expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Sabtu, 02 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN RETINOBLASTOMA DI RUANG HEMATO-ONKOLOGI ANAK


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu saya menyusun laporan kasus ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retinoblastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan dan saya sebagai tenaga kesehatan perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan kebidanan terhadap pasien dengan retinoblastoma.

B.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai retinoblastoma serta asuhan kebidanan yang tepat terhadap retinoblastoma tersebut.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui pengertian dari retinoblastoma.
b.    Mengetahui etiologi dari retinoblastoma.
c.    Mengetahui patofisiologi dari retinoblastoma.
d.    Mengetahui komplikasi dari retinoblastoma.
e.    Mengetahui manifestasi klinis dari retinablastoma.
f.     Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.

C.   Manfaat
1.    Bagi Rumah Sakit
Memberi informasi kepada praktisi medis tentang karakteristik pasien retinoblastoma sehingga praktisi medis akan lebih cermat dan waspada dalam menangani pasien retinoblastoma untuk mendapatkan outcome yang optimal.
2.    Bagi Orang Tua dan Pasien Retinoblastoma
Memberi pengetahuan kepada orang tua dan pasien retinoblastoma tentang karakteristik penyakitnya sehingga orang tua dan pasien lebih waspada untuk mencari pengobatan segera.
3.    Bagi Masyarakat
Menjadi sumber informasi data epidemiologi untuk penelitian di masa mendatang.
4.    Bagi Mahasiswa
Menjadi sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama pembelajaran di perkuliahan dan pengalaman praktik.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional (Mansjoer A. 2000).
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata  pada anak dan bayi sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun (Ganong William F.1998).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit tumor ganas dalam bola mata pada anak usia kurang dari 5 tahun.

B.   Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom, bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua.  Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata.  Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan/ nervus optikus).


C.   Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. Jika timbul dalam lapisan intiinterna, tumor itu tumbuh ke dalam (endofitik) mengisi rongga kaca dan tumbuh kearah luar (exofitik) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus Retinoblastoma ada 2, yaitu :
1.    Tumor endofitik mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggal dalam retina tetapi khas mempunyai fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti interna, tumor itu tumbuh kedalam dan mengisi ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat dengan oftalmoskop.
2.    Tumor eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus, diagnosis lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam koroid biasanya terjadi pada tumor yang masif dan mungkin menunjukkan peningkatan kemungkinan metastasis hematogen. Perluasan tumor melalui lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan resiko penyakit metastase.
Karena tumor ini jarang mengalami metastasis sebelum terdeteksi, masalah utama dalam diagnosis biasanya adalah penyelamatan (preservasi) penglihatan yang bermanfaat.
Retinoblastoma yang tidak ditangani dengan baik akan berkembang didalam mata dan akan mengakibatkan lepasnya lapisan retina, nekrosis dan menginvasi nervus optikus dan kesistem saraf pusat. Metastase biasanya terjadi dalam 12 bulan. Metastase tersering terjadi secara langsung ke sistem saraf pusat melalui nervus optikus. Tumor juga bisa menyebar ke ruangan subarachnoid ke nervus optikus kontralateral atau melalui cairan serebrospinal ke sistem saraf  pusat, dan juga secara hematogen ke paru-paru, tulang. Hampir semua pasien meninggal disebabkan perluasan intrakranial danmetastase tumor yang terjadi dalam dua tahun. Faktor yang menyebabkan prognosis yang buruk adalah diagnosa tumor yang lambat, tumor yang besar, dan umur lebih tua, hasil pemeriksaan yang menunjukan terkenanya nervus optikus, dan perluasan extraocular



D.   Komplikasi
Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang masih intraukolar dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.  Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vetreus dan visus nol, dilakukan enukleasi.  Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita. Dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma (Mansjoer A. 2000). Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1.    Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
2.    Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3.    Kebutaan
Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak bisa melihat.  Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada katarak yang umumnya dapa diatasi.

E.    Manifestasi Klinik
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati. Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.

F.    Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local untuk jenis intraocular dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic.  Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local. Jenis terapi :
1.    Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.  Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga anterior atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.  Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular.  Massa orbita harus dihindari.  Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2.    External Beam Radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.  Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhan tulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3.    Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumor yang ukurannya kecil sampai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.


4.    Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi.  Kryoterapi biasanya ditujukan untuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5.    Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun, banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurangi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal.  Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.  Carboplatin baik sendiri/ dikombinasi dengan vincristine dan VP16/ VM26 setelah digunakan.  Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terapi awal kasus retinoblastoma bilateral
6.    Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.  Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.  Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.



BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari/ Tanggal Pengkajian                      :  Senin/ 05 Juni 2017
Tempat Pengkajian                                :  Ruang Onkologi Anak (Tulip III A)
Waktu                                                     :  17.00 WITA
Tanggal MRS                                         :  Senin/ 29 Mei 2017
No. RMK                                                :  1-20-07-37

A.   Subjektif Data
1.    Identitas
a.    Pasien
Nama                                   :  An. I
Tanggal Lahir/ Umur            :  08-09-2014 (2 Tahun)
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  Belum sekolah
Pekerjaan                             :  Belum bekerja
Alamat                                  :  Jl. Kuini Utara RT.4 No.59
Diagnosa Medis                   :  Retinoblastoma
b.    Penanggung Jawab
Nama                                   :  Ny. H
Umur                                    :  29 Tahun
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  SMA
Pekerjaan                             :  IRT
Alamat                                  :  Jl. Kuini Utara RT.4 No.59
2.    Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya ingin melanjutkan kemoterapi      
3.    Riwayat Kesehatan                   
a.    Pasien
1)    Sekarang
Sudah menjalani kemoterapi sejak awal tahun 2017
2)    Riwayat yang dulu diderita
Mata warna putih seperti mata kucing pada tahun 2016, didiagnosis retinoblastoma
b.    Keluarga
Orang tua pasien mengatakan bahwa ada keluarga dari ibu pasien yang mengalami tumor ganas di mata
4.    Data Kebutuhan Biologis
a.    Nutrisi
1)    Sebelum sakit
Jenis                               :  Nasi, dan lauk pauk
Frekuensi                       :  3 kali
Porsi                               :  1 piring
Masalah                         :  Tidak ada
2)    Saat sakit
Jenis                               :  Nasi lembek, sayur
Frekuensi                       :  1 kali
Porsi                               :  2 sendok
Masalah                         :  Susah makan, karena efek obat kemoterapi
b.    Eliminasi
1)    BAB
a)    Sebelum sakit
Frekuensi                 :  2 kali sehari
Konsistensi               :  Padat
Warna                      :  Kehitaman
Masalah                   :  Tidak ada
b)    Saat sakit
Frekuensi                 :  1 kali sehari
Konsistensi               :  Lembek
Warna                      :  Kuning
Masalah                   :  Jarang BAB
2)    BAK
a)    Sebelum sakit
Frekuensi                 :  3 – 4 kali sehari
Warna                      :  Kuning jernih
Bau                           :  Khas urin
Masalah                   :  Tidak ada
b)    Saat sakit
Frekuensi                 :  6 – 7 kali sehari
Warna                      :  Kuning jernih
Bau                           :  Khas urin
Masalah                   :  Tidak ada
c.    Personal Hygiene
1)    Sebelum sakit
Frekuensi mandi            :  Sesuai kebutuhan
Frekuensi gosok gigi      :  Sesuai kebutuhan
Frekuensi ganti pakaian :  Sesuai kebutuhan
2)    Saat sakit
Frekuensi mandi            :
Frekuensi gosok gigi      :
Frekuensi ganti pakaian :  Sesuai kebutuhan
d.    Istirahat
Anak lebih sering tidur dan kebanyakan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur.
5.    Data Psikososial dan Spiritual
Tanggapan orang tua terhadap keadaan pasien        :  Cemas
Pengambilan keputusan dalam keluarga                   :  Orang Tua
Pengetahuan orang tua tentang perawatan pasien    :  Baik

B.   Objektif Data
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum                        :  Lemah
Kesadaran                                  :  Composmentis
Berat Badan                               :  12 kg
Tinggi Badan                              :  90 cm
Tanda Vital
a.    Suhu                                     :  36,5OC
b.    Nadi                                      : 105 x/m
c.    Pernafasan                          :  22 x/m

2.    Pemeriksaan Khusus
a.    Inspeksi
Kepala                                  :  Kulit kepala bersih dan kebersihan cukup
Muka                                    :  Tampak pucat, tidak tampak odem
Mata                                     :  Mata sebelah kanan membesar
Hidung                                  :  Simetris, kebersihan cukup, tidak ada polip, tidak ada sekret
Telinga                                 :  Simetris, kebersihan cukup
Mulut                                    :  Bibir tampak pucat dan tampak kering
Leher                                    :  Tidak tampak adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada                                    :  Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen                             :  Simetris, tidak tampak adanya benjolan abnormal
Ekstermitas Atas                  :  Simetris dan tidak ada gangguan pergerakan, terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Ekstermitas Bawah              :  Simetris dan tidak ada gangguan pergerakan
Genetalia                              :  Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus                                     :  Tidak dilakukan pemeriksaan
b.    Palpasi
Leher                                    :  Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
Abdomen                             : Tidak teraba benjolan abnormal
c.    Perkusi
Tidak dilakukan
d.    Auskulasi
Tidak dilakukan





3.    Hasil Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Metoda
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
RDW
MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
Hitung Jenis
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#

10.9
6.6
3.78
31
282
14.6

82.2
28.8
35.1

69.5
16.8
13.7
4.60
1.1
0.9

11.00 – 15.00
4.00 – 10.5
4.00 – 5.50
32.00 – 44.00
150 – 450
12.1 – 14.0

75.0 – 96.0
28.0 – 32.0
33.0 – 37.0

50.0 – 70.0
25.0 – 40.0
4.0 – 11.0
2.50 – 7.00
1.25 – 4.0


g/dl
ribu/ul
juta/ul
vol%
ribu/ul
%

Fi
Pg
%

%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

Colorimetic
Impedance
Impedance
Analyzer Calculates
Impedance
Analyzer Calculates

Analyzer Calculates
Analyzer Calculates
Analyzer Calculates

Impedance
Impedance
Impedance
Impedance
Impedance
Impedance

C.   Analisa Data
Diagnosa Kebidanan      :  An. I umur 2 tahun dengan Retinoblastoma
Masalah                         :  Nyeri pada mata sebelah kanan, resiko injuri dengan faktor resiko pajanan pada kimia toksik dan intoleransi aktivitas
Kebutuhan                      :  KIE, perawatan dan pengobatan oleh advis dokter

D.   Penatalaksanaan
1.    Memberitahu kepada keluarga pasien hasil pemeriksaan yaitu :
KU    :  Lemah
TTV  :  Nadi           :  36,5OC
            Respirasi   :  105 x/m
            Suhu          :  22 x/m
“Keluarga pasien mengetahui hasil pemeriksaan”
2.    Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk tetap memberikan asupan gizi pada anaknya, seperti nasi, lauk, sayur dan buah-buahan
“Keluarga pasien mengetahui anjuran yang diberikan dan bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan”
3.    Menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan anaknya (personal hygine)
“Personal hygine sudah dijaga”
4.    Memberikan dukungan moril agar pasien dan keluarga merasa tenang
“Dukungan telah diberikan dan pasien merasa tenang”
5.    Menganjurkan pada keluarga pasien agar memberikan lingkungan yang aman agar pasien dapat beristirahat dan merasa aman
“Keluarga pasien bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan”
6.    Mengobservasi dan manajemen rasa nyeri yang dirasakan pasien
“Observasi telah dilakukan”
7.    Menganjurkan kepada keluarga untuk mengubah posisi pasien secara teratur
“Keluarga bersedia mengikuti anjuran”
8.    Melakukan kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberiaan terapi :
a.    Manajemen cairan inf D5 ½ NS
b.    Monitor DR, LFT, RFT
c.    Hidrasi 1375 ml/ 24 jam
a.    Cek DR dan KD
b.    Persiapan obat
c.    Rencana ECHO
“Telah diberikan terapi obat pada pasien sesuai advis dokter”
9.    Memberitahukan pada keluarga pasien jika terdapat keluhan segera menyampaikannya kepada perawat jaga
“Keluarga pasien mengetahui tentang yang disampaikan”







CATATAN PERKEMBANGAN
No
Hari/Tanggal
Catatan Perkembangan
1
Selasa,
06 Juni 2017
Jam : 22.00 Wita (Malam)
S :  Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tidak ada keluhan

O :  Keadaan Umum : Lemah
       TTV :
·   Suhu : 36,60 C
·   Nadi  : 108 x/m
·   RR    : 21 x/m
Pemeriksaan Khusus :
Mata : Mata sebelah kanan membesar
Ekstrimitas atas : Terpasang infuse pada tangan sebelah kiri

A :  An. I Umur 2 tahun dengan Retinoblastoma

P :
1.    Melakukan observasi KU dan TTV
2.    Melakukan observasi efek samping kemoterapi
3.    Manajemen lingkungan yang nyaman dan aman
4.    Manajemen rasa nyeri
5.    Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum cukup
6.    Menganjurkan keluarga untuk menjaga personal hygiene
7.    Melakukan kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberian terapi :
a.    Rencana Kemoterapi Doxo III (15.30 Wita)
b.    Cek DR + KD
c.    Infuse D5 ½ NS 500 ml 15 TPM
d.    Hidrasi 1375 ml/ 24 jam
2
Rabu,
07 Juni 2017
Jam : 08.00 Wita (Pagi)
S :  Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tidak ada keluhan

O :  Keadaan Umum : Baik
       TTV :
·   Suhu : 360 C
·   Nadi  : 110 x/m
·   RR    : 21 x/m

A :  An. I Umur 2 tahun dengan Retinoblastoma

P :
1.    Melakukan observasi KU dan TTV
2.    Melakukan observasi efek samping kemoterapi
3.    Manajemen lingkungan yang nyaman dan aman
4.    Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum cukup
5.    Menganjurkan keluarga untuk menjaga personal hygiene
6.    Melakukan kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberian terapi :
a.    Cek DR + KD
b.    Infuse D5 ½ NS
c.    Hidrasi 1375 ml/ 24 jam
7.    Mempersiapkan pasien pulang dan penjadwalan kembali untuk dilakukan kemoterapi selanjutnya







BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian data dilakukan pada hari senin, 05 Juni 2017 di ruang onkologi anak (tulip III A), pada jam 17.00 Wita, pasien masuk pada tanggal 29 Mei 2017. Saat ini anak berumur 2 tahun. Ibu pasien mengatakan anaknya ingin melanjutkan kemoterapi, karena An. I sudah menjalani kemoterapi sejak awal tahun 2017.    
Pengkajian data subjektif ibu mengatakan sejak An. I berumur 9 bulan mata anak seperti mata kucing, kemudian ibu membawa anaknya periksa ke dokter dan didiagnosa oleh dokter adalah tumor ganas yang menyerang mata anak, kemudian orang tua memilih untuk berobat herbal, dengan alasan kekurangan biaya, semenjak umur 1 tahun mata bengkak kemerahan. Ibu pasien juga mengatakan bahwa ada riwayat kesehatan keluarga dari ibu pasien yang mengalami tumor ganas di mata. Data kebutuhan biologis yang berupa nutrisi sebelum sakit anak makan 3 kali sehari, kemudian saat sakit anak susah makan karena efek dari obat kemo yang bisa menyebabkan mual dan muntah. Kebutuhan eliminasi BAB dan BAK pasien tidak ada masalah masih dalam batas normal. Kebutuhan personal hygiene sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan istirahat anak lebih sering tidur dan kebanyakan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur. Saat ini keadaan orang tua pasien sangat cemas dan berharap anaknya bisa sembuh total, pengambilan keputusan dilakukan oleh kedua orang tua serta pengetahuan orang tua tentang perawatan pada anaknya sudah baik. Pengkajian data objektif dari pemeriksaan yang telah dilakukan semua dalam batas normal kecuali pada mata sebelah kanan nampak benjolan membesar serta pada tangan kiri telah anak terpasang infus.
Analisa data yang dilakukan berupa data subjektif nyeri dibagian mata sebelah kanan, data objektif ekspresi meringis, sering menangis, dan bola mata menonjol yang disebabkan oleh metastase lewat aliran darah ke otak yang disering disebut retinoblastoma, yang merupakan masalah nyeri kronis. Penatalaksanaan pada kasus retinoblastoma yang diakukan adalah monitor KU dan TTV, manajemen cairan inf D5 ½ NS, manajemen lingkungan, monitor DR, LFT, RFT, hidrasi 1375 ml/ 24 jam, sesuai Advis DPJP : cek DR dan KD, persiapan obat, dan rencana ECHO.

BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

B.   Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang sering terjadi pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting untuk mengetahui kelainan pada bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya komplikasi. Oleh karena itu sangat penting untuk menangani kelainan ini secara tepat untuk mendapat prognosis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. FKUI : Jakarta.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar