BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Medis
1.
Nifas
a.
Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu
(Prawirohardjo, 2010).
b.
Perubahan
Fisiologi Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
|
||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
Sistem
Reproduksi
|
Sistem
endokrin
|
Sistem
Urinaria
|
Sistem
gastrointestinal
|
|||||||||
|
|
|
||||||||||
otot polos
berkontraksi
|
HCG
menurun
|
kandung
kemih kurang sensitif
|
|
|||||||||
estrogen menurun
|
kurang KIE
tentang luka perineum
|
|||||||||||
|
|
|
||||||||||
involusi
uterus, lochea, rugae vagina muncul
|
prolaktin
meningkat
|
urine
residual
|
|
|||||||||
|
menahan
defekasi
|
|||||||||||
produksi
ASI
|
|
|||||||||||
konstipasi
|
||||||||||||
Skema 2. 1 Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Sumber: Prawihardjo, 2010
c.
Lochea
Pengeluaran lochea dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya (Marmi, 2012) diantaranya:
Tabel 2.1 Pengeluaran
Lochea Masa Nifas
Lochea
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri – ciri
|
Rubra
|
1 – 3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
|
Sanguilenta
|
3 – 7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir.
|
Serosa
|
7 – 14 hari
|
Kekuningan atau kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
|
Alba
|
> 14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks, serabut jaringan yang mati.
|
Sumber: Prawihardjo, 2010
d.
Tahapan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009) Tahapan
Masa Nifas di bagi dalam 3 periode, yaitu :
1)
Periode Immediate
Puerperium, yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia
uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
2)
Periode Early
Puerperium (24 jam-1 minggu). Di fase ini bidan memastikan involusio uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
bayinya dengan baik.
3)
Periode Late
Puerperium (1 minggu-6 minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
e.
Kebutuhan
Dasar Masa Nifas
1)
Nutrisi
dan cairan
a)
Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk proses metabolisme
tubuh, kerja organ tubuh dan proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan
2200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama kemudian +500
kalori bulan selanjutnya.
Gizi
ibu menyusui :
(1)
Mengkonsumsi
tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
(2)
Makan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
(3)
Minum
sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
(4)
Pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
(5)
Minum
vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASInya.
b)
Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjuran mengandung 50-60 %
karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada
dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi
menyerap kalsium dan mudah dimetabolisme menjadi dua gula sederhana (galaktosa
dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi
selama masa bayi.
c)
Lemak
Lemak 25-35 % dari
total makanan. Lemak menghasilkan setengah kalori yang diproduksi oleh ASI
d)
Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu
pada masa nifas adalah sekitar 10-15 %. Protein utama dalam air susu ibu adalah
whey. Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang memudahkan
penyerapan nutrient ke dalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat yaitu nabati (tahu,
tempe, kacang-kacangan) dan hewani (daging,
ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting).
e)
Vitamin
dan mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk
melancarkan metabolism tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air
susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi,
tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun
kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, tiamin, asam folat,
kalsium, seng dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan asam folat dalam air susu langsung berkaitan dengan diet
atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai
akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun
bayi.Sumber vitamin(hewani, nabati) dan sumber
mineral (ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat
besi, seng dan yodium).
f)
Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses
metabolisme tubuh. Minumlah
cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah
darah dan zat besi diberikan seta=40 hari post partum. Minumlah kapsul Vit A (200.000 unit).
2)
Ambulasi
pada Masa nifas
Persalinan merupakan proses yang
melelahkan, itulah mengapa ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah
melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang
belum berjalan baik. Ibu harus cukup istirahat, dimana ibu harus tidur
telentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum.
Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat
tersumbatnya pembuluh darah ibu. Pada persalinan normal, jika gerakannya tidak terhalang
oleh pemasangan infus atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan,
biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu, 1 atau 2
jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ibu diminta untuk
melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana
dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien section
caesarea biasanya mulai ‘ambulasi’ 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika pasien
menjalani analgesia epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dilakukan
dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah itu ibu bisa pergi ke kamar mandi.
Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan
yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara
bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua
ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki
yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi
ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati
faktor-faktor berikut:
a)
Mobilisasi
jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh. Khususnya
jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu,
mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, tergaggunya fungsi otot
dan lain-lain.
b)
Yakinlah
ibu bisa melakukan gerakan-gerakan diatas secara bertahap.
c)
Kondisi ubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan
mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, system sirkulasi di dalam
tubuh pun bisa berfungsi normalkembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian
menyebutkan early ambulation(gerakan
sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah
bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) da bisa menyebabkan infeksi.
d)
Jangan melakukan
mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.
e)
Latihan
postnatal biasanya latihan dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari
sekali dengan pengawasan bidan. Pada beberapa rumah sakit, fisioterapis
menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-hari tertentu setiap
minggu.
f)
Tujuan
latihan dijelaskan pada ibu sehingga ia menyadari pentingnya meluangkan waktu
untuk mengikuti latihan ketika di rumah sakit dan akan melanjutkannya setelah
di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian
menghasilkan bentuk tubuh baik, mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah
atau memperbaiki stress inkotinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah
diseluruh tubuh.
3)
Kebersihan
Diri atau Perineum
a)
Pengertian
Kebersihan
Dibawah ini dijelaskan macam-macam
pengertian kebersihan yaitu sebagai berikut :
Kebersihan adalah keadaan bebas dari
kotoran, termasuk di antaranya debu, sampah dan bau. Di zaman modern, setelah
Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh
mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri pathogen dan bahan
kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari
hygiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan
diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau
menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri seperti mandi, menyikat gigi,
mencuci tangan dan memakai pakaian yang bersih.
Mencuci adalah salah satu cara menjaga
kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan
dengan air dan sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan merupkan cara
terbaik dalam mecegah penularan influenza dan batuk pilek.
b)
Kebersihan
pada Masa Nifas
Empat puluh minggu masa kehamilan telah
terlewati dengan mulus. Namun masih harus
menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni proses “pembersihan
diri” alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari. Tahapan-tahapan selama
masa nifas ini, vagina akan terus-menerus mengeluarkan darah. Biasanya darah
tersebut mengandung trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta
sel-sel dinding rahim (endometrium) yang disebut lokia.
Pada prinsipnya, urgensi kebersihan vagina
pada saat nifas dilandasi beberapa alasan yaitu :
(1)
Banyak
darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
(2)
Vagina
berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap hari kita
lakukan.
(3)
Adanya luka
di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
(4)
Vagina
merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk kemudian menjalar ke
rahim.
c)
Langkah
Menjaga Kebersihan vagina
Berikut mengenai cara membersihkan vagina
yang benar yaitu sebagai berikut:
(1)
Siram mulut
vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang
digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah belakang hingga
tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air
seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka
jahitan.
(2)
Vagina
boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi
sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut
dengan seksama.
(3)
Bila
ibu benar-benar takut menyentuh luka
jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk
berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
(4)
Yang sering
terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti
itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai
darah atau kotoran. Berarti bila pembalut tidak diganti, akan vagina akan tetap
lembab dan kotor.
(5)
Setelah
dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut lalu kenakan pembalut baru.
Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali
atau bila sudah dirasa tidak nyaman.
(6)
Setelah
semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang
diresepkan oleh dokter.
d)
Perawatan
pada Tindakan Episiotomi
Inilah cara perawatan setelah episiotomi :
(1)
Untuk
menghindari rasa sakit saat buang air besar, ibu dianjurkan memperbanyak
konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu tinja yang
dikeluarkan menjadi tidk keras dan ibu tidak perlu mengejan. Kalau perlu,
dokter akan memberikan obat untuk melembekkan tinja.
(2)
Dengan
kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindari banyak bergerak pada
minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum. Bayak-banyaklah duduk
dan berbaring. Hindari berjalan karena membuat otot perineum bergeser.
(3)
Jika
kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan mobilisasi
setelah cukup beristirahat.
(4)
Setelah
buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti pembalut darah nifas,
bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika ibu benar-benar takut
untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk berendam dalam larutan
antiseptik selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni dan
feses juga akan hilang.
(5)
Bila memang
dianjurkan dokter, lukadi bagian perineum dapat diolesi salep antibiotik.
(a)
Bila
Terjadi infeksi
Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang
telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada
pada perineum sehingga memilih tidak
membersihkannya. Padahal dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi
kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi.
(b)
Gejala-gejala
infeksi yang dapat diamati adalah :
i.
Suhu tubuh
melebihi 37,50C
ii.
Menggigil,
pusing dan mual
iii.
Keputihan
iv.
Keluar
cairan seperti nanah dari vagina
v.
Cairan yang
keluar disertai bau yang menyengat
vi.
Keluarnya
cairan disertai dengan rasa nyeri
vii.
Terasa
nyeri di perut
viii.
Perdarahan
kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya, seminggu sesudah
melahirkan, pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak
keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera
periksakan diri dokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindaklanjuti
dengan penggunaan antibiotik yang adekuat untuk membunuh kuman yang ada.
(c)
Alasan
Menjaga Kebersihan Vagina
Setelah seluruh hasil pemantauan
dinyatakan baik, ibu bisa meneruskan perawatan secara pribadi. Selama masa
pasca persalinan, entah itu normal atau sesar akan terjadi perdrahan selama 40
hari atau masa nifas. Di sinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah
seputar vagina dengan seksama.
Kebersihan vagina selama masa nifas harus
dilakukan karena beberapa alasan, seperti banyak darah dan kotoran yang keluar
dari vagina.
i.
Vagina
merupakan daerah yang dekat dengan tempat buang air kecil dan tempat buang air
besar yang tiap hari kita lakukan.
ii.
Adanya luka
di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
iii.
Vagina
merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang ada di daerah tersebut
menjalar ke rahim.
4)
Istirahat
a)
Istirahat
malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru mungkin
memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika
benar-benar diperlukan. Kerap kali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi
obat tidur ini dan air benar-benar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda
vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu menemukan
bahwa lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian
lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomi sehingga semua ini akan
menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau
terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum
pasien menggunakan obat tidur.
b)
Istirahat
Siang
Pada hampir setiap rumah sakit bersalin,
periode istirahat yang jelas perlu disediakan secara teratur dan kerap kali di
perlukan selama satu jam sebelum makan siang tirai ditarik, radio dimatikan,
staf kebidanan harus bekerja tanpa suara, tamu yang ingin berkunjung dilarang dan panggilan
telepon tidak diteruskan kepada pasien kecuali benar-benar mendesak. Ibu harus
dibantu untuk mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini :
berbaring telungkup (mungkin dengan bantal di bawah panggulnya) untuk membantu
drainase uterus jika posisi nyaman baginya.
c)
Tidur
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola
tidur, terutama segera setelah melahirkan. Tiga hari pertama dapat merupakan
hari yang sulit bagi ibu akibat penumpukkan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat karena perineum. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu yakni:
(1)
Mengurangi
jumlah ASI yang di produksi
(2)
Memperlambat
proses involusio uterus
(3)
Meningkatkan
perdarahan
(4)
Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
5)
Seksual
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu
atau 40 hari, menurut orang awam merupakan masa nifas yang penting untuk di
pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.
Darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degeneratif, sel-sel mati dan sel-sel
endometrium sisa.
Banyak pasangan suami-istri merasa
frekuensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak. Ada
anggapan bahwa wanita usai persalinan kurang bergairah karena pengaruh hormon.
Terutama pada bulan-bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan
menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil
dibandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berhubungan
intim.
Meskipun hubungan telah dilakukan minggu
keenam adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau
nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Pada kasus semacam ini
ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
a)
Sesuai
tradisi. Setelah melahirkan ibu-ibu sering mengkonsumsi jamu-jamu tertentu yang
mengandung zat-zat yang memiliki sifat astrigents yang berakibat menghambat
produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
b)
Jaringan
baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih
sensitive.
c)
Faktor
psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan. Hubungan seksual
yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang.
6)
Eliminasi :
BAB dan BAK
a)
Miksi atau
BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya
dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.
Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulo spigter ani selama persalinan, atau
dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila
kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
b)
Defekasi
atau BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 post
partum. Apabila mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur,
cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per
oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
7)
Latihan
atau Senam Nifas
a)
Definisi
Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan
oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam
nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan
keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Wanita yang setelah persalinan
seringkali mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi
karena merupakan akibat membesarnya otot rhim karena pembesaran selama
kehamilan dan otot perut jadi memanjang sesuai usia kehamilan yang terus
bertambah. Setelah persalinan, otot-otot tersebut akan mengendur. Selain itu,
peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan
tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah satunya dengan melakukan senam nifas
yang teratur di samping anjuran-anjuran lainnya.
b)
Waktu untuk
melakukan Senam Nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24
jam setelah persalinan secara teratur setiap hari. Kendala yang sering ditemui
adalah tidak sedikit ibu yang setelah melakukan persalinan takut untuk
melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit atau menambah perdarahan.
Anggapan ini tidak tepat karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam
setelah persalinan Caesar, ibu sudah dianjurkan untuk melakukan mobilisasi
dini. Tujuannya mobilisasi ini agar terutama peredaran darah ibu dapat berjalan
dengan baik. Selanjutnya ibu dapat melakukan senam nifas.
c)
Tujuan atau
Kegunaan Senam Nifas
Banyak sekali manfaat dari melakukam senam
nifas. Secara umum adalah untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu
kembali seperti sediakala sebelum kehamilan, manfaat itu antara lain :
(1)
Memperbaiki
sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (trombosis) pada
pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
(2)
Memperbaiki
sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan
otot-otot punggung.
(3)
Memperbaiki
tonus otot pelvis.
(4)
Memperbaiki
regangan otot tungkai bawah.
(5)
Memperbaiki
regangan otot abdomen setelah hamil.
(6)
Meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
(7)
Memperlancar
terjadinya involusio uteri.
d)
Persiapan
Senam Nifas
Senam nifas dilakukan pada saat ibu
benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas atau
diantara waktu makan. Sebelum melakukan senam nifas, persiapan yang dapat
dilakukan adalah :
(1)
Mengenakan
baju yang nyaman untuk olahraga
(2)
Minum
banyak air putih
(3)
Dapat
dilakukan ditempat tidur
(4)
Dapat
diiringi musik
(5)
Perhatikan
keadaan ibu
e)
Faktor yang
menentukan kesiapan senam nifas :
Beberapa faktor yang menentukan kesiapan
ibu untuk memulai senam nifas antara lain :
(1)
Tingkat
kebugaran tubuh ibu
(2)
Riwayat
persalinan
(3)
Kemudahan
bayi dalam pemberian asuhan
(4)
Kesulitan
adaptasi post partum
f)
Latihan
Senam Nifas yang dapat dilakukan antara lain :
(1)
Senam otot
dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
kerutkan atau kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5
detik. Kemudian kendorkan Selma 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah
dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari. Secara bertahap lakukan
senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.
(2)
Senam otot
perut (dilakuka setelah 1 minggu nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi
berbaring dan lutut tertekuk pada alas yang datar dank eras. Mulailah dengan
melakukan 5 kali perhari untuk setiap jenis senam. Setiap minggu tambahkan
frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam
ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
(a)
Menggerakkan
panggul
i.
Ratakan
bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.
ii.
Keraskan
otot perutatau panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.
iii.
Otot
kembali relaksasi, bagian bawah punggung kembali ke posisi semula
(b)
Bemafas
dalam
Tariklah nafas dalam-dalam denga tangan
diatas perut. Perut dan tangan diatasnya akan tertarik ke atas. Tahan selama 5
detik.
(c)
Menyilangkan
tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah (a).
pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat. Bila hal ini tak dapat
dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya. Tahan selama 5 detik,
pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.
(d)
Menekukkan
tubuh
Lakukan posisi seperti langkah (a). tarik
nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala. Keluarkan nafas dan angkat
kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.tahan selama 5 detik. Tariklah nafas
sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.
(e)
Bila
kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit. Dengan kedua
lengan diatas dada. Selanjutnya tangan di belakang kepala. Ingatlah untuk tetap
mengencangkan otot perut. Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat
berbaring.
Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar
bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi
beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak
terlalu melelahkan.
f.
Adaptasi
Psikologi Ibu
Suatu penyesuaian diri yang sangat besar terhadap jiwa dan
kondisi tubuhnya setelah mengalami suatu stimulasi dan kegembiraan yang luar
biasa. Emosional labil (mood :
keadaan jiwa terganggu), keadaan ini sering terjadi selama hari-hari pertama
puerperium
(Prawirohardjo, 2010).
Setelah partus umumnya wanita
menunjukkan rasa gembira tapi beberapa hari kemudian kemungkinan terjadi
depresi dan sedih atau menangis. Hal ini adalah Fase transisi dan kemungkinan
reaksi dari stress fisik dan mental setelah post partum, cemas tentang bayinya
dan merasa tidak adekuat untuk menjadi seorang ibu (Prawirohardjo, 2010). Adaptasi psikologi ibu terbagi menjadi tiga, yaitu:
1)
Hari ke-1 (Taking In),
ibu terfokus pada diri sendiri, minta diperhatikan.
2)
Hari ke-2 (Taking Hold), ibu menjadi mandiri, punya keinginan merawat bayinya.
3)
Minggu pertama (Letting Go),
masa mendapat peran baru, ibu mulai mencurahkan kegiatan pada bantuan orang
lain,beri dukungan baik dari petugas maupun keluarganya.
g.
Kunjungan
Masa Nifas
1)
Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan) bertujuan untuk mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu, dan salah
satu anggota keluarga, pemberian ASI awal, melaksananakan hubungan antara ibu dan
BBL dan menjaga bayi tetap sehat
dan cara mencegah terjadi hipotermi.
2)
Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) bertujuan untuk memastikan
involusi uterus berjalan yaitu
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan. Menilai tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal, aemastikan
ibu mendapaatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
2)
Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan) tujuan sama dengan kunjungan II 6 hari setelah persalinan.
3)
Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) bertujuan menanyakan tentang
penyulit yang ibu dan bayi alami dan
memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini
Menurut Permenkes RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Bab III
mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 10 ayat (2d) Pelayanan
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas
normal.
BAB II
TINJAUAN KASUS
7 LANGKAH VARNEY
BAB III
PENUTUP
A. Pembahasan
Setelah
penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. L.A di Rumah
Sakit sesuai
dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut 7 langkah Varney, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pentingnya asuhan kebidanan yang
diberikan bidan terhadap ibu. Pembahasan ini dimaksudkan supaya bisa diambil
suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga
dapat digunakan sebagai tindak lanjut, dalam penerapan asuhan kebidanan yang
efektif dan efesien.
1.
Pengkajian
Pada
langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data. Berisi
tanggal pengkajian, waktu pengkajian, dan nama pengkaji. Pengkajian terdiri
dari data subyektif dan data obyektif (Varney, 2006). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira
berlangsung selama 6 minggu (Prawirohardjo, 2010). Pengeluaran lochea dapat
dibagi berdasarkan waktu dan warnanya (Marmi, 2012) diantaranya:
Tabel 2.1 Pengeluaran Lochea Masa Nifas
Lochea
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri – ciri
|
Rubra
|
1 – 3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,
sisa mekoneum dan sisa darah.
|
Sanguilenta
|
3 – 7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir.
|
Serosa
|
7 – 14 hari
|
Kekuningan atau kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
|
Alba
|
> 14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks, serabut jaringan yang mati.
|
Sedangkan pada data
subyektif Ny. L.A mengatakan perut terasa mules dan ibu melahirkan pada tanggal
20 april 2016 pukul 01.35 WITA yang merupakan anak pertamanya, ibu mengatakan
usianya 23 tahun. Data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis, TD: 110/80 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 20 x/menit, T:
36,50C, muka tidak pucat, mata tidak tampak cekung, conjungtiva
merah muda, sclera tidak ikterik, mukosa mulut basah, turgor kulit kembali
dalam waktu 2 detik, TFU: 2 jari dibawah pusat, lochea: rubra, mobilisasi: ibu
sudah bisa miring ke kiri dan kanan serta posisi setengah duduk, kontraksi
uterus: baik (teraba keras), kandung kemih: kosong, perdarahan: + 10 cc,
genetalia: perineum rupture (derajat 2) dan telah di lakukan heacting. Pemeriksaan
penunjang lainnya tidak dilakukan.
Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
2.
Interpretasi
Data
Menurut (Sulistyawati, 2009) kebutuhan dasar
masa nifas salah satunya yakni nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi harus
bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh dan proses pembentukan
ASI. Wanita dewasa memerlukan 2200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang
sama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya.Gizi ibu menyusui yakni
mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari, makan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter
setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui), pil zat besi harus
diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan,
minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
Data yang
diperoleh dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu P1A0Post
Partum Normal Hari Ke-0, masalah ibu merasa perut terasa mules, kebutuhan
dengan berikan
KIE tentang kebersihan diri, istirahat, latihan, ASI eksklusif, gizi, KB
pascasalin, tanda bahaya masa nifas, pemberian vitamin A, iprofloxacin dan asam
mefenamat.
Pada langkah ini
penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan,
menurut (Sulistyawati, 2009) pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan, pada kasus ini pasien tidak diberikan pil zat besi tetapi hanya diberi vitamin A.
3.
Diagnosa
Potensial
Pada langkah ini
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi (Varney, 2008)
Dalam kasus ini yang ditemukan di VK, telah
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga diagnose potensial yakni
retensio urine dan perdarahan post partum tidak terjadi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
4.
Antisipasi
dan Tindakan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu
maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. (Varney, 2008). Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk,
lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan
jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang (Sulistyawati, 2009).
Pada langkah antisipasi Ny.
L.A adalah kosongkan kandung kemih, anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing
dan mobilisasi dini.
Pada langkah ini
penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan,
menurut (Sulistyawati, 2009) mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk,
lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan
jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang, tetapi pada kasus ini
pasien telah boleh pulang pada hari kedua.
5.
Rencana
Asuhan
Rencana
asuhan merupakan kelanjutan, manajemen terhadap diagnose masalah, yang telah
diidentifikasi dan informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Prawirohardjo (2010)
Kunjungan Masa Nifas adalah sebagai berikut:
a.
Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan) bertujuan untuk mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu, dan salah
satu anggota keluarga, pemberian ASI awal, melaksananakan hubungan antara ibu dan
BBL dan menjaga bayi tetap
sehat dan cara mencegah terjadi hipotermi.
b.
Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) bertujuan untuk memastikan
involusi uterus berjalan yaitu
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan. Menilai tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal, aemastikan
ibu mendapaatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
c.
Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan) tujuan sama dengan kunjungan II 6 hari setelah persalinan.
d.
Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) bertujuan menanyakan tentang
penyulit yang ibu dan bayi alami dan
memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini
Menurut Permenkes RI Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Bab III mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal
10 ayat (2d) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan ibu nifas normal.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini adalahbina
hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, berikan KIE
tentang kebersihan diri, istirahat, latihan, ASI eksklusif, gizi, KB
pascasalin, tanda bahaya masa nifas, lakukan observasi tentang keadaan umum,
TFU, perdarahan pervaginam, kontraksi rahim, lakukan kolaborasi dengan dr.
Sp.OG, lakukan pemberian vitamin A, iprofloxacin dan asam mefenamat dan lakukan
dokumentasi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
6.
Penatalaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya (Varney, 2008)
Pada kasus
pelaksanaan asuhan yang diberikanyakni membina hubungan
baik dengan ibu dan keluarga, menjelaskan hasil pemeriksaan, memberikan KIE
tentang kebersihan diri, istirahat, latihan, ASI eksklusif, gizi, KB
pascasalin, tanda bahaya masa nifas, lakukan mengobservasi tentang keadaan
umum, TFU, perdarahan pervaginam, kontraksi rahim, melakukan kolaborasi dengan
dr. Sp.OG, melakukan pemberian vitamin A, iprofloxacin dan asam mefenamat dan
melakukan dokumentasi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
7.
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan
dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalambentuk SOAP (Varney, 2008).
Pada kasus ini dilakukan
perawatan selama 1 hari, Ny. L.A didapatkan hasil umum baik, kesadaran compos
mentis, vital sgin: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, TFU, perdarahan
pervaginam, dan kontraksi rahim dalam batas normal, mata tidak tampak cekung,
conjungtiva merah, sclera putih, mukosa mulut tampak basah, lidah bersih, ibu
sudah tidak mules lagi karena mules merupakan proses involusi uterus dan ibu
terlihat senang atas kehadiran anak pertamanya dan sudah bisa mengurus bayinya
sendiri salah satunya dengan cara memberikan ASI pada bayinya.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan
8.
Kesimpulan
Dari langkah 1-7
dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. L.A dapat disimpulkan bahwa pasienmengeluhkan
perutnya terasa mules dan ibumelahirkan
pada tanggal 20 april 2016 pukul 01.35 WITA yang merupakan anak pertamanya, ibu
mengatakan usianya 23 tahun. Data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD: 110/80 mmHg, N: 82 x/menit, RR:
20 x/menit, T: 36,50C, muka tidak pucat, mata tidak tampak cekung,
conjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, mukosa mulut basah, turgor kulit
kembali dalam waktu 2 detik, TFU: 2 jari dibawah pusat, lochea: rubra, mobilisasi:
ibu sudah bisa miring ke kiri dan kanan serta posisi setengah duduk, kontraksi
uterus: baik (teraba keras), kandung kemih: kosong, perdarahan: + 10 cc,
genetalia: perineum rupture (derajat 2) dan telah di lakukan heacting. Pemeriksaan
penunjang lainnya tidak dilakukan. Diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu P1A0
Post Partum Normal Hari Ke-0, masalah ibu merasa perut terasa mules, kebutuhan
dengan berikan
KIE tentang kebersihan diri, istirahat, latihan, ASI eksklusif, gizi, KB
pascasalin, tanda bahaya masa nifas, pemberian vitamin A, iprofloxacin dan asam
mefenamat. Pada langkah ini
penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan,
menurut (Sulistyawati, 2009) pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan, pada kasus ini pasien tidak diberikan pil zat besi tetapi hanya diberi vitamin A. Diagnose potensial dalam kasus ini yakni retensio urine
dan perdarahan post partum. Antisipasi dilakukan kosongkan kandung kemih,
anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing dan mobilisasi dini. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan, menurut (Sulistyawati, 2009) mobilisasi
hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan
ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah
dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu
boleh pulang, tetapi pada kasus ini pasien telah boleh pulang pada hari kedua. Rencana asuhan yang diberikan bina
hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, berikan KIE
tentang kebersihan diri, istirahat, latihan, ASI eksklusif, gizi, KB
pascasalin, tanda bahaya masa nifas, lakukan observasi tentang keadaan umum,
TFU, perdarahan pervaginam, kontraksi rahim, lakukan kolaborasi dengan dr.
Sp.OG, lakukan pemberian vitamin A, iprofloxacin dan asam mefenamat dan lakukan
dokumentasi. Penatalaksanaan
dilakukan dengan efesien dan aman sesuai dengan rencana asuhan. Evaluasi
didapat setelah diberikan perawatan selama 1 hari, didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, vital
sgin: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, TFU, perdarahan pervaginam, dan
kontraksi rahim dalam batas normal, mata tidak tampak cekung, conjungtiva
merah, sclera putih, mukosa mulut tampak basah, lidah bersih, ibu sudah tidak
mules lagi karena mules merupakan proses involusi uterus dan ibu terlihat
senang atas kehadiran anak pertamanya dan sudah bisa mengurus bayinya sendiri
salah satunya dengan cara memberikan ASI pada bayinya. Pasien pulang dengan keadaan sehat dan telah mendapatkan
asuhan kebidanan yang diberikan dan keluhan serta masalah pasien telah teratasi
dengan memberikan asuhan kebidanan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka
penulis dapat memberikan saran, bagi:
1.
Bagi Institusi
a.
Rumah Sakit
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalui
peningkatan keterampilan dan motivasi kerja staf, dokter, perawat dan
bidan,yang memberikan kepuasan pada pasien, kemudian mempertahankan kenyamanan
pasien rawat inap, keramahan dalam melayani pasien serta kedisiplinan dalam
bekerja. Karena baik buruknya citra rumah sakit sebagian besar dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien
dankeluarga.
b.
Pendidikan
Diharapkan
agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga
membantu penulis yang akan mengambil kasus yang sama.
2.
Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas, dan
berkenan mengikuti seminar-seminar tentang komplikasi kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir hingga masa nifas.
3.
Bagi Klien
Diharapkan kepada klien untuk mengkonsumsi nutrisi,
cairan, makanan dengan menu seimbang, minum sedikitnya 3 liter perhari, melakukan
mobilisasi sesuai anjuran, menjaga kebersihan diri, perbanyak istirahat,
melakukan latihan atau senam nifas,tetap memberikan ASI ekslusif dan ber-KB
paling tidak sebelum 40 hari pascasalin, mengetahui tanda bahaya masa nifas, melakukan
kunjungan nifas yang berikutnya yakni 6 hari setelah persalinan kemudian
meminta pil zat besi untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinandan ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 post partum.Jika
ada masalah kesehatan yang sangat mengganggu aktifitas segera memeriksakan diri
ke tenaga kesehatan terdekat atau di bidan/ dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Marmi,
Rahardjo Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Sulistyawati,
Ari. 2009.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Yogyakarta:
Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar