expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN)


DASAR TEORI
FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN)
A.       Pengertian
Flour Albus (Keputihan) adalah salah satu penyakit reproduksi wanita yang berupa keluarnya cairan berwarna putih dari vagina yang berupa lendir, kadang-kadang lendir yang keluar dari vagina itu berbau busuk, namun kadang-kadang tidak berbau sama sekali. Jika keluarnya lendir putih itu masih dalam kadar tidak seberapa. Dianggap masih wajar saja selama siklus haid setiap bulan lancar. Cairan itu merupakan pembasahan yang alamiah, yang kemungkinan berasal dari dinding vagina yang sudah terkelupas. Warna cairan ini tidaklah berwarna, asalkan jumlahnya tidak demikian banyak, dan tidak menimbulkan bau yang kurang sedap. Cairan yang keluar dari vagina itu sering disebut dengan keputihan cairan itu mungkin karena adanya gangguan ekosistem vagina, sehingga lendir yang berlebihan, atau jumlahnya cukup banyak dilihat dari kestabilannya. 
      images.jpg

B.       Macam-macam
1.         Flour Albus Fisiologis (Normal)
Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat perubahan hormonal, seperti dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, sres, kehamilan dan pemakaian kontrasepsi. Cairan vagina normal memiliki cirri-ciri antara lain warnanya putih jernih, bila menempel pada pakaian dalam warnanya kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer-kental) tergantung siklus hormone, tidak berbau serta tidak menimbulkan keluhan.
2.         Flour Albus Patologis (Abnormal)
Keputihan yang timbul akibat kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi parasit/ jamur/ bakteri. Ketika cairan yang keluar dari vagina sudah mengalami perubahan warna (menjadi putih susu, keabuan, hingga kehijauan), berbau, banyak dan disertai keluhan lain (seperti gatal, panas, dll) menunjukkan bahwa telah terjadi keputihan abnormal yang umumnya disebabkan karena infeksi pada saluran reproduksi oleh berbagai kuman, jamur, ataupun parasit.


images.jpg
 













C.       Etiologi
1.         Konstitusional
Pada keadaan ocheni, anemia, nepritis dan pada bendungan umum (Decompensatio, cordis, cerosis, hepatitis)
2.         Kelainan endokrin
Seperti pada fungsional bleeding (kadar estrogen tinggi). Pada kehamilan (karena hidraemia dan pengaruh endokrin)
3.         Infeksi
a.         Vulvitis-vulva vaginitis
b.         Vaginitis (kolpitis)
c.         Cervivitis
d.        Endometritis
e.         Salpingitis
4.         Sebab-sebab lain seperti
a.         Corpus allienum :  Possarium, Rambut kemaluan, Rambut Wol, Kain atau kapas
b.         Alat-alat atau obat-obat kontrasepsi
c.         Fitula (Fistula vesicovaginalis, Fistula Fectovaginalis)

D.       Gejala-gejala
Bila seorang perempuan mengalami keputihan seperti itu kemungkinan gejala yang dapat diamati adalah kearah cairan atau lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina. Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun ada kalanya banyak sekali, kadang-kadang di ikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar dari vagina itu sedikit, dan tidak berbau. Namun ada kalanya berbau tidak sedap, jika cairan dari vagina berlebihan, keadaan tersebut biasanya sering disebut keputihan. Selama kehamilan, menjelang haid, pada saat ovulasi dan akibat dari rangsangan seksual yang berlebihan, vagina cendrung lebih banyak cairan namun gejala tersebut masih dianggap normal dan biasa saja bagi seorang perempuan.

E.       Komplikasi
1.         Puritis,
2.         Eksema,
3.         Candylomata acuminata sekitar vulva.


F.        Tips Membersihkan Keputihan
1.         Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.
2.         Hindari pemakaian bedak pada organ intim kewanitaan dengan tujuan agar vagina dalam jangka panjang sepanjang hari.
3.         Selalu keringkan bagian vagina dengan handuk sebelum berpakaian.
4.         Gunakan celana dalam yang kering.
5.         Gunakan celana dala yang bahannya menyerap keringat seperti katun.
6.         Pakaian luar juga perlu diperhatikan celana jeans tidak dianjurkan karena pori – porinya sangat rapat.
7.          Ketika haid, sering – seringlah ganti pembalut.
8.         Gunakan pantyliner di saat perlu saja.

G.      Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1.         Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2.         Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3.         Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.         Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
5.         Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6.         Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7.         Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Daru Wijayanti. 2008. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Book Mrak
Imam Wahyuwinaris. 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Untuk Remaja. Yogyakarta: Tunas Publishing
Mansjoer A, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Asculapins.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcon
Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP – SP
Sastrawinata, Sulaiman. 1981. Ginekologi. Unpad: Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar