DASAR TEORI
FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN)
A.
Pengertian
Flour Albus
(Keputihan) adalah salah satu penyakit reproduksi wanita yang berupa keluarnya
cairan berwarna putih dari vagina yang berupa lendir, kadang-kadang lendir yang
keluar dari vagina itu berbau busuk, namun kadang-kadang tidak berbau sama
sekali. Jika keluarnya lendir putih itu masih dalam kadar tidak seberapa.
Dianggap masih wajar saja selama siklus haid setiap bulan lancar. Cairan itu
merupakan pembasahan yang alamiah, yang kemungkinan berasal dari dinding vagina
yang sudah terkelupas. Warna cairan ini tidaklah berwarna, asalkan jumlahnya
tidak demikian banyak, dan tidak menimbulkan bau yang kurang sedap. Cairan yang
keluar dari vagina itu sering disebut dengan keputihan cairan itu mungkin
karena adanya gangguan ekosistem vagina, sehingga lendir yang berlebihan, atau
jumlahnya cukup banyak dilihat dari kestabilannya.
B.
Macam-macam
1.
Flour Albus Fisiologis (Normal)
Keputihan
fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat perubahan hormonal,
seperti dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, sres, kehamilan dan
pemakaian kontrasepsi. Cairan vagina normal memiliki cirri-ciri
antara lain warnanya putih jernih, bila menempel pada pakaian dalam warnanya
kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer-kental) tergantung siklus
hormone, tidak berbau serta tidak menimbulkan keluhan.
2.
Flour Albus Patologis (Abnormal)
Keputihan
yang timbul akibat kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering adalah
akibat infeksi parasit/ jamur/ bakteri. Ketika cairan yang keluar dari vagina
sudah mengalami perubahan warna (menjadi putih susu, keabuan, hingga
kehijauan), berbau, banyak dan disertai keluhan lain (seperti gatal, panas,
dll) menunjukkan bahwa telah terjadi keputihan abnormal yang umumnya disebabkan
karena infeksi pada saluran reproduksi oleh berbagai kuman, jamur, ataupun
parasit.
C.
Etiologi
1.
Konstitusional
Pada keadaan
ocheni, anemia, nepritis dan pada bendungan umum (Decompensatio, cordis,
cerosis, hepatitis)
2.
Kelainan endokrin
Seperti pada
fungsional bleeding (kadar estrogen tinggi). Pada kehamilan (karena hidraemia
dan pengaruh endokrin)
3.
Infeksi
a.
Vulvitis-vulva vaginitis
b.
Vaginitis (kolpitis)
c.
Cervivitis
d.
Endometritis
e.
Salpingitis
4.
Sebab-sebab lain seperti
a.
Corpus allienum : Possarium,
Rambut kemaluan, Rambut Wol, Kain atau kapas
b.
Alat-alat atau obat-obat kontrasepsi
c.
Fitula (Fistula vesicovaginalis,
Fistula Fectovaginalis)
D.
Gejala-gejala
Bila seorang perempuan mengalami keputihan seperti itu
kemungkinan gejala yang dapat diamati adalah kearah cairan atau lendir yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina. Jumlah lendir ini bisa tidak
begitu banyak namun ada kalanya banyak sekali, kadang-kadang di ikuti oleh rasa
gatal yang amat mengganggu kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar
dari vagina itu sedikit, dan tidak berbau. Namun ada kalanya berbau tidak
sedap, jika cairan dari vagina berlebihan, keadaan tersebut biasanya sering disebut
keputihan. Selama kehamilan, menjelang haid, pada saat ovulasi dan akibat dari
rangsangan seksual yang berlebihan, vagina cendrung lebih banyak cairan namun
gejala tersebut masih dianggap normal dan biasa saja bagi seorang perempuan.
E.
Komplikasi
1.
Puritis,
2.
Eksema,
3.
Candylomata
acuminata sekitar vulva.
F.
Tips Membersihkan Keputihan
1.
Bersihkan organ intim dengan pembersih
yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.
2.
Hindari pemakaian bedak pada organ
intim kewanitaan dengan tujuan agar vagina dalam jangka panjang sepanjang hari.
3.
Selalu keringkan bagian vagina dengan
handuk sebelum berpakaian.
4.
Gunakan celana dalam yang kering.
5.
Gunakan celana dala yang bahannya
menyerap keringat seperti katun.
6.
Pakaian luar juga perlu diperhatikan
celana jeans tidak dianjurkan karena pori – porinya sangat rapat.
7.
Ketika haid, sering – seringlah ganti
pembalut.
8.
Gunakan pantyliner di saat perlu saja.
G.
Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan
(fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim
yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda,
coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi
seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari
golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol
untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan
oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan
untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1.
Pola hidup sehat yaitu diet yang
seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta
hindari stres berkepanjangan.
2.
Setia kepada pasangan. Hindari
promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular
seksual.
3.
Selalu menjaga kebersihan daerah
pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.
Biasakan membasuh dengan cara yang
benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
5.
Penggunaan cairan pembersih vagina
sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika
perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue
atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7.
Hindari pemakaian barang-barang yang
memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin
tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Daru
Wijayanti. 2008. Fakta Penting Seputar
Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Book Mrak
Imam
Wahyuwinaris. 2010. 100 Tanya Jawab
Kesehatan Untuk Remaja. Yogyakarta: Tunas Publishing
Mansjoer A, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Asculapins.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcon
Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP – SP
Sastrawinata, Sulaiman. 1981. Ginekologi. Unpad: Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar