BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu
penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga
kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang
masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa
5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah
penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan
yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata
anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun,
dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak
diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah
ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu saya menyusun laporan kasus
ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retinoblastoma ke
masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan dan
saya sebagai tenaga kesehatan perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
kebidanan terhadap pasien dengan retinoblastoma.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mengetahui
secara umum mengenai retinoblastoma serta asuhan kebidanan yang tepat terhadap
retinoblastoma tersebut.
2. Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui
pengertian dari retinoblastoma.
b.
Mengetahui
etiologi dari retinoblastoma.
c.
Mengetahui
patofisiologi dari retinoblastoma.
d.
Mengetahui
komplikasi dari retinoblastoma.
e.
Mengetahui
manifestasi klinis dari retinablastoma.
f.
Mengetahui
penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.
C. Manfaat
1.
Bagi Rumah Sakit
Memberi
informasi kepada praktisi medis tentang karakteristik pasien retinoblastoma
sehingga praktisi medis akan lebih cermat dan waspada dalam menangani pasien
retinoblastoma untuk mendapatkan outcome yang optimal.
2.
Bagi Orang Tua dan Pasien
Retinoblastoma
Memberi
pengetahuan kepada orang tua dan pasien retinoblastoma tentang karakteristik
penyakitnya sehingga orang tua dan pasien lebih waspada untuk mencari
pengobatan segera.
3.
Bagi Masyarakat
Menjadi sumber
informasi data epidemiologi untuk penelitian di masa mendatang.
4.
Bagi Mahasiswa
Menjadi sarana
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama pembelajaran di
perkuliahan dan pengalaman praktik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas
utama intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah
lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional (Mansjoer A. 2000).
Retinoblastoma adalah tumor ganas
dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular
pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi,
sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis
adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan
pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun (Ganong William
F.1998).
Jadi dari beberapa pengertian diatas
disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit tumor ganas dalam bola mata
pada anak usia kurang dari 5 tahun.
B. Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua
kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita
kromosom, bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak
terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10%
penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma
dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah
satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak
(melalui saraf penglihatan/ nervus optikus).
C. Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh
dibagian posterior retina. Tumor terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang
berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. Jika timbul dalam lapisan
intiinterna, tumor itu tumbuh ke dalam (endofitik) mengisi rongga kaca dan
tumbuh kearah luar (exofitik) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus Retinoblastoma
ada 2, yaitu :
1.
Tumor
endofitik mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggal dalam retina tetapi khas mempunyai
fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti interna, tumor itu tumbuh kedalam
dan mengisi ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat dengan oftalmoskop.
2.
Tumor
eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus, diagnosis
lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam koroid biasanya terjadi pada tumor
yang masif dan mungkin menunjukkan peningkatan kemungkinan metastasis hematogen.
Perluasan tumor melalui lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan
keterlibatan susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan
resiko penyakit metastase.
Karena tumor ini jarang mengalami
metastasis sebelum terdeteksi, masalah utama dalam diagnosis biasanya adalah
penyelamatan (preservasi) penglihatan yang bermanfaat.
Retinoblastoma yang tidak ditangani
dengan baik akan berkembang didalam mata dan akan mengakibatkan lepasnya
lapisan retina, nekrosis dan menginvasi nervus optikus dan kesistem saraf
pusat. Metastase biasanya terjadi dalam 12 bulan. Metastase tersering terjadi
secara langsung ke sistem saraf pusat melalui nervus optikus. Tumor juga
bisa menyebar ke ruangan subarachnoid ke nervus optikus kontralateral atau
melalui cairan serebrospinal ke sistem saraf pusat, dan juga secara
hematogen ke paru-paru, tulang. Hampir semua pasien meninggal disebabkan
perluasan intrakranial danmetastase tumor yang terjadi dalam dua tahun.
Faktor yang menyebabkan prognosis yang buruk adalah diagnosa tumor yang
lambat, tumor yang besar, dan umur lebih tua, hasil pemeriksaan yang menunjukan
terkenanya nervus optikus, dan perluasan extraocular
D. Komplikasi
Bila tumor masih terbatas intraukolar,
pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik. Tergantung dari letak,
besar, dan tabel pada tumor yang masih intraukolar dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi
laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan
visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vetreus
dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus
okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita. Dilakukan kombinasi eksentrasi,
radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena
20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer,
terutama osteosarkoma (Mansjoer A. 2000). Komplikasi dari penyakit
retinoblastoma adalah :
1.
Ablasio
Retina
Ablasio adalah
suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Keadaan
ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
2.
Glaukoma
Glaukoma
adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata
akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang
bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.
3.
Kebutaan
Kebutaan
merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak bisa
melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada
katarak yang umumnya dapa diatasi.
E. Manifestasi
Klinik
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai
penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal
strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion
atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di
permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan
hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati. Kanker retina ini
pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala
yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah
mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau
mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol.
Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun
sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar
seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.
F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma
harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local untuk jenis intraocular dan
kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan
metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua
matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13%
pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar
karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau
setelah gagal pengobatan local. Jenis terapi :
1.
Pembedahan
Enukleasi
adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi
dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena
hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga
terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi
dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga anterior atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak
atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau
teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat
diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus
dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2.
External
Beam Radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma
merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif
lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy
dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat
perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung
teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat
dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus
diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhan tulang
orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting
adalah terjadi malignasi skunder.
3.
Radioterapi
plaque
Radioaktif
episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumor yang ukurannya kecil sampai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4.
Kryo
atau fotokoagulasi
Cara ini
digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil.
Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan untuk
tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di
konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian
belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak
boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa
meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara
ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5.
Modalitas
yang lebih baru
Pada beberapa
tahun, banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk
kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurangi ukuran tumor dan membuat
tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru
dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini
digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya
kasus yang telah lanjut. Carboplatin baik sendiri/ dikombinasi dengan
vincristine dan VP16/ VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi
dilakukan sebagai terapi awal kasus retinoblastoma bilateral
6.
Kemoterapi
Protocol
adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang
diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi.
Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara
histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah
enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti
memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular
dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5
mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar.
Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke
otak tidak dianjurkan. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler,
kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin,
etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan
akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir
menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan
dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan
hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan
radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya
mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang
belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan
multidrug resistance terhadap kemoterapi.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
Hari/
Tanggal Pengkajian : Senin/ 05 Juni 2017
Tempat
Pengkajian : Ruang Onkologi Anak (Tulip III A)
Waktu : 17.00 WITA
Tanggal
MRS : Senin/ 29 Mei 2017
No.
RMK : 1-20-07-37
A. Subjektif
Data
1. Identitas
a. Pasien
Nama : An. I
Tanggal
Lahir/ Umur : 08-09-2014 (2 Tahun)
Agama : Islam
Suku/
Bangsa : Banjar/ Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jl. Kuini Utara RT.4 No.59
Diagnosa
Medis : Retinoblastoma
b.
Penanggung
Jawab
Nama : Ny. H
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku/
Bangsa : Banjar/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Kuini Utara RT.4 No.59
2. Keluhan Utama
Ibu pasien
mengatakan anaknya ingin melanjutkan kemoterapi
3.
Riwayat
Kesehatan
a.
Pasien
1)
Sekarang
Sudah
menjalani kemoterapi sejak awal tahun 2017
2)
Riwayat
yang dulu diderita
Mata
warna putih seperti mata kucing pada tahun 2016, didiagnosis retinoblastoma
b.
Keluarga
Orang
tua pasien mengatakan bahwa ada keluarga dari ibu pasien yang mengalami tumor
ganas di mata
4. Data Kebutuhan Biologis
a.
Nutrisi
1)
Sebelum
sakit
Jenis : Nasi, dan lauk pauk
Frekuensi : 3 kali
Porsi : 1 piring
Masalah : Tidak ada
2)
Saat
sakit
Jenis : Nasi lembek, sayur
Frekuensi : 1 kali
Porsi : 2 sendok
Masalah : Susah
makan, karena efek obat kemoterapi
b.
Eliminasi
1)
BAB
a)
Sebelum
sakit
Frekuensi : 2 kali sehari
Konsistensi : Padat
Warna : Kehitaman
Masalah : Tidak ada
b)
Saat
sakit
Frekuensi : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning
Masalah : Jarang BAB
2)
BAK
a)
Sebelum
sakit
Frekuensi : 3 – 4 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas urin
Masalah : Tidak ada
b)
Saat
sakit
Frekuensi : 6 – 7 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas urin
Masalah : Tidak ada
c.
Personal
Hygiene
1)
Sebelum
sakit
Frekuensi
mandi : Sesuai kebutuhan
Frekuensi
gosok gigi : Sesuai kebutuhan
Frekuensi
ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
2)
Saat
sakit
Frekuensi
mandi :
Frekuensi
gosok gigi :
Frekuensi
ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
d.
Istirahat
Anak
lebih sering tidur dan kebanyakan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur.
5. Data Psikososial dan Spiritual
Tanggapan orang tua terhadap keadaan
pasien : Cemas
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Orang Tua
Pengetahuan orang tua tentang
perawatan pasien : Baik
B. Objektif
Data
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 12
kg
Tinggi Badan : 90
cm
Tanda Vital
a. Suhu : 36,5OC
b. Nadi :
105 x/m
c. Pernafasan : 22 x/m
2. Pemeriksaan Khusus
a.
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih dan kebersihan cukup
Muka : Tampak pucat, tidak tampak odem
Mata : Mata sebelah kanan membesar
Hidung : Simetris, kebersihan cukup, tidak ada polip,
tidak ada sekret
Telinga : Simetris,
kebersihan cukup
Mulut : Bibir tampak pucat dan tampak kering
Leher : Tidak tampak adanya pembengkakan kelenjar
tiroid dan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Simetris,
tidak tampak adanya benjolan abnormal
Ekstermitas Atas : Simetris dan tidak ada gangguan pergerakan, terpasang infus pada
tangan sebelah kiri
Ekstermitas Bawah : Simetris
dan tidak ada gangguan pergerakan
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
b.
Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
vena jugularis
Abdomen : Tidak
teraba benjolan abnormal
c. Perkusi
Tidak dilakukan
d. Auskulasi
Tidak dilakukan
3.
Hasil
Laboratorium
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Rujukan
|
Satuan
|
Metoda
|
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
RDW
MCV,
MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
Hitung
Jenis
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#
|
10.9
6.6
3.78
31
282
14.6
82.2
28.8
35.1
69.5
16.8
13.7
4.60
1.1
0.9
|
11.00
– 15.00
4.00
– 10.5
4.00
– 5.50
32.00
– 44.00
150
– 450
12.1
– 14.0
75.0
– 96.0
28.0
– 32.0
33.0
– 37.0
50.0
– 70.0
25.0
– 40.0
4.0
– 11.0
2.50
– 7.00
1.25
– 4.0
|
g/dl
ribu/ul
juta/ul
vol%
ribu/ul
%
Fi
Pg
%
%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
|
Colorimetic
Impedance
Impedance
Analyzer
Calculates
Impedance
Analyzer
Calculates
Analyzer Calculates
Analyzer Calculates
Analyzer Calculates
Impedance
Impedance
Impedance
Impedance
Impedance
Impedance
|
C. Analisa
Data
Diagnosa Kebidanan : An.
I umur 2 tahun dengan Retinoblastoma
Masalah : Nyeri
pada mata sebelah kanan, resiko injuri dengan faktor resiko pajanan pada kimia
toksik dan intoleransi aktivitas
Kebutuhan : KIE,
perawatan dan pengobatan oleh advis dokter
D. Penatalaksanaan
1.
Memberitahu
kepada keluarga pasien hasil pemeriksaan yaitu :
KU : Lemah
TTV : Nadi : 36,5OC
Respirasi : 105 x/m
Suhu : 22 x/m
“Keluarga
pasien mengetahui hasil pemeriksaan”
2.
Menganjurkan
kepada keluarga pasien untuk tetap memberikan asupan gizi pada anaknya, seperti
nasi, lauk, sayur dan buah-buahan
“Keluarga
pasien mengetahui anjuran yang diberikan dan bersedia untuk melakukan anjuran
yang diberikan”
3.
Menganjurkan
keluarga untuk tetap menjaga kebersihan anaknya (personal hygine)
“Personal
hygine sudah dijaga”
4.
Memberikan
dukungan moril agar pasien dan keluarga merasa tenang
“Dukungan
telah diberikan dan pasien merasa tenang”
5.
Menganjurkan
pada keluarga pasien agar memberikan lingkungan yang aman agar pasien dapat
beristirahat dan merasa aman
“Keluarga
pasien bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan”
6.
Mengobservasi
dan manajemen rasa nyeri yang dirasakan pasien
“Observasi
telah dilakukan”
7.
Menganjurkan
kepada keluarga untuk mengubah posisi pasien secara teratur
“Keluarga
bersedia mengikuti anjuran”
8.
Melakukan
kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberiaan terapi :
a.
Manajemen
cairan inf D5 ½ NS
b.
Monitor
DR, LFT, RFT
c.
Hidrasi
1375 ml/ 24 jam
a.
Cek
DR dan KD
b.
Persiapan
obat
c.
Rencana
ECHO
“Telah
diberikan terapi obat pada pasien sesuai advis dokter”
9.
Memberitahukan
pada keluarga pasien jika terdapat keluhan segera menyampaikannya kepada
perawat jaga
“Keluarga
pasien mengetahui tentang yang disampaikan”
CATATAN
PERKEMBANGAN
No
|
Hari/Tanggal
|
Catatan Perkembangan
|
1
|
Selasa,
06 Juni 2017
Jam : 22.00 Wita (Malam)
|
S
: Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya
tidak ada keluhan
O
: Keadaan Umum : Lemah
TTV :
·
Suhu
: 36,60 C
·
Nadi : 108 x/m
·
RR : 21 x/m
Pemeriksaan Khusus :
Mata : Mata sebelah kanan membesar
Ekstrimitas atas : Terpasang infuse pada
tangan sebelah kiri
A : An. I Umur 2 tahun dengan Retinoblastoma
P :
1.
Melakukan
observasi KU dan TTV
2.
Melakukan
observasi efek samping kemoterapi
3.
Manajemen
lingkungan yang nyaman dan aman
4.
Manajemen
rasa nyeri
5.
Menganjurkan
keluarga untuk memberi makan dan minum cukup
6.
Menganjurkan
keluarga untuk menjaga personal hygiene
7.
Melakukan
kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberian terapi :
a.
Rencana
Kemoterapi Doxo III (15.30 Wita)
b.
Cek
DR + KD
c.
Infuse
D5 ½ NS 500 ml 15 TPM
d.
Hidrasi 1375 ml/ 24 jam
|
2
|
Rabu,
07 Juni 2017
Jam : 08.00 Wita (Pagi)
|
S
: Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya
tidak ada keluhan
O
: Keadaan Umum : Baik
TTV :
·
Suhu
: 360 C
·
Nadi : 110 x/m
·
RR : 21 x/m
A : An. I Umur 2 tahun dengan Retinoblastoma
P :
1.
Melakukan
observasi KU dan TTV
2.
Melakukan
observasi efek samping kemoterapi
3.
Manajemen
lingkungan yang nyaman dan aman
4.
Menganjurkan
keluarga untuk memberi makan dan minum cukup
5.
Menganjurkan
keluarga untuk menjaga personal hygiene
6.
Melakukan
kolaborasi sesuai advis dokter dalam pemberian terapi :
a.
Cek
DR + KD
b.
Infuse
D5 ½ NS
c.
Hidrasi 1375 ml/ 24 jam
7.
Mempersiapkan pasien pulang dan penjadwalan kembali untuk
dilakukan kemoterapi selanjutnya
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pengkajian data dilakukan pada hari senin, 05 Juni 2017
di ruang onkologi anak (tulip III A), pada jam 17.00 Wita, pasien masuk pada
tanggal 29 Mei 2017. Saat ini anak berumur 2 tahun. Ibu
pasien mengatakan anaknya ingin melanjutkan kemoterapi, karena An. I sudah
menjalani kemoterapi sejak awal tahun 2017.
Pengkajian data subjektif ibu mengatakan sejak An. I
berumur 9 bulan mata anak seperti mata kucing, kemudian ibu membawa anaknya
periksa ke dokter dan didiagnosa oleh dokter adalah tumor ganas yang menyerang
mata anak, kemudian orang tua memilih untuk berobat herbal, dengan alasan
kekurangan biaya, semenjak umur 1 tahun mata bengkak kemerahan. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa ada riwayat kesehatan keluarga dari ibu pasien yang mengalami
tumor ganas di mata. Data kebutuhan biologis yang berupa nutrisi sebelum sakit
anak makan 3 kali sehari, kemudian saat sakit anak susah makan karena efek dari
obat kemo yang bisa menyebabkan mual dan muntah. Kebutuhan eliminasi BAB dan
BAK pasien tidak ada masalah masih dalam batas normal. Kebutuhan personal
hygiene sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan istirahat anak lebih sering tidur
dan kebanyakan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur. Saat ini keadaan orang
tua pasien sangat cemas dan berharap anaknya bisa sembuh total, pengambilan
keputusan dilakukan oleh kedua orang tua serta pengetahuan orang tua tentang
perawatan pada anaknya sudah baik. Pengkajian data objektif dari pemeriksaan
yang telah dilakukan semua dalam batas normal kecuali pada mata sebelah kanan
nampak benjolan membesar serta pada tangan kiri telah anak terpasang infus.
Analisa data yang dilakukan berupa data subjektif nyeri
dibagian mata sebelah kanan, data objektif ekspresi meringis, sering menangis,
dan bola mata menonjol yang disebabkan oleh metastase lewat aliran darah ke
otak yang disering disebut retinoblastoma, yang merupakan masalah nyeri kronis.
Penatalaksanaan pada kasus retinoblastoma yang diakukan adalah monitor KU dan
TTV, manajemen cairan inf D5 ½ NS, manajemen lingkungan, monitor DR, LFT, RFT,
hidrasi 1375 ml/ 24 jam, sesuai Advis DPJP : cek DR dan KD, persiapan obat, dan
rencana ECHO.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma
yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang
bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Pasien
dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya
pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami
komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang
gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.
B. Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit
kongenital pada mata yang sering terjadi pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada
bayi yang baru lahir penting untuk mengetahui kelainan pada bayi lebih awal
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Oleh karena itu sangat penting untuk
menangani kelainan ini secara tepat untuk mendapat prognosis yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ilyas
Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. FKUI :
Jakarta.
Permono,
Bambang, dkk. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar