BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.
Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan
sebagai ketidak mampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya
dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak
mampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada
perempuan di antaranya, adalah faktor
Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan
hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini berarti sebagian besarmasalah
infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau
karena gangguan proses ovulasi. Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan
suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang
mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir
bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasangan akan
mengalami hambatan untuk mempunyai anak.
Sebanyak 60% - 70% pasangan yang telah menikah akan
memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki
anak pada tahun ke – 2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10 – 20% sisanya akan memiliki anak pada
tahun ke – 3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak.
Kadang – kadang dalam pasangan
suami istri, pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa masalah berasal dari kedua
belah pihak, sehingga akan menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan
karena menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat,
dimana seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri kejantanan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
infertilitas?
2.
Apa saja jenis – jenis infertilitas?
3. Apa
saja faktor
penyebab infertilitas?
4. Bagaimana pemeriksaan pasangan infertilitas?
5. Bagaimana pemeriksaan masalah-masalah infertilitas?
6. Bagaimana pemeriksaan infertilitas?
7.
Apa dampak
infertilitas?
8.
Bagaimana pencegahan infertilitas?
9. Bagaimana
pengobatan
infertilitas?
10.
Bagaimana teknik perawatan masalah ketidaksuburan atau infertilitas?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian infertilitas
2.
Untuk mengetahui jenis – jenis infertilitas
3. Untuk
mengetahui faktor penyebab infertilitas
4.
Untuk mengetahui pemeriksaan pasangan infertilitas
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan masalah-masalah infertilitas
6.
Untuk mengetahui pemeriksaan infertilitas
7. Untuk
mengetahui dampak infertilitas
8. Untuk
mengetahui pencegahan infertilitas
9. Untuk
mengetahui pengobatan infertilitas
10. Untuk
mengetahui teknik perawatan masalah ketidaksuburan atau infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infertilitas
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan
pasangan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun
hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami
istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam
waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan
infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
Infertilitas ialah pasangan suami – istri belum
mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
B. Jenis – jenis Infertilitas
1. Infertilitas
Primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.
Infertilitas Sekunder
Infertilitas
sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah berhubungan
seksual sebanyak 2 – 3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
C.
Faktor
Penyebab Infertilitas
1. Penyebab Infertilitas Pada Perempuan
(Istri)
a. Faktor Penyakit
1) Endometriosis
Endometriosis
adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam
rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis
bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau
bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta
tentu saja infertilitas.
2) Infeksi
Panggul
Infeksi
panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah : nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan
dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid,
hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan
pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya : spiral).
3) Mioma Uteri
Mioma uteri
adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri
yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat
wanita dalam usia reproduksi sehingga – saat
menopause – mioma uteri akan mengecil atau
sembuh.
4) Kista
Kista adalah
suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh tidak
normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat berbagai macam
jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi
mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang
paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut
yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas,
infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak
seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
5) Saluran
Telur yang Tersumbat
Saluran
telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk
melihat rahim dan saluran telur.
6) Sel Telur
Kelainan
pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). 80% penyebab gangguan ovulasi adalah
sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan
gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26 – 35 hari, dengan jumlah darah haid 80
cc dan lama haid antara 3 – 7 hari.
7) Keputihan
Keputihan
seakan – akan menjadi hal yang biasa
dialami wanita sehingga masalah ini kerap dianggap sepele. Padahal, jika dibiarkan
keputihan bisa menyebabkan terjadinya masalah yang lebih serius seperti
kemandulan atau hamil di luar kandungan. Selain itu, keputihan juga merupakan
gejala awal munculnya kanker leher rahim
yang bisa menyebabkan kematian.
Keputihan
merupakan cairan berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat
fisiologis (normal) dan patologis (akibat penyakit). Keputihan fisiologis
biasanya terjadi pada masa subur serta sebelum dan sesudah haid. Normal saja
bila pada masa – masa tersebut banyak cairan
yang keluar dari vagina Anda. Selama cairan tersebut tidak berbau dan tidak
menyebabkan gatal.
Keputihan
patologis merupakan keputihan yang disebabkan infeksi pada vagina, adanya benda
asing dalam vagina, atau akibat keganasan penyakit tertentu. Infeksi pada
vagina bisa disebabkan jamur, bakteri, atau protozoa. Keputihan patologis
biasanya berwarna sperti susu atau hijau kekuning – kuningan, atau bercampur darah
jika keputihan sudah menjadi penyakit. Bila sudah menjadi penyakit biasanya
keputihan patologis menyebabkan gatal pada daerah vagina, berbau, dan
menyebabkan rasa tidak nyaman.
Ada
beberapa hal yang bisa menyebabkan wanita rawan terkena keputihan patologis. Salah satunya pemakaian
antiseptik pada daerah vagina bagian dalam yang menyebabkan ketidakseimbangan
pH sehingga kuman bisa tumbuh dan mengakibatkan keputihan yang berbau, gatal,
dan membuat tidak nyaman.
Keputihan
juga bisa disebabkan kuman pada alat kelamin pasangan saat berhubungan seks. Wanita yang belum melakukan
hubungan seks dan kebersihan organ genitalnya baik maka jarang sekali terkena
keputihan patologis. Wanita yang belum melakukan hubungan seks, juga bisa
mengalami keputihan patologis akibat penggunaan celana dalam bergantian,
pemakaian handuk bersama, kebersihan vagina yang kurang terjaga, dan cara cebok
yang salah.
Pemakaian
sabun antiseptik untuk daerah vagina, sebenarnya tidak masalah jika dipakai
sebagai obat luar. Bila
terkena keputihan sebaiknya ke dokter, ketimbang diatasi sendiri dengan
obat-obatan antiseptik yang dimasukkan ke dalam vagina. Keputihan patologis harus
diobati sesuai dengan penyebabnya.
b. Faktor Fungsional
1) Gangguan System
Hormonal (Immunologis)
Apabila
embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini
dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2) Gangguan Pada
Pelepasan Sel Telur (Ovulasi)
Ovulasi atau
proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah
satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik
disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen
yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak
bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan
terganggu.
3) Gangguan Pada
Leher Rahim, Uterus (Rahim) Dan Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Dalam
keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan
terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di
dalamrahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma
melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah
sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran
telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya
disebabkan oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia. Kelainan pada
uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan
fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
4) Gangguan Implantasi
Hasil Konsepsi Dalam Rahim.
Setelah sel
telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya
terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki
kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga
hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak
dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai
5) Gangguan Glandula
Pituitaria, Thyroidea, Adrenalis Atau Ovarium
a. Kegagalan ovulasi
b. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan
sekresi
c.
Sekresi
vagina dan servik yang tidak menguntungkan bagi sperma
d. Kegagalan gerakan (motilitas) tuba fallopi yang
menghalangi spermatozoa mencapai uterus
c. Faktor
Sumbatan
Tuba
fallopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira – kira sepertiga dari penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
1) Kelainan konginetal
2) Penyakir radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan
peritonitis
3) Infeksi tractus genialis yang naik, misalnya gonore
Tuba
fallopii dapat di periksa dengan laparoskopi setelah suntikan zat warna kedalam
cavitas peritonealis atau dengan pemompaan. Pada beberapa keadaan, sumbatan
dapat di hilangkan dengan cara ini, dan banyak wanita segera dapat hamil
setelah itu. Apabila di pergunakan histerosalvimogram dan sinar – X, maka letak sumbatan dapat di
tunjukkan.
Dalam waktu yang sama, ovarium dapat di periksa
pada saat laparoskopi mengenai adanya pemasakan folikel ke graaf atau adanya
corpus luteum.
Adanya infeksi pelvis juga akan
dapat di buktikan. Apabila tuba fallopii tetap tersumbat, maka terdapat
kemungkinan bahwa tuba tersebut dapat di perbaiki dengan bedah mikro tetapi
hasilnya yang biasa di dapat memperhatkan bahwa hanya sepertiga dari semua
pasien yang mengalami operasi yng kemudian bisa hamil. Beberapa upaya telah
dilakukan untuk memperbaiki pembedahan mikro dan untuk ‘transplantasi’ tuba,
tetapi masih menghadapi banyak masalah yang berhubungan dengan penolakan
jaringan yang mengenai obat-obatan yang bersifat racun (toksis) yang di
pergunakan untuk menekan reaksi penolakan.
d. Faktor Lain
1) Peningkatan Usia
Faktor usia
sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut masih
dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, kemungkinan
masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan
indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.
Penelitian
menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun
dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita
subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun,
usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun.
2) Stress
Kesehatan tubuh dan pikiran harus senantiasa terjaga baik
untuk meningkatkan kualitas kesuburan. Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi hormonal di antara
otak, hipofisis, dan ovarium. Mempengaruhi juga maturisasi pematangan sel
telur pada ovarium. Stres pun mempengaruhi hormon lainnya yang bernama Rfamide – related peptide (yang fungsinya mengontrol stres). Akibatnya, hormon ini
dapat menghentikan kemampuan reproduksi baik pria maupun wanita.
Otak juga menghasilkan molekul yang disebut neuropeptida
dalam respon terhadap stres emosional. Molekul ini dapat merusak proses
reproduksi. Jadi, cobalah untuk menjadi bahagia dan ciptakan hubungan yang baik
antara tubuh dan pikiran agar senantiasa sehat untuk mengatasi infertilitas.
3) Merokok
Merokok
berhubungan erat dengan infertilitas baik pada laki – laki maupun perempuan. Di dalam
experimental hewan, nikotin dan polycyclic aromatic hydrocarbons dapat
memblok spermatogenesis dan mengurang ukuran testis. Pada wanita, tembakau
mengubah lendir serviks dan sel epitalium dan transpor garnet.
2. Penyebab
Infertilitas Pria (suami)
Spermatozoa kira – kira berumur 12 minggu sebelum di ejakulasikan. Kesehatan
pria, selama 3 bulan sebelum kehamilan di rencanakan, dengan demikian adalah penting.
Beberapa kemungkinan penyebab infertilitas pria dapat di lihat daftar di bawah ini
:
a. Gangguan Spermatogenesis
1)
Analisis Cairan Seminal
a) Jumlah spermatozoa kurang dari
20 juta per milliliter cairan seminal.
b) Jumlah spermatozoa yang
abnormal lebihdari 40% yang berupa defek kepala (caput), bagian tengah (corpus), atau ekor (cauda) yang spesifik.
Keadaan ini mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat di tetapkan.
c) Cairan seminal yang
diejakulasikan kurang dari 2 ml.
d) Kandung kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH – nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2)
Tes Pasca Sanggama
a) Kurang dari 40% sperma yang
dapat bergerak 2 jam setelah koitus. Hal ini mungkin karena spermatozoa tidak dapat membungkus cervix.
b) Tidak ada spermatozoa yang tetap dapat bergerak 24 jam setelah koitus. Hal ini sering merupakan spermatogenesis sementara setelah menderita penyakit febris (demam) akut.
3)
Obstruksi
a) Sumbatan (oklusi) congenital duktus atau tubulus.
b) Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membrane basalis atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gonokokus. Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c) Kelainan patogen yang lain, misalnya tumor, penyakit defisiensi nutrisi atau vitamin, radiasi.
4)
Ketidakmampuan Koitus Atau Ejakulasi
a) Faktor – faktor fisik misalnya hipospadia, epispadia, deviasi
penis seperti pada pria pismus, atau penyakit peyronie.
b) Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidak mampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
c) Alkoholisme kronik.
Kadang-kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jins ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
D.
Pemeriksaan
Pasangan Infertilitas
1.
Syarat – syarat Pemeriksaan
Setiap pasangan infertilitas harus di perlakukan sebagai satu kesatuan, itu
berarti kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau di periksa. Adapun syarat
– syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah :
a. Istri yang berumur antara 20 –
30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12
bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan apabila :
1) Pernah mengalami keguguran
berulang
2) Diketahui mengidap kelainan
endokrin
3) Pernah mengalami peradangan
rongga panggul atau rongga perut
4) Pernah mengalami bedah
ginekologik
b. Istri yang berumur antara 31 –
35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter.
c. Istri pasangan infertil yang
berumur antara 36 – 40 tahun hanya di lakukan pemeriksaan infertilitas kalau
belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
E.
Pemeriksaan Masalah-Masalah Infertilitas
1.
Masalah Vagina
Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu untuk
fertilitas. Masalah agina yang dapat menghambat penyampaian ini ialah adanya
sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparemia,
sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis
karena kandida albikans atau trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan
masalah, bukan karena anti spermisidanya, melainkan anti sanggamanya.
2. Masalah Serviks
Serviks biasanya mengarah
kebawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina.
Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang
disampaikan pada fornis posterior.
Infertilitas yang
berhubungan dengan faktor serviks dapat disebabkan dengan sumbatan
kanalis servikalis, lendir serviks yanfg abnormal, malposisi dari serviks, atau
kombinasinyya. Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang dapat berperan
dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia, polip serviks, stenosis akibat
trauma, peradangan, dan sinekia) setelah konisasi, dan inseminasi yang tidak
adekuat.
3. Masalah Uterus
Spermatozoa dapat ditemukan
dalam tuba falopi manusia secepat 5 menit setelah inseminasi. Dibandingkan
dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempuhnya, kiranya tidak
mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya karena gerakannya sendiri. Tidak
disangkal kontraksi vagina memegang peranan penting dalam transportasi
sppermatozoa ini. Pada manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus
yang tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat
membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Ternyata, prostaglandinlah yang
memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa kedalam uterus dan
melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula, uterus
sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan
permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalm air mani
dapat merupakan masalah infertilitas.
4. Masalah Tuba
Frekuensi faktore tuba dalam
infertilitas sangat berganutng pada populasi yang diselidiki. Peranan
faktor tuba yang masuk akal adalah 25 – 50 %. Dengan demikian, dapat dikatakan
faktor tuba paling sering ditemukan dalam masalh infertilitas. Oleh karena
itulah, penilaian potensi tuba dianggap salah satu pemeriksaan terpenting dalam
pengelolaan infertilitas.
5. Masalah Ovarium
Deteksi ovulasi merupakan
bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi
tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan
infertilitas. Deteksi Tepat ovulasi kini tidak seberapa penting lagi setelah
diketahui spermatozoa dapat hidup dalam lendir serviks sampai
8 hari. Deteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi
buatan, menentukan saat senggama yang jarang yang dilakukan, atau
kalau siklus haidnya sangat panjang. Bagi pasangan –pasangan invertil yang
bersenggama teratur, cukup dianjurkan senggama 2 hari sekali pada minggu dimana
ovulasi diharapkan akan terjadi.
6. Masalah Peritoneum
Laparoskopi diagnostik telah
menjadi bagian integral terakhir pengelolaan invertilitas untuk memeriksa
masalah peritoneum. Pada umumnya untuk mendiagnosis kelainan yang samar,
khususnya pada istri pasangan invertil yang berumur 30 tahuin lebih, atau yang
telah mengalami invertilitas selama 3 tahun lebih. Espesito menganjurkan agar
laparoskopi diagnostic dilakukan 6 – 8 bulan setelah pemeriksaan invertilitas
dasar selesai dilakukan. Lebih terperinci lagi, menurut albano, indikasi untuk
melakukan laparoskopi diagnostic adalah :
a. Apabila selama 1 tahun
pengobatan belum juga terjadi kehamilan
b. Kalau siklus haid tidak
teratur, atau suhu basal badan monofasik
c. Apabila istri pasangan
infertile berumur 28 tahun lebih, atau mengalami invertilitas selama 3 tahun
lebih
d. Kalau terdapat riwayat
laparatomi
e. Kalau perna dilakukan
histerosalpingografi dengan media kontras larut minyak
f. Kalau terdapat riwayat
apendisitis
g. Kalau pertuasai berkali – kali
abnormal
h. Kalau disangka endometriosis
dan
i. Kalau akan dilakukan
inseminasi buatan
F.
Pemeriksaan
Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
1.
Histeroskopi
Histeroskopi
adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan
dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2. Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi
dilakukan apabila terdapat :
a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Adanya mioma atau polip submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk
menempatkan kateter sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
2. Sitologi
Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel-sel yang
terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon -hormon
ovarium (estrogen dan progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana,
mudah dan tidak menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada
seluruh siklus haid. Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal
perubahan sitologik yang khas pada fase proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran
sistologik pada fase luteal lanjut.
c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran
sitologik ovulasi yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid
yang tidak berovulas.
3. Laparoskopi
Pemeriksaan bagian dalam abdomen dengan
menggunakan sebuah laparoskopi, dengan cara dimasukkan ke rongga
peritoneum. Dapat juga melihat ke rongga pelvik.
4. Hysterosonography
Hysterosonography,
yang juga disebut sonohysterography, adalah teknik noninvasif baru yang
melibatkan infus lambat dari larutan garam steril ke dalam rahim wanita
selama pencitraan USG.
Hysterosonography memungkinkan dokter untuk
mengevaluasi pertumbuhan abnormal di dalam rahim : kelainan jaringan yang melapisi rahim (endometrium), atau gangguan
yang mempengaruhi lapisan jaringan yang lebih dalam. Hysterosonography
tidak memerlukan bahan radiasi atau media kontras, atau prosedur
bedah invasif.
G. Dampak Infertilitas
Kondisi Infertilitas adalah masalah rumit yang dapat memicu berbagai masalah mental.
Infertilitas atau ketidaksuburan dapat menjadi masalah emosional yang
tidak terselesaikan.
Belum lagi apabila pasangan memutuskan menjalani berbagai terapi atau program
pengobatan. Harapan yang tinggi untuk mempunyai anak ditambah lagi dengan
disiplin yang tinggi terhadap program pemeriksaan dan pengobatan.
Memang reaksi menghadapi Suatu masalah sangat
tergantung pada pribadi masing – masing orang. Mungkin ada orang yang mengalami
masalah yang sama, tetapi dapat menghadapi dengan rileks. Sebaliknya, ada
yang memberikan reaksi yang negatif sehingga menyebabkan stress. Stress
yang dialami secara berkelanjutan akan menimbulkan depresi.
Gejala depresi ini berupa perasaan sedih dan tertekan,
mudah marah jika melihat orang lain gembira atau tidak suka mendengarkan
musik. Penderita tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, terganggu
selera makannya, sukar tidur, kadang kala tiba – tiba menangis tanpa diketahui
sebabnya. Ada juga yang menjadi suka makan untuk mendapatkan perasaan tenang.
Pada keadaan ini mereka sering kali mengasihi diri sendiri, mereka menghendaki
orang lain yang menyesuaikan dengan dirinya. Depresi yang berat atau
kronis akan membuat orang tersebut sering merasa gelisah selama berminggu – minggu, bahkan bisa sampai
berbulan – bulan. Dalam keadaan ini orang tersebut tidak dapat
melakukan aktivitas sehari – hari seperti biasanya. Depresi seperti ini akan
melumpuhkan penderitanya sehingga tidak dapat bangkit dari tempat tidur,
tidak bisa keluar rumah dan perasaan tidak berdaya.
Selain hal tersebut dampak psikologis yang dialami
menyangkut kondisi internal, hubungan interpersonal dan
seksual suami – Istri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zamralita, dkk (2004)
mengungkapkan bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang isteri akan
menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat. Dampak psikologis yang
dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi, isolasi, marah dan rasa
bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang berarti. Selain itu,
infertilitas berdampak buruk terhadap hubungan suami isteri. Mereka
menjadi jauh satu sama lainnya, hubungan menjadi kurang harmonis dan kehidupan seks antara suami tidak lagi hangat
dan mesra.
Dampak dari kondisi infertilitas juga dialami oleh
suami berupa perasaan sedih, tidak berguna, rendah diri dan merasa
bersalah pada pasangannya.
H. Pencegahan Infertilitas
a.
Mengobati
infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan infertilita seperti infeksi prostat, testis / buah zakar,
maupun saluran sperma.
b.
Menghindari
rokok karena rokok mengandung zat – zat yang dapat meracuni pertumbuhan jumlah dan kualitas sperma.
c.
Menghindari
alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak
dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosterone yang tentu
akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja/mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan
sperma.
d.
Perubahan
gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat.
I. Pengobatan Infertilitas
1. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki
gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan
testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma
dan tuba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan
meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis.
Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila
sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
4. Tindakan Pembedahan
/Operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah
dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar
(varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 %
penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada
kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan Suplemen
Vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian
beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan
jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi
genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa
datang.
6. Tindakan Operasi
Pada Penyumbatan Di Saluran Sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan
mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi
yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan
obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
8. Menjalani Teknik
Reproduksi Bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan
program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan
apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma
hanya 5 – 10 juta/cc (dari normal 20
juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
J. Teknik Perawatan Masalah Ketidaksuburan atau Infertilitas
Ada beberapa jenis perawatan
untuk masalah kesuburan baik pria maupun wanita, selain bayi tabung, perawatan
– perawatan berikut juga telah melalui serangkaian proses peneliti dan angka
keberhasilan cukup memuaskan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan. Namun
sebelum menggunakan salah satu metode perawatan masalah kesuburan, sebaiknya
membuat riset mendalam terlebih dahulu dan berdiskusi kepada baik kepada para
ahli medis maupun kepada pimpinan agama. Beberapa kelompok agama menganggap
beberapa jenis metode bayi tabung maupun inseminasi buatan termasuk melanggar
hukum agama. Hal ini khususnya jika pembuahan dan pengembangan di lakukan
diluar rahim ibu yang memberikan sel telur ataupun bukan menggunakan sperma yang
berasal dari suami sendiri.
Sebelum memutuskan memilih
jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau ketidaksuburan,
sebaiknya bertanya secara lebih mendalam kepada ahli medis yang menangani
masalah tersebut. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing
teknik untuk diri sendiri maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai resiko yang
bisa yang bisa terjadi bagi diri sendiri dan pasangan. Berbagai jenis teknik
perawatan untuk masalah ketidak suburan atau infertilitas yang memiliki tingkat
keberhasilan cukup tinggi diantaranya, yaitu :
1. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau artifical (sering disingkat IA) dilakukan
dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari pria ke dalam organ
reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan alami. Cairan semen yang
mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudia di
suntikkan ke dalam rahim istri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan.
Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama
sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
2. GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT merupakan teknik yang
mulai di perkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan.
Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita
lalu di pertemukan dengan sel sperma pria yang di bersihkan. Dengan menggunakan
alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan
tersebut di masukkan kedalam tuba fallopii atau tabung fallopi wanita melalui
wanita melalui irisan kecil dibagian perut melalui operasi laparoskopik.
Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan atau kehamilan.
3. IVFT (In Vitro fertilization)
IVFT di kenal juga sebagai
prosedur bayi tabung. Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi dimedia
pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang
sudah berupa embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks.
4. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT merupakan teknik
pemindahan zigot atau sel telur yang telah dibuahi, proses ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu di buahi di
luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali tuba
fallopii atau tabung fallopii melalui pembedahan dibagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVT dan GIFT.
5. ISCI (Intracytoplasmic Sperm
Injeksion)
ISCI dilakukan dengan
memasukkan sel sperma langsung ke sel digunakan untuk membuahi sel telur.
K. Peran Bidan komunitas
terhadap tingkat kesuburan.
1. Fertilitas dengan Menggunakan KB
2. Infertilitas :
a. Melakukan rujukan sehingga
pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat.
b. Konseling tentang variasi
dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat
meningkatkan kesuburan suami atau istri.
c. Mencari ketenangan psikologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan
suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali dalam seminggu dalam kurun waktu satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pasangan suami istri dianggap infertil apabila memenuhi syarat :
1.
Pasangan
suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.
2.
Selama 1
tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapat kehamilan.
3.
Frekuensi
hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.
4.
Istri maupun
suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom,
obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
B. Saran
Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan
secara rutin alat reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi
dengan cepat. Kepada tenaga kesehatan hendaknya
mampu memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia
subur (PUS).
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba Chandranita Ayu Ida dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : EGC.
Suparmi. 2014. Kesehatan Reproduksi Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC
Syafrudin. 2011. Himpunan
Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan Masyarakat. Jakarta:
Trans Info Media
Widyastuti, Y Dkk. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar