expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Minggu, 03 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A USIA 28 TAHUN P2A0POST PARTUM 1,5 JAM DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG IGD PONEK



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Depkes RI 2013). Jumlah kematian ibu di Kalimantan Selatan tahun 2012 sebanyak 123 kasus dengan penyebab kematian adalah perdarahan 29%; preeklampsi dan eklampsi 21%; infeksi 7% dan penyebab lainnya 43% (Dinkes Prov. Kalsel, 2013).
Salah satu penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan (25 %), preeklampsi/ atau eklampsia (15 %), infeksi (15 %), partus lama/ atau macet dan abortus. Dalam buku profil kesehatan Indonesia tahun 2013 juga disebutkan bahwa kematian ibu di Indonesia tetap di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Depkes RI 2013)
Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Ibu bersalin dengan retensio plasenta mengakibatkan terjadinya perdarahan. Penanganan yang tepat untuk ibu bersalin dengan retensio plasenta adalah dengan melakukan manual plasenta (Manuaba, 2012)
Berdasarkan kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta yang dijumpai di Ruang IGD Ponek, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai kasus pada ibu bersalin dengan retensio plasenta. Penulis berharap dengan pembahasan lebih lanjut mengenai retensio plasenta akan adanya peningkatan pengetahuan dan manfaat bagi seluruh tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan yang tepat bagi ibu bersalin dengan retensio plasenta.

B.   Tujuan
1.    Tujuan umum
Menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta yang dijumpai di ruang IGD Ponek dengan menggunakan pendekatam SOAP
2.    Tujuan khusus
a.       Diperolehnya data subjektif dari Ny. A umur 28 tahun dengan retensio plasenta yang dijumpai di Ruang IGD Ponek
b.      Diperolehnya data objektif dari Ny. A umur 28 tahun dengan retensio plasenta yang dijumpai di Ruang IGD Ponek
c.       Dilakukan analisa data pada Ny. A umur 28 tahun dengan retensio plasenta yang dijumpai di Ruang IGD Ponek
d.      Dibuat penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny. A umur 28 tahun dengan retensio plasenta yang dijumpai di Ruang IGD Ponek

C.   Manfaat
1.    Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat dijadikan acuan pembelajaran untuk penatalaksanaan yang dilakukan di ruang IGD Ponek khususnya pada kasus ibu bersalin dengan Retensio Plasenta
2.    Bagi Klien atau Keluarga
Mengetahui tanda dan gejala sehingga dapat melakukan penanganan dini tentang Retensio Plasenta
3.    Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi petugas kesehatan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin dengan Retensio Plasenta



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Persalinan
1.    Pengertian
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Rukiyah dkk, 2009).

2.    Pembagian Persalinan
a.    Persalinan Berdasarkan Teknik (Rukiyah dkk, 2009)
1)    Persalinan Spontan, adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2)    Persalinan buatan, adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstaksi forceps, ekstrasi vakum dan sectio sesaria.
3)    Persalinan anjuran, adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban.
b.    Persalinan berdasarkan Umur Kehamilan (Maritalia dkk, 2012).
1)      Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin ± 500 gram, usia kehamilan dibawah 20 minggu.
2)      Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin antara 500 – 1000 gram dan usia kehamilan antara 22 sampai dengan 28 minggu
3)      Persalinan Prematurus adalah persalinan dari konsepsi pada kehamilan 26 – 36 minggu, janin hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 – 2500 gram
4)      Persalinan Mature atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan pada kehamilan 37 – 40 minggu, janin mature, berat badan diatas 2500 gram.
5)      Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditafsirkan.
6)      Persalinan Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat yang bisa terjadi di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya.
7)      Persalinan Percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Chepalo Pelvic Disproportion (CPD).

3.    Sebab – Sebab Mulainya Persalinan (Maritalia dkk, 2012).
a.    Penurunan kadar progesterone
Menurunnya kadar progesteron pada akhir kehamilan memicu timbulnya his dan menyebabkan membukannya servik uteri. Blood show yang keluar akibat dilatasi cervik ini merupakan tanda kala I persalinan.
b.    Teori oksitosin
Kadar oksitosin bertambah pada akhir kehamilan juga dapat merangsang timbulnya kontaksi uterus.
c.    Keregangan otot – otot rahim
Pada akhir kehamilan otot – otot rahim semakin meregang karena diisi oleh janin yang berat dan ukurannya semakin bertambah. Analog bila kandung kemih dan lambung, bila dindingnya teregang karena isinya penuh, maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
d.    Pengaruh janin
Kelenjar suprarenal dan hipofise janin memegang peran terhadap timbulnya persalinan. Pada janin anencephalus kehamilan sering lebih lama karena  janin tidak mempunyai hipofise
e.    Teori prostaglandin
Terjadinya peninngkatan prostaglandin pada akhir kehamilan dan pada saat inpartu. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dapat menimbulkan kontraksi myometrium
f.     Berkurangnya nutrisi pada janin
Pada akhir kehamilan plasenta mulai menjadi tua dan mengalami degenerasi. Hal ini akan menggangu sirkulasi utero plasenta sehingga janin akan kekurangan suplai nutrisi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
g.    Tekanan pada ganglion servikalis
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang servik oleh kepala janin akan memicu timbulnya kontaksi uterus.

4.    Tahapan Persalinan (Maritalia dkk, 2012).
a.    Kala I (Kala pembukaan )
Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi pembukaan serviks dari 1 sampai 10 cm (pembukaan lengkap). Proses pembukaan serviks dari 0 sampai dengan 10 cm dibagi ke dalam 2 fase yaitu :
1)      Fase Laten : pembukaan terjadi sangat lambat yaitu dari 0 sampai 3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam
2)      Fase Aktif : berlangsung sekitar 6 jam, pembukaan serviks dari 4 sampai dengan 10 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
                                                a)      Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.
                                                b)      Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm.
                                                c)      Fase deselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan kembali melambat dari 9 cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap.
Pengisian partograf dimulai ketika memasuki fase aktif yaitu dari pembukaan 4 cm. Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm.
b.    Kala II (Kala pengeluaran janin)
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap dan berakhir sampai dengan lahirnya bayi.
c.    Kala III (Kala uri)
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Pelepasan plasenta biasanya berlangsung selama 6 sampai dengan 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
d.    Kala IV (Kala pengawasan)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post partum. Kala IV disebut kala pengawasan karena pada kala ini ibu post partum perlu diawasi tekanan darahnya, suhu tubuh dan jumlah pendarahan yang keluar melalui vagina.

5.    Mekanisme Persalinan Normal (Sarwono, 2011)
Mekanisme persalinan normal terdiri dari :
a.    Penurunan Kepala, terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
b.    Engagement (penguncian), tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui PAP.
c.    Fleksi, fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin terkecil dapat bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.
d.    Putaran  paksi dalam, putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter  anteroposterior dari kepala janin menyesuaikan diri dengan anteroposterior dari panggul.
e.    Lahirnya kepala dengan ekstensi, bagian leher belakang di bawah oksiput akan bergeser kebawah simphisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva. Vagina membuka lebar.
f.     Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45° baik ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
g.    Putaran paksi luar, putaran ini terjadi bersamaan dg putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dg kepala janin.
h.    Lahirnya bahu & seluruh anggota badan bayi, bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dg cara fleksi lateralis. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan.

B.   RETENSIO PLASENTA
1.    Pengertian
Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak , artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera (Manuaba, 2012).
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008:174)
Pengertian tersebut juga dikuatkan oleh Winkjosastro (2006:656) yang menyebutkan retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. 
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan manual plasenta dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).
Plasenta inkarserata artinya plasenta telah lepas tetapi tertinggal dalam uterus karena terjadi kontraksi di bagian bawah uterus atau uteri sehingga plasenta tertahan di dalam uterus. (Manuaba (2006:176).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan manual plasenta dengan segera.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi : sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
Jenis-jenis retensio plasenta :       
a.    Plasenta Adhesive
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis
b.    Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c.    Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
d.    Plasenta Prekreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus hingga ke peritonium
e.    Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178).
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan manual plasenta.
Retensio plasenta (Placental Retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.

2.    Penyebab Retensio Plasenta
Menurut Cuningham (2011), penyebab terjadinyaa retensio plasenta adalah sebagai berikut :
a)    Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
b)    Plasenta melekat erat pada dinding uterus dan sebab villi korialis
c)    menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
d)    Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III

3.    Tanda-Tanda Retensio Plasenta
Menurut  Manuaba (2012) tanda-tanda retentio plasenta terbagi 3 yaitu :
a)    Perdarahan
b)    Plasenta belum lahir atau lahir tidak lengkap 30 menit setelah janin lahir
c)    Syok

4.    Penanganan Retensio Plasenta
Menurut Manuaba (2012), penanganan retensio plasenta dapat dilakukan dengan manual plasenta

C.   MANUAL PLASENTA
1.    Pengertian
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implementasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung ke dalam kavum uteri. Manual plasenta adalah salah satu dari beberapa tindakan yang perlu dilaksanakan dalam penatalaksanaan retensio plasenta (Kriebs, 2011).

2.    Indikasi manual plasenta
Menurut Manuaba (2010), manual plasenta tidak dilakukan tanpa adanya indikasi, ada 2 indikasi sehingga harus dilakukan manual plasenta, yaitu :
a)    Retensio plasenta ( plasenta adhesiva)
b)    Tali pusat terputus

3.    Kompikasi
Komplikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan  tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus (Manuaba, 2010)



BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANANPADA NY. A USIA 28 TAHUN P2A0 POST PARTUM 1,5 JAM DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG IGD PONEK

Hari/ Tanggal Pengkajian      : Rabu, 19 Juli 2017
Tempat Pengkajian               : Ruang IGD Ponek
Waktu                                   : 00.40 WITA
No. RMK                              -

A.   Subjektif Data
1.    Identitas
a.    Pasien
Nama                                   :  Ny.A
Tanggal Lahir/ Umur             :  13-09-1989 (28 Tahun)
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  SMP
Pekerjaan                             :  IRT
Alamat                                  :  Jl. Simpang Kuin Selatan Banjarmasin
b.    Penanggung Jawab (Suami)
Nama                                   :  Tn. R
Umur                                    :  32 Tahun
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  SMA
Pekerjaan                             :  Swasta
Alamat                                  :  Jl. Simpang Kuin Selatan Banjarmasin

2.    Keluhan Utama
Pasien datang rujukan dari puskesmas alalak selatan dengan retensio plasenta, mengatakan sudah 1 jam setengah plasenta belum lahir setelah bayi lahir dan sudah dicoba 1 kali manual plasenta di puskesmas tetapi masih belum bisa lahir.

3.    Riwayat Kesehatan                    
a.    Pasien
1)    Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit  yang mengganggu kehamilannya, seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual. Dan ibu tidak mempunyai alergi terhadap obat tertentu
2)    Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang mengganggu kehamilannya seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual.
b.    Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual. Dan ibu juga mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat keturunan kembar.

4.    Riwayat Menstruasi
Haid pertama (menarche)            : 13tahun
Siklus haid                                    : 28 hari
Lama haid                                    : 6-7hari
Banyaknya                                   : 3-4 kali ganti pembalut per hari.
Warna                                          : Merah tua dan encer
Keputihan                                    : Tidak ada
Nyeri haid                                    : Tidak ada
HPHT                                           : 14-10-2016
TP                                                :  21-07-2017

5.    Riwayat Obstetri
No
Thn
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit Nifas
Ket
UK
Penyulit
UK

cara
Tempat/
Penolong
Penyulit
BB
PB
Seks
Keadaan lahir
1
2009
Aterm
-
Aterm
Spt-Bk
Bidan
-
3000 gr
49 cm
Hidup
-
-
2
2017
Aterm
-
Aterm
Spt-Bk
Bidan
-
3000 gr
52 cm
Hidup
-
-

6.    Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Pil kemudian berhenti karena menginginkan kehamilan.

7.    Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 18 tahun, dengan suami sekarang sudah 10 tahun

8.    Data Kebutuhan Biologis
a.    Nutrisi
1)    Sebelum sakit
Jenis                               :  Nasi, dan lauk pauk
Frekuensi                       :  3 kali
Porsi                               :  1 piring
Masalah                         :  Tidak ada
b.    Eliminasi
1)    BAB
Frekuensi                 :  2 kali sehari
Konsistensi               :  Padat
Warna                      :  kuning kecoklatan
Masalah                   :  Tidak ada
2)    BAK
Frekuensi                 :  5 – 6 kali sehari
Warna                      :  Kuning jernih
Bau                           :  Khasurin
Masalah                   :  Tidak ada
c.    Personal Hygiene
Frekuensi mandi             :  Sesuai kebutuhan
Frekuensi gosok gigi        :  Sesuai kebutuhan
Frekuensi ganti pakaian   :  Sesuai kebutuhan
d.    Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada masalah saat melakukan hubungan seksual.
e.    Istirahat
Siang         : ± 2-3 jam
Malam       : ± 6-7 jam
Masalah    : tidak ada
9.    Data Psikososial dan Spiritual
Tanggapan ibu mengenai persiapan persalinan             :  Cemas
Pengambilan keputusan dalam keluarga                      :  suami

B.   Objektif Data
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum                         :  Baik
Kesadaran                                  :  Compos Mentis
Berat Badan                                :  87 kg
Tinggi Badan                               :  155 cm
LILA                                  : 24 cm
TTV                                            : TD     : 120/90 mmHg
                                                       : N       : 89 x/ menit
                                                            : S        : 36,90C
                                                          : RR     : 21 x/ menit


2.    Pemeriksaan Fisik
Kepala                         :  Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan tidak tampak bekas luka
Muka                           :  Tidak terlihat Cloasma Gravidarum, muka terlihat pucat, tidak ada odema pada wajah,tidak anemis
Mata                            :  Simetris kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Mulut                           :  Tidak  terdapat Caries gigi, warna bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher                           :  Tidak tampak adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara                    :  Simetris kanan dan kiri, terlihat bersih, puting susu menonjol, terlihat hiperpigmentasi pada areola, belum ada pengeluaran colostrum, tidak ada nyeri tekan payudara
Abdomen                    :  Terlihat linea nigra, terlihat striae gravidarum, tidak ada bekas luka operasi, TFU sepusat, kontraksi uterus baik
Ekstermitas Atas          :  Tidak terlihat oedema, terpasang infus RL pada tangan sebelah kanan dengan kecepatan 20 tpm.
Ekstremitas Bawah      :  Tidak ada oedema, tidak ada varises
Genetalia                     :  Vulva/vagina bersih, tidak ada oedema, tampak selaput plasenta disertai tali pusat di depan vulva, terdapat luka episiotomi, perdarahan tidak aktif.

C.   Analisa Data
Diagnosa Kebidanan       : P2A0Post Partum 1,5 jam dengan Retensio Plasenta
Masalah                         :  Plasenta yang belum lahir
Kebutuhan                      :  Pengeluaran Plasenta, Pencegahan Syok
                                                                                  


D.   Penatalaksanaan
Persiapan Penanganan Manual Plasenta :
1.    Melakukan observasi TTV untuk memantau keadaan umum ibu.
Observasi sudah dilakukan
2.    Melakukan pencegahan syok dengan cara memasang infus RL 20 tpm.
Infus sudah terpasang
3.    Memberitahukan kepada ibu bahwa kondisi yang dialami ibu saat ini yaitu retensio plasenta. Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam setelah bayi lahir, sehingga memerlukan tindakan manual plasenta dengan cara memasukkan satu tangan kedalam vagina ibu untuk mengeluarkan plasenta.
“Ibu mengetahui dan bersedia mengikuti anjuran”
4.    Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk melakukan tindakan selanjutnya yaitu rencana manual plasenta di ruang VK Bersalin.
“Rencana manual plasenta di ruang VK Bersalin”
5.    Melakukan cek darah rutin
“Cek darah rutin sudah dilakukan tetapi hasil belum ada”
6.    Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP
“Pendokumentasian sudah dilakukan”
7.    Pukul 01.10 WITA
Ibu dipindahkan ke ruang VK Bersalin



BAB IV
PEMBAHASAN
Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera (Manuaba, 2012).
Pada pasien Ny.A, pada tanggal 19 Juli 2017 datang dengan keluhan pasien rujukan dari puskesmas alalak selatan dengan retensio plasenta, mengatakan sudah 1 jam setengah plasenta belum lahir setelah bayi lahir dan sudah dicoba 1 kali manual plasenta di puskesmas tetapi masih belum bisa lahir, kemudian ibu dianjurkan oleh petugas puskesmas untuk dilakukan rujukan ke RSUD untuk dilakukan tindakan selanjutnya. Sesampainya di ruang IGD Ponek kemudian dilakukan pemeriksaan yaitu : TD : 120/90 mmHg, N : 89 x/menit, R : 21 x/menit, S : 36,9°C, TFU sepusat, kontraksi baik, tampak selaput plasenta disertai tali pusat di depan vulva, terdapat luka episiotomi, dan perdarahan tidak aktif. Dengan diagnosa NY.A P2A0Post Partum 1,5 jam dengan Retensio Plasenta. Menegakkan diagnosa retensio plasenta dikarenakan dari hasil pengkajian dan pemeriksaan sudah 1 jam setengah plasenta belum lahir setelah bayi lahir.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.A sesuai dengan advis dokter yaitu dilakukan manual plasenta di ruang VK Bersalin. Penatalaksanaan yang dilakukan di rumah sakit sudah sesuai dengan teori Manuaba (2012) yaitu apabila hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan manual plasenta dengan segera. Pada pukul 01.00 WITA pasien dipindahkan keruang VK Bersalin.
Dari tinjauan kasus yang dilakukan ibu di diagnosa mengalami retensio plasenta atau belum terlepasnya plasenta setengah jam setelah bayi lahir, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro (2006) yang menyebutkan bahwa retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah bayi lahir. Salah satu penyebab yang bisa menyebabkan terjadinya retensio plasenta adalah plasenta melekat erat pada dinding uterus dan sebab villi korialis, pada kasus ini plasenta susah dilahirkan karena perlekatannya terlalu erat hal ini sejalan dengan teori Cuningham (2011).
 

 

BAB V
PENUTUP

A.      Simpulan
1.    Data subjektif yang didapatkan dari Ny. A adalah Pasien datang rujukan dari puskesmas alalak selatan dengan retensio plasenta, mengatakan sudah 1 jam setengah plasenta belum lahir setelah bayi lahir dan sudah dicoba 1 kali manual plasenta di puskesmas tetapi masih belum bisa lahir.
2.    Data objektif yang didapatkan dari Ny. A yaitu keadaan umum baik, kesadaran : compos mentis, TD 120/90 mmHg, N : 89 x/menit, R : 21 x/menit, T : 36,9°C, tampak selaput plasenta disertai talipusat di depan vulva.
3.    Analisa yang didapatkan adalah Ny. A umur 28 tahun P2A0 Post Partum 1,5 Jam dengan Retensio Plasenta.
4.    Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. A yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya dengan retensio plasenta, sehingga dilakukan rencana manual plasenta di ruang vk bersalin.

B. Saran 
1.    Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Memberikan pelayanan yang lebih baik lagi pada ibu bersalin dengan retensio plasenta di Ruang IGD Ponek
2.    Bagi Klien atau Keluarga
Mengetahui tanda dan gejala sehingga dapat melakukan penanganan atau pemeriksaan dini secara cepat dan tepat terhadap ibu bersalin dengan retensio plasenta di Ruang IGD Ponek
3.    Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini menjadi tambahan referensi dan peningkatan pengetahuan bagi petugas kesehatan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta di IGD Ponek



DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F Gary. et all. 2011. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The McGrawHill Companies, Inc.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Maritalia, Dewi dan Sujdono Riyadi, Biologi Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

Manuaba, Candradinata.. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB”. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rukiyah, ai yeyeh dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Jakarta: Trans Info Media.
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Varney, Hellen; Kriebs J.M; Gegor C.L. 2011. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Volume 2. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. 2006.  Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar