expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI NY. K.R P3A0 POST PARTUM HARI KE-0 DENGAN PER (PRE EKLAMSIA RINGAN)


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Teori Medis
1.         Nifas
a.         Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Prawirohardjo, 2010).
b.         Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Ibu Nifas






















Sistem Reproduksi

Sistem endokrin

Sistem Urinaria

Sistem gastrointestinal









otot polos berkontraksi

HCG menurun

kandung kemih kurang sensitif




estrogen  menurun


kurang KIE tentang luka perineum









involusi uterus, lochea, rugae vagina muncul

prolaktin meningkat

urine residual










menahan defekasi

produksi ASI















konstipasi














Skema 2. 1 Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Sumber: Prawihardjo, 2010
c.         Lochea
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya (Marmi, 2012) diantaranya:
Tabel 2.1 Pengeluaran Lochea Masa Nifas
Lochea
Waktu
Warna
Ciri – ciri
Rubra
1 – 3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
Sanguilenta
3 – 7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa
7 – 14 hari
Kekuningan atau kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
Alba
> 14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks, serabut jaringan yang mati.
Sumber: Prawihardjo, 2010

d.        Tahapan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009) Tahapan Masa Nifas di bagi dalam 3 periode, yaitu :
1)        Periode Immediate Puerperium, yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
2)        Periode Early Puerperium (24 jam-1 minggu). Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
3)        Periode Late Puerperium (1 minggu-6 minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
e.         Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1)        Nutrisi dan cairan
a)         Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsI harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh dan proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya.
Gizi ibu menyusui :
(1)      Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
(2)      Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
(3)      Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
(4)      Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
(5)      Minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
b)         Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjuran mengandung 50-60 % karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah dimetabolisme menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
c)         Lemak
Lemak 25-35 % dari total makanan. Lemak menghasilkan setengah kalori yang diproduksi oleh ASI
d)        Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah sekitar 10-15 %. Protein utama dalam air susu ibu adalah whey. Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang memudahkan penyerapan nutrient ke dalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat yaitu nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan) dan hewani (daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting).
e)         Vitamin dan mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolism tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, tiamin, asam folat, kalsium, seng dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan asam folat dalam air susu langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.Sumber vitamin(hewani, nabati) dan sumber mineral (ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan yodium).

f)          Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan seta=40 hari post partum. Minumlah kapsul Vit A (200.000 unit).
2)        Ambulasi pada Masa nifas
Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus cukup istirahat, dimana ibu harus tidur telentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum. Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu. Pada persalinan normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu, 1 atau 2 jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien section caesarea biasanya mulai ‘ambulasi’ 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika pasien menjalani analgesia epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah itu ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut:
a)         Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, tergaggunya fungsi otot dan lain-lain.
b)         Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan diatas secara bertahap.
c)         Kondisi  ubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, system sirkulasi di dalam tubuh pun bisa berfungsi normalkembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian menyebutkan early ambulation(gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) da bisa menyebabkan infeksi.
d)        Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.
e)         Latihan postnatal biasanya latihan dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari sekali dengan pengawasan bidan. Pada beberapa rumah sakit, fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-hari tertentu setiap minggu.
f)          Tujuan latihan dijelaskan pada ibu sehingga ia menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mengikuti latihan ketika di rumah sakit dan akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh baik, mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki stress inkotinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah diseluruh tubuh.
3)        Kebersihan Diri atau Perineum
a)         Pengertian Kebersihan
Dibawah ini dijelaskan macam-macam pengertian kebersihan yaitu sebagai berikut :
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya debu, sampah dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri pathogen dan bahan kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari hygiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan dan memakai pakaian yang bersih.
Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan merupkan cara terbaik dalam mecegah penularan influenza dan batuk pilek.

b)         Kebersihan pada Masa Nifas
Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus. Namun masih harus  menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni proses “pembersihan diri” alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari. Tahapan-tahapan selama masa nifas ini, vagina akan terus-menerus mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium) yang disebut lokia.
Pada prinsipnya, urgensi kebersihan vagina pada saat nifas dilandasi beberapa alasan yaitu :
(1)      Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
(2)      Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap hari kita lakukan.
(3)      Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
(4)      Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk kemudian menjalar ke rahim.
c)         Langkah Menjaga Kebersihan vagina
Berikut mengenai cara membersihkan vagina yang benar yaitu sebagai berikut:
(1)      Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
(2)      Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama.
(3)      Bila ibu  benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
(4)      Yang sering terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai darah atau kotoran. Berarti bila pembalut tidak diganti, akan vagina akan tetap lembab dan kotor.
(5)      Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman.
(6)      Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang diresepkan oleh dokter.
d)        Perawatan pada Tindakan Episiotomi
Inilah cara perawatan setelah episiotomi :             
(1)      Untuk menghindari rasa sakit saat buang air besar, ibu dianjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidk keras dan ibu tidak perlu mengejan. Kalau perlu, dokter akan memberikan obat untuk melembekkan tinja.
(2)      Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindari banyak bergerak pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum. Bayak-banyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena membuat otot perineum bergeser.
(3)      Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat.
(4)      Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk berendam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni dan feses juga akan hilang.
(5)      Bila memang dianjurkan dokter, lukadi bagian perineum dapat diolesi salep antibiotik.
(a)      Bila Terjadi infeksi
Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada pada perineum sehingga memilih tidak  membersihkannya. Padahal dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi.
(b)      Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah :
i.           Suhu tubuh melebihi 37,50C
ii.         Menggigil, pusing dan mual
iii.       Keputihan
iv.       Keluar cairan seperti nanah dari vagina
v.         Cairan yang keluar disertai bau yang menyengat
vi.       Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri
vii.     Terasa nyeri di perut
viii.   Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya, seminggu sesudah melahirkan, pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera periksakan diri dokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindaklanjuti dengan penggunaan antibiotik yang adekuat untuk membunuh kuman yang ada.
(c)      Alasan Menjaga Kebersihan Vagina
Setelah seluruh hasil pemantauan dinyatakan baik, ibu bisa meneruskan perawatan secara pribadi. Selama masa pasca persalinan, entah itu normal atau sesar akan terjadi perdrahan selama 40 hari atau masa nifas. Di sinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah seputar vagina dengan seksama.
Kebersihan vagina selama masa nifas harus dilakukan karena beberapa alasan, seperti banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
i.           Vagina merupakan daerah yang dekat dengan tempat buang air kecil dan tempat buang air besar yang tiap hari kita lakukan.
ii.         Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
iii.       Vagina merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang ada di daerah tersebut menjalar ke rahim.
4)        Istirahat
a)         Istirahat malam
Selama satu atau dua  malam yang pertama, ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerap kali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan air benar-benar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomi sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur.
b)         Istirahat Siang
Pada hampir setiap rumah sakit bersalin, periode istirahat yang jelas perlu disediakan secara teratur dan kerap kali di perlukan selama satu jam sebelum makan siang tirai ditarik, radio dimatikan, staf kebidanan harus bekerja tanpa suara, tamu yang  ingin berkunjung dilarang dan panggilan telepon tidak diteruskan kepada pasien kecuali benar-benar mendesak. Ibu harus dibantu untuk mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini : berbaring telungkup (mungkin dengan bantal di bawah panggulnya) untuk membantu drainase uterus jika posisi nyaman baginya.
c)         Tidur
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan. Tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat penumpukkan kelelahan karena persalinan  dan kesulitan beristirahat karena perineum. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu yakni:
(1)      Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
(2)      Memperlambat proses involusio uterus
(3)      Meningkatkan perdarahan
(4)      Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
5)        Seksual
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari, menurut orang awam merupakan masa nifas yang penting untuk di pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid. Darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degeneratif, sel-sel mati dan sel-sel endometrium sisa.
Banyak pasangan suami-istri merasa frekuensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak. Ada anggapan bahwa wanita usai persalinan kurang bergairah karena pengaruh hormon. Terutama pada bulan-bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil dibandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berhubungan intim.
Meskipun hubungan telah dilakukan minggu keenam adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
a)         Sesuai tradisi. Setelah melahirkan ibu-ibu sering mengkonsumsi jamu-jamu tertentu yang mengandung zat-zat yang memiliki sifat astrigents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
b)         Jaringan baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitive.
c)         Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan. Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang.
6)        Eliminasi : BAB dan BAK
a)         Miksi atau BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spigter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
b)         Defekasi atau BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
7)        Latihan atau Senam Nifas
a)         Definisi Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Wanita yang setelah persalinan seringkali mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi karena merupakan akibat membesarnya otot rhim karena pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi memanjang sesuai usia kehamilan yang terus bertambah. Setelah persalinan, otot-otot tersebut akan mengendur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di samping anjuran-anjuran lainnya.
b)         Waktu untuk melakukan Senam Nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan secara teratur setiap hari. Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit atau menambah perdarahan. Anggapan ini tidak tepat karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah persalinan Caesar, ibu sudah dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuannya mobilisasi ini agar terutama peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya ibu dapat melakukan senam nifas.
c)         Tujuan atau Kegunaan Senam Nifas
Banyak sekali manfaat dari melakukam senam nifas. Secara umum adalah untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sediakala sebelum kehamilan, manfaat itu antara lain :
(1)      Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
(2)      Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung.
(3)      Memperbaiki tonus otot pelvis.
(4)      Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.
(5)      Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil.
(6)      Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
(7)      Memperlancar terjadinya involusio uteri.
d)        Persiapan Senam Nifas
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum melakukan senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah :
(1)      Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga
(2)      Minum banyak air putih
(3)      Dapat dilakukan ditempat tidur
(4)      Dapat diiringi musik
(5)      Perhatikan keadaan ibu
e)         Faktor yang menentukan kesiapan senam nifas :
Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain :
(1)      Tingkat kebugaran tubuh ibu
(2)      Riwayat persalinan
(3)      Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
(4)      Kesulitan adaptasi post partum
f)          Latihan Senam Nifas yang dapat dilakukan antara lain :
(1)      Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul: kerutkan atau kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik. Kemudian kendorkan Selma 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari. Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.
(2)      Senam otot perut (dilakuka setelah 1 minggu  nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada alas yang datar dank eras. Mulailah dengan melakukan 5 kali perhari untuk setiap jenis senam. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
(a)      Menggerakkan panggul
i.           Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.
ii.         Keraskan otot perutatau panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.
iii.       Otot kembali relaksasi, bagian bawah punggung kembali ke posisi semula

(b)      Bemafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam denga tangan diatas perut. Perut dan tangan diatasnya akan tertarik ke atas. Tahan selama 5 detik.
(c)      Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah (a). pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat. Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya. Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.
(d)     Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah (a). tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala. Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.tahan selama 5 detik. Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.
(e)      Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit. Dengan kedua lengan diatas dada. Selanjutnya tangan di belakang kepala. Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut. Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.
Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.
f.          Adaptasi Psikologi Ibu
Suatu penyesuaian diri yang sangat besar terhadap jiwa dan kondisi tubuhnya setelah mengalami suatu stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Emosional labil (mood : keadaan jiwa terganggu), keadaan ini sering terjadi selama hari-hari pertama puerperium (Prawirohardjo, 2010).
Setelah partus umumnya wanita menunjukkan rasa gembira tapi beberapa hari kemudian kemungkinan terjadi depresi dan sedih atau menangis. Hal ini adalah Fase transisi dan kemungkinan reaksi dari stress fisik dan mental setelah post partum, cemas tentang bayinya dan merasa tidak adekuat untuk menjadi seorang ibu (Prawirohardjo, 2010). Adaptasi psikologi ibu terbagi menjadi tiga, yaitu:
1)        Hari ke-1 (Taking In), ibu terfokus pada diri sendiri, minta diperhatikan.
2)        Hari ke-2 (Taking Hold), ibu menjadi mandiri, punya keinginan merawat bayinya.
3)        Minggu pertama (Letting Go), masa mendapat peran baru, ibu mulai mencurahkan kegiatan pada bantuan orang lain,beri dukungan baik dari petugas maupun keluarganya.
g.         Kunjungan Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2010) Kunjungan Masa Nifas adalah sebagai berikut:
1)       Kunjungan I  (6-8 jam setelah persalinan) bertujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan  berlanjut, memberikan konseling pada ibu, dan salah satu anggota keluarga, pemberian ASI awal, melaksananakan hubungan antara ibu dan BBL dan menjaga bayi tetap sehat dan cara mencegah terjadi hipotermi.
2)       Kunjungan II  (6 hari setelah persalinan) bertujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan yaitu uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan. Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, aemastikan ibu mendapaatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
2)       Kunjungan III  (2 minggu setelah persalinan) tujuan sama dengan kunjungan II  6 hari setelah persalinan.
3)       Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) bertujuan menanyakan tentang penyulit yang ibu dan bayi alami dan memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini
Menurut Permenkes RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Bab III mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 10 ayat (2d) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.

2.         Pre Eklampsia
a.         Pengertian PreEklampsia
Pre-eklampsiadalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia adalah salah satu ka­sus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu.(Cuningham, 2006)
Ke­lainan ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pa­da ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di Indonesia. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama (Sarwono, 2009).
b.         Pembagian PreEklampsia Menurut (Sarwono, 2009)
1)        Pre-Eklampsia Ringan
a)         Tanda dan gejala
(1)      Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
(2)      Proteinuria: didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin.
(3)      Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
b)         Tatalaksana pre eklampsia ringan
(1)      Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)
(a)      Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
(b)      Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
(c)      Vitamin
(d)     Tidak perlu pengurangan konsumsi garam
(e)      Tidak perlu pemberian antihipertensi
(f)       Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu
(2)      Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)
(a)      Pre eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat
(b)      Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati
(c)      Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
(3)      Tatalaksana
(a)      Pada dasarnya sama dengan terapi rawat jalan
(b)      Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan.
2)        Pre-Eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
a)         Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia Berat
(1)      Tekanan darah sistolik >160 mmHg
(2)      Tekanan darah diastolik >110 mmHg
(3)      Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
(4)      Trombosit < 100.000/mm3
(5)      Oliguria (jumlah air seni <400 ml/24 jam)
(6)      Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)
(7)      Nyeri ulu hati
(8)      Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
(9)      Perdarahan di retina (bagian mata)
(10)  Edema (penimbunan cairan) pada paru
(11)  Koma
b)         Tatalaksana Perawatan Pre-Eklampsi Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat selama perawatan, maka dibagi menjadi :
(1)      Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya “HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).
(2)      Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janinbaik.
c)         Perawatan Konservatif Pada Pasien Pre Eklampsia Berat
(1)      Segera masuk rumah sakit dan tirah baring serta dipasang Infus
(2)      Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
(3)      Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
(4)      Anti hipertensi, diuretikum diberikan sesuai dengan gejala yang dialami
(5)      Penderita dipulangkan apabila penderita kembali ke gejala-gejala/ tanda-tanda pre-eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
c.         Faktor RisikoPre-Eklampsia Menurut (Wiknjosastro, 2006)
1)        Riwayat keluarga. Bila anggota keluarga ada yang mengidap penyakit ini, risiko untuk mengalaminya semakin besar.
2)        Umur. Risiko pre-eklampsia pada wanita hamil muda lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih dari 40 tahun.
3)        Banyaknya bayi yang dikandung. Pre-eklampsia sering terjadi pada wanita yang mengandung bayi kembar, kembar tiga, atau kelipatannya.
4)        Obesitas. Apabila anda gemuk, risiko pre-eklampsia semakin meningkat.
5)        Kurang vitamin D. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pre-eklampsia kan timbul bila kekurangan vitamin D. Pada awal kehamilan, vitamin ini berfungsi sebagai pencegahan.
6)        Memiliki kadar protein tinggi. Wanita hamil yang memiliki kandungan protein tinggi dalam darah ataupun urine memiliki risiko lebih besar untuk mengidap penyakit pre-eklampsia. Pertumbuhan dan fungsi dari pembuluh darah akan terganggu oleh kandungan protein ini.
7)        Diabetes. Wanita yang menderita penyakit diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi terkena pre-eklampsia pada kehamilannya.
d.        Deteksi DiniPre-Eklampsia Menurut (Saifudin, 2009)
1)        Sakit kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke,koagulopati dan kematian.Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:
a)         Sakit kepala hebat
b)         Sakit kepala yang menetap
c)         Tidak hilang dengan istirahat
d)        Depresi post partum
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.

a)         Gejala
(1)      Tekanan darah naik atau turun
(2)      Lemah
(3)      Anemia
(4)      Napas pendek atau cepat
(5)      Nafsu makan turun
(6)      Kemampuan berkonsentrasi kurang
(7)      Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
(8)      Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun mengerti
(9)      Serangan cemas
(10)  Merasa takut
(11)  Berpikir obsesif
(12)  Hilangnya rasa takut
(13)  Control terhadap emosi hilang
(14)  Berpikir tentang kematian
b)         Penanganan
(1)      Informed consent
(2)      Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
(3)      Pemberian  Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi 1x/hari
(4)      Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
(5)      Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
(6)      Ukur keseimbangan cairan
(7)      Persiapan rujukan
(8)      Periksa Hb
(9)      Periksa protein urine
(10)  Observasi tanda-tanda vital
(11)  Lebih banyak istirahat    
2)      Nyeri Epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan lain-lain.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada  tanda-tanda lain karena terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan. Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu me­nimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+  atau 1g/liter atau lebih dalam air ken­cing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
a)         Tanda dan Gejala
(1)      Kira-kira 90% pasien terdapat lelah,
(2)      65% dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah
(3)      31% dengan sakit kepala.
b)         Penanganan
(1)      Informed consent
(2)      Mengobservasi TTV
(3)      Persiapan rujukan
(4)      Pemeriksaan darah rutin
(5)      Tes fungsi hati.
(6)      Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
(7)      Bolus 4–6 gr MgSO4 dalam kon­sentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan infus.
(8)      Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10% IV
(9)      Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas 160/­110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
3)        Penglihatan Kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan  kabur/ berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia.
Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
a)         Tanda dan Gejala
(1)      Peningkatan tekanan darah yang cepat
(2)      Oliguria
(3)      Peningkatan jumlah proteinuri
(4)      Sakit kepala hebat dan persisten
(5)      Rasa mengantuk
(6)      Penglihatan kabur
(7)      Mual muntah
(8)      Nyeri epigastrium
(9)      Hiperfleksi
b)         Penanganan
(1)      Informed consent
(2)      Segera rawat
(3)      Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
(4)      Persiapan rujukan
(5)      Jika pasien tidak bernafas :
(a)      Bebaskan jalan nafas
(b)      Berikan oksigen
(c)      Intubasi jika perlu
(6)      Jika pasien tidak sadar atau koma :
(a)      Bebaskan jalan nafas
(b)      Baringkan pada satu sisi
(c)      Ukur suhu
(7)      Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
(8)      Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
(9)      Jika kejang :
(a)      Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah, dan bebaskan jalan nafas
(b)      Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah


e.        Pencegahan Pre-Eklampsi dan Eklampsi Menurut (Sarwono, 2009)
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Namun upaya itu belum maksimal.
Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Namun, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.
f.          PenyebabPre-EklampsiaMenurut (Sarwono, 2009)
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasentasehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya, tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget dalam sehari. Sampai saat ini belum ditemukan secara pasti penyebab dari pre-eklampsia.
g.         KomplikasiPre-EklampsiaMenurut (Sarwono, 2009)
1)        Iskemia uteroplasenter
a)         Pertumbuhan janin terhambat
b)         Kematian janin
c)         Persalinan prematur
d)        Solusio plasenta
2)        Spasme arteriolar
a)         Perdarahan serebral
b)         Gagal jantung, ginjal dan hati
c)         Ablasio retina
d)        Thromboemboli
e)         Gangguan pembekuan darah
3)        Kejang dan koma
a)         Trauma karena kejang
b)         Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
4)        Penanganan tidak tepat
a)         Edema paru
b)         Infeksi saluran kemih
c)         Kelebihan cairan
d)        Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik
h.         Pencegahan Pre-Eklampsia Menurut (Sarwono,2010)
1)        Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
2)        Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti
3)        Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, dll) harus dilibatkan sejak awal
4)        Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru.
i.           Pengelolaan Pre-Eklampsia Menurut (Sarwono,2010)
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
1)        Pengelolaan kejang
a)         Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
b)         Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
c)         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d)        Aspirasi mulut dan tenggorokan
e)         Baringkan pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi Fowler) untuk mengurangi risiko aspirasi
f)          Berikan O2 4-6 liter/menit
2)        Pengelolaan umum
a)         Jika tekanan diaktolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
b)         Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum bersar no. 16 atau lebih
c)         Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
d)        Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
e)         Infus cairan dipertahankan 1.5-2 liter/24 jam
f)          Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
g)         Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
h)         Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
i)           Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
(1)      Jikaibutidaksadarataukejang, mintalahpertolongan. Segeramobilisasiseluruhtenaga yang adadansiapkanfasilitastindakangawatdarurat.
(2)      Jikapasientidakbernafasataupernafasannyadangkal:
(a)      Periksadanbebaskanjalannafas
(b)      Jikatidakbernafas, mulaiventitasidengan masker danbalon
(c)      Intubasijikaperlu
(d)     Jikapasienbernafasberioksigen 4-6 liter per menitmelalui masker ataukanula nasal
(3)      Jikapasientidaksadarataukoma
(a)      Bebaskanjalannafas
(b)      Baringkanpadasisikiri
(c)      Ukursuhu
(d)     Periksaapakahkaku
(4)      Jikapasiensyok : lakukanpenanganansyok
(5)      Jikaadaperdarahan : lakukanpenangananperdarahan
(6)      Jikakejang:
(a)      Baringkanpadasisikiri : tempattidurarahkepaladitinggikansedikituntukmengurangikemungkinanaspirasi secret, muntahanataudarah
(b)      Bebaskanjalannafas
(c)      Hindarijatuhnyapasiendaritempattidur
(d)     Lakukanpengawasanketat
(7)      Jikadiagnosisnyaeklamsiaberikan magnesium sulfat
(8)      Jikapenyebabkejangbelumdiketahui, tanganisebagaieklamsiasambilmencaripenyebablainnya
3)        Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko terjadi depresi neonatal.
j.           Peran Bidan Menurut (Sarwono,2010)
1)        Mendeteksi terjadinya eklamsi
2)        Mencegah terjadinya eklamsi
3)        Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4)        Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi








k.      Prosedur Tetap Pemberian MgSo4 Menurut (Sarwono,2010)
Magnesium  Sulfat Untuk Preeklampsia dan Eklampsia

Alternatif  I Dosis awal                 MgSO4 4 g IV  sebagai larutan 40%  selama 5 menit segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan  Ringer Asetat / Ringer  Laktat selama  6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit.

Dosis Pemeliharaan                      MgSO4 4 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam  postpartum

 Alternatif  II Dosis awal               MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%  selama 5 menit
Dosis pemeliharaan                      Diikuti  dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml  Lignokain ( dalam semprit yang sama )
Pasien akan  merasa  agak panas pada saat pemberian MgSO4

Sebelum pemberian  MgSO4        Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
Ulangan, dilakukan                       Refleks patella (+)
Pemeriksaan :                                Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam  terakhir
 Frekuensi pernafasan  < 16 kali/menit

Hentikan pemberian                      Refleks patella (-), bradipnea (<16x/menit)
MgSO4 jika :                               


Siapkan antidotum                         jika terjadi henti nafas
Bantu pernafasan dengan ventilator.
Berikan kalsium glukonas 1 g (20 ml larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.

BAB II
TINJAUAN KASUS
7 LANGKAH VARNEY


BAB III
PENUTUP
A.    Pembahasan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. K.R di Rumah Sakit sesuai dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney,dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya asuhan kebidanan yang diberikan bidan terhadap ibu. Pembahasan ini dimaksudkan supaya bisa diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut, dalam penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efesien.
1.      Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data. Berisi tanggal pengkajian, waktu pengkajian, dan nama pengkaji. Pengkajian terdiri dari data subyektif dan data obyektif (Varney, 2006). Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia adalah salah satu ka­sus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu (Cuningham, 2006). Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (Sarwono, 2009). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama. Tanda dan gejala Pre-Eklampsia Ringan Menurut (Sarwono, 2009) kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg, proteinuria didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin dan edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.Faktor Risiko Pre-Eklampsia Menurut (Wiknjosastro, 2006) yakni:
a.       Riwayat keluarga. Bila anggota keluarga ada yang mengidap penyakit ini, risiko untuk mengalaminya semakin besar.
b.      Umur. Risiko pre-eklampsia pada wanita hamil muda lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih dari 40 tahun.
c.       Banyaknya bayi yang dikandung. Pre-eklampsia sering terjadi pada wanita yang mengandung bayi kembar, kembar tiga, atau kelipatannya.
d.      Obesitas. Apabila anda gemuk, risiko pre-eklampsia semakin meningkat.
e.       Kurang vitamin D. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pre-eklampsia kan timbul bila kekurangan vitamin D. Pada awal kehamilan, vitamin ini berfungsi sebagai pencegahan.
f.       Memiliki kadar protein tinggi. Wanita hamil yang memiliki kandungan protein tinggi dalam darah ataupun urine memiliki risiko lebih besar untuk mengidap penyakit pre-eklampsia. Pertumbuhan dan fungsi dari pembuluh darah akan terganggu oleh kandungan protein ini.
g.      Diabetes. Wanita yang menderita penyakit diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi terkena pre-eklampsia pada kehamilannya.
Sedangkan pada data subyektif Ny. K.R mengatakan perut terasa mules, kepala terasa sakit dan ibu melahirkan pada tanggal 26 april 2016 pukul 23.03 WITA yang merupakan anak ketiganya, ibu mengatakan usianya 38tahun.Data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TD: 130/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 360C, muka tidak pucat, mata tidak tampak cekung, conjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, kelopak mata dan muka tampak oedema, ekstermitas jari-jari tangan dan kaki serta tungkai tampak oedema, TFU: 2 jari dibawah pusat, lochea: rubra, mobilisasi: ibu sudah bisa miring ke kiri dan kanan serta posisi setengah duduk, kontraksi uterus: baik (teraba keras), kandung kemih: kosong, perdarahan: + 15 cc, genetalia: utuh tidak ada rupture. Pemeriksaan penunjang laboratorium Hb: 12,6 g/dL, Golda:B, HT: 41%, Leukosit: 9.500/ uL, Trombosit: 235.000/ uL, Eritrosit: 4,5 juta/ uL, Protein urine: + 1.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
2.      Interpretasi Data
Menurut (Sulistyawati, 2009) kebutuhan dasar masa nifas salah satunya yakni nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh dan proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya. Gizi ibu menyusui yakni mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari, makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui), pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan, minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
Data yang diperoleh dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu P3A0Post Partum Hari Ke-0 dengan Pre Eklamsi Ringan, masalah ibu merasa perut terasa mules dan kepala terasa sakit, kebutuhan dengan berikan KIE tentang pengertian pre eklamsi ringan, diet rendah garam dan pemberian gizi rendah lemak garam, personal hygiene,tanda bahaya masa nifas, ASI eksklusif, KB pascasalin, dan pemberian vitamin A.
Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan, menurut (Sulistyawati, 2009) pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan, pada kasus ini pasien tidak diberikan pil zat besi tetapi hanya diberi vitamin A.
3.      Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi (Varney, 2008)
Dalam kasus ini yang ditemukan di VK, telah dilakukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga diagnose potensial yakni retensio urine, perdarahan post partum dan pre eklamsi berat tidak terjadi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
4.      Antisipasi dan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. (Varney, 2008). Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang.(Sulistyawati, 2009).
Pada langkah antisipasi Ny. K.R adalah kosongkan kandung kemih, anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing, mobilisasi dini, pengawasan TTV (vital sign) dan pengawasan tanda-tanda PEB (Pre Eklamsi Berat).
Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan, menurut (Sulistyawati, 2009) mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang, tetapi pada kasus ini pasien telah boleh pulang pada hari pertama.
5.      Rencana Asuhan
Rencana asuhan merupakan kelanjutan, manajemen terhadap diagnose masalah, yang telah diidentifikasi dan informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut (Sarwono, 2009) tatalaksana  pre eklamsi ringan yakni sebagai berikut:
a.       Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)
1)      Pre eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat
2)      Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati
3)      Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
b.      Tatalaksana
1)      Pada dasarnya sama dengan terapi rawat jalan
2)      Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari lalu boleh dipulangkan.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini adalahbina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, lakukan observasi KU, TTV, TFU, kontraksi uterus, dan perdarahan, berikan KIE tentang pengertian pre eklamsi ringan, diet rendah garam dan pemberian gizi rendah lemak garam, personal hygiene, tanda bahaya masa nifas, ASI eksklusif, KB pascasalin, dan kolaborasi dengan dr.Sp.OG untuk tindak lanjutnya dan dokumentasi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
6.      Penatalaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2008)
Pada kasus pelaksanaan asuhan yang diberikanyakni membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, menjelaskan hasil pemeriksaan, melakukan observasi KU, TTV, TFU, kontraksi uterus, dan perdarahan, memberikan KIE tentang pengertian pre eklamsi ringan, diet rendah garam dan pemberian gizi rendah lemak garam, personal hygiene, tanda bahaya masa nifas, ASI eksklusif, KB pascasalin, dan melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.OG untuk tindak lanjutnya dan melakukan dokumentasi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
7.      Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk SOAP (Varney, 2008).
Pada kasusini dilakukan perawatan selama 1 hari, Ny. K.R didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, vital sgin: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, TFU, perdarahan pervaginam, dan kontraksi rahim dalam batas normal, oedema pada kelopak mata, muka, ekstermitas jari tangan, kaki, tungkai mulai berkurang. Ibu sudah tidak mules lagi karena mules merupakan proses involusi uterus dan keadaan ibu sudah sehat, pusingnya berkurang.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
8.      Kesimpulan
Dari langkah 1-7 dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. K.R dapat disimpulkan bahwa pasien mengeluhkan perutnya terasa mules dan ibu melahirkan pada tanggal 26 april 2016 pukul 23.03 WITA yang merupakan anak ketiganya, ibu mengatakan usianya 38 tahun. Data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TD: 130/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 360C, muka tidak pucat, mata tidak tampak cekung, conjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, kelopak mata dan muka tampak oedema, ekstermitas jari-jari tangan dan kaki serta tungkai tampak oedema, TFU: 2 jari dibawah pusat, lochea: rubra, mobilisasi: ibu sudah bisa miring ke kiri dan kanan serta posisi setengah duduk, kontraksi uterus: baik (teraba keras), kandung kemih: kosong, perdarahan: + 15 cc, genetalia: utuh tidak ada rupture. Pemeriksaan penunjang laboratorium Hb: 12,6 g/dL, Golda:B, HT: 41%, Leukosit: 9.500/ uL, Trombosit: 235.000/ uL, Eritrosit: 4,5 juta/ uL, Protein urine: + 1. Diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu P3A0 Post Partum Hari Ke-0 dengan Pre Eklamsi Ringan, masalah ibu merasa perut terasa mules dan kepala terasa sakit, kebutuhan dengan berikan KIE tentang pengertian pre eklamsi ringan, diet rendah garam dan pemberian gizi rendah lemak garam, personal hygiene, tanda bahaya masa nifas, ASI eksklusif, KB pascasalin, dan pemberian vitamin A. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan, menurut (Sulistyawati, 2009) pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan, pada kasus ini pasien tidak diberikan pil zat besi tetapi hanya diberi vitamin A. Diagnose potensial dalam kasus ini yakni retensio urine, perdarahan post partum dan pre eklamsi berat. Antisipasi dilakukan kosongkan kandung kemih, anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing, mobilisasi dini, pengawasan TTV (vital sign) dan pengawasan tanda-tanda PEB (Pre Eklamsi Berat). Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan, menurut (Sulistyawati, 2009)mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, ibu boleh pulang, tetapi pada kasus ini pasien telah boleh pulang pada hari pertama. Rencana asuhan yang diberikan bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, lakukan observasi KU, TTV, TFU, kontraksi uterus, dan perdarahan, berikan KIE tentang pengertian pre eklamsi ringan, diet rendah garam dan pemberian gizi rendah lemak garam, personal hygiene, tanda bahaya masa nifas, ASI eksklusif, KB pascasalin, dan kolaborasi dengan dr.Sp.OG untuk tindak lanjutnya dan dokumentasi. Penatalaksanaan dilakukan dengan efesien dan aman sesuai dengan rencana asuhan. Evaluasi didapat setelah diberikan perawatan selama 1 hari, didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, vital sgin: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, TFU, perdarahan pervaginam, dan kontraksi rahim dalam batas normal, oedema pada kelopak mata, muka, ekstermitas jari tangan, kaki, tungkai mulai berkurang. Ibu sudah tidak mules lagi karena mules merupakan proses involusi uterus dan keadaan ibu sudah sehat, pusingnya berkurang. Pasien pulang dengan keadaan sehat dan telah mendapatkan asuhan kebidanan yang diberikan dan keluhan serta masalah pasien telah teratasi dengan memberikan asuhan kebidanan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan maka penulis dapat memberikan saran, bagi:
1.      Bagi Institusi
a.       Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalui peningkatan keterampilan dan motivasi kerja staf, dokter, perawat dan bidan,yang memberikan kepuasan pada pasien, kemudian mempertahankan kenyamanan pasien rawat inap, keramahan dalam melayani pasien serta kedisiplinan dalam bekerja. Karena baik buruknya citra rumah sakit sebagian besar dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien dan keluarga.
b.      Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga membantu penulis yang akan mengambil kasus yang sama.
2.      Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas, dan berkenan mengikuti seminar-seminar tentang komplikasi kehamilan, persalinan, bayi baru lahir hingga masa nifas.
3.      Bagi Klien
Diharapkan kepada klien untuk mengkonsumsi nutrisi, cairan, makanan dengan menu seimbang, kemudian pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam dan kaya (vitamin C, E) minum sedikitnya 3 liter perhari, melakukan mobilisasi sesuai anjuran, menjaga kebersihan diri, perbanyak istirahat, melakukan latihan atau senam nifas,tetap memberikan ASI ekslusif dan ber-KB paling tidak sebelum 40 hari pascasalin, mengetahui tanda bahaya masa nifas, melakukan kunjungan nifas yang berikutnya yakni 6 hari setelah persalinan kemudian meminta pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinandan ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 post partum.Jika ada masalah kesehatan yang sangat mengganggu aktifitas segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan terdekat atau di bidan/ dokter.


DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, F.G. 2006.  Obstetri William Vol 1.  Edisi 2.  Jakarta: EGC.

Marmi, Rahardjo Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina PustakaSarwono  Prawiroharjo.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. BukuA cuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono: Jakarta.



 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar