lakmus (+)
“Keluarga dan pasien mengetahui hasil
pemeriksaan”
3. Mengajarkan
ibu teknik relaksasi ketika ada kontraksi atau kencang-kencang dengan cara
menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut
”Ibu mengerti dan bersedia mengikuti
ajaran yang telah diberikan”
4. Melakukan
KIE terhadap ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayi saat ini.
Menjelaskan kepada ibu bahwa sekarang bayi ibu mengalami fetal distress atau
bisa menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadi gawat
pada janin yang ditandai dengan DJJ yang abnormal >160 x/m sehingga
menyebabkan fetal distres bahkan kematian pada janin, jadi harus segera
ditangani.
“Ibu dan keluarga dapat mengerti dan
paham penjelasan dari Bidan”
5. Melakukan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk melakukan tindakan selanjutnya dengan
pemberian terapi yaitu:
a.
Pemberian O2 2 Lpm
b.
Pemasangan Infus RL 20 TPM (rujukan
Bidan)
c.
Pemberian antibiotic Ceftriaxone 1
gr + Aquades 10 cc, sebelumnya melakukan skin test terlebih setelah itu memasukan
secara IV
“Kolaborasi dan pemberian terapi
sesuai advis dokter telah dilakukan”
6.
Melakukan pendokumentasian
“Pendokumentasian sudah dilakukan”
7. Mengantar
pasien ke ruang VK
“Pasien telah diantar ke ruang VK
bersalin”
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pengkajian data dilakukan pada hari minggu, 23 Juli 2017
di ruang IGD PONEK , pasien dirujuk oleh
Bidan pada pukul 07.30 Wita, dan mulai dilakukan pengkajian pada pukul 07.35
Wit.
Pengkajian data subjektif ibu mengatakan usianya 22
tahun, alamat rumah di Lok Baintan. Alasan kunjungan saat ini karena di rujuk
bidan dengan diberikan bidan berupa Infus RL. Saat dianamnesa ibu mengeluh mules-mules
disertai sakit pinggang mulai jam 19.00 Wita kemarin, keluar air-air sejak +7
hari yang lalu, keluar lendir darah pervaginam jam 04.00 Wita. Ibu mengatakan HPHT 10-10-2016, TP
17-07-2017. Riwayat menstruasi ibu teratur dan tidak ada masalah/ kelainan.
Riwayat kehamilan ini hamil yang pertama, ibu rutin periksa dengan bidan di puskesmas
dan rutin meminum tablet Fe. Riwayat KB ibu pernah menjadi akseptor KB jenis
kontrasepsi yang dipakai adalah pil dan tidak ada masalah selama menggunakan KB
Pil. Riwayat kesehatan ibu saat ini ibu tidak pernah mengalami penyakit dari
riwayat penyakit keluarga tidak ada yang mengalami diabetes melitus, jantung,
hipertensi dan lainnya.
Pengkajian data objektif didapatkan keadaan umum ibu
baik, kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital: TD 120/80
mmHg, N 88 x/m, P 20 x/m,
Suhu 36,5 0C, pemeriksaan fisik kepala, leher, dada, punggung,
genitourinaria dan ekstermitas tidak ada kelainan, kemudian dilakukan pemeriksaan
palpasi abdomen TFU 35 cm, 3 jari dibawah px, PU-KA, pres-kep, divergen, TBJ:
3,720 gram dan Auskultasi DJJ 170 x/m. Hasil pemeriksaan
dalam VT: Ø 5 cm, portio lunak, ketuban (+) merembes, pres-kep. Data penunjang
pemeriksaan kertas lakmus (+).
Analisa data yang dilakukan berupa data subjektif dan
objektif dengan diagnosa kebidanan G2P0A1
Usia Kehamilan 40 Minggu 6 Hari Inpartu Kala I Fase Aktif dengan Fetal Distress, masalah keluar air-air
sejak 7 hari yang lalu, ketuban (+) merembes, DJJ 170 x/m,
kertas lakmus (+) dan kebutuhan
KIE dan kolaborasi dengan dokter Sp.OG
Penatalaksanaan yang dilakukan membangun hubungan baik
antara ibu dan bidan dengan cara menyambut dan menyapa ibu dengan ramah dan
hangat, memberitahu kepada keluarga dan pasien hasil pemeriksaan yaitu
DJJ 170 x/m, TBJ 3,720 gram, pembukaan Ø 5 cm, portio
lunak, ketuban (+) merembes, kertas lakmus (+), mengajarkan ibu
teknik relaksasi ketika ada kontraksi atau kencang-kencang dengan cara menarik
nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut, melakukan KIE
terhadap ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayi saat ini. Menjelaskan
kepada ibu bahwa sekarang bayi ibu mengalami fetal distress atau bisa menimbulkan
hipoksia pada janin yang akan menjadi gawat pada janin yang ditandai dengan DJJ
yang abnormal >160 x/m sehingga menyebabkan fetal distres bahkan
kematian pada janin, jadi harus segera ditangani, melakukan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk melakukan tindakan selanjutnya dengan
pemberian terapi yaitu pemberian O2 2 Lpm, pemasangan Infus RL 20
TPM (rujukan Bidan), pemberian antibiotic Ceftriaxone 1 gr + Aquades 10 cc,
sebelumnya melakukan skin test terlebih setelah itu memasukan antibiotic secara
IV, melakukan pendokumentasian, mengantar pasien ke ruang VK
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fetal Distres (Gawat janin) terjadi
bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. Fetal
distress (gawat janin) pada persalinan adalah suatu keaadaan dimana janin tidak
mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta
kematian.
Etiologi gawat janin yaitu terdiri
dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin sehingga memicu
terjadinya gawat janin,yaitu isufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran
darah uterus-plasenta dalam waktu singkat), insufisiensi
uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
lama),kompresi (penekanan) tali pusat,isoimunisasi Rh.
B. Saran
Sebaiknya ibu hamil menjaga kondisi badannya saat
kehamilan. Dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk ibu hamil
agar janinnya tidak terjadi sesuatu yang di inginkan. Sebaiknya
kehamilan itu diperiksakan ke dokter kandungan setiap beberapa bulan sekali.
Agar janin tetap terjaga dan dalam keadaan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. A.h., Cristine. C.P. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, Asri dan Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Manuaba, C. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi. 2010. Asuhan Kebidanan Patologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Nugrahaeni, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Nugroho. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifudin, Abdul
Bahri. 2009. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: JHPIEGO
Varney, Hellen, 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu
Kebidanan. Jakarta; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar