expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Sabtu, 09 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI BY. NY. N NEONATUS KURANG BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DENGAN BBLR USIA 0 HARI

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Teori Medis
1.         Bayi Baru Lahir
a.         Pengertian BBL
BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007).
BBL adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran (Saifuddin, 2009).
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonates lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, WN, 2010).
b.         Fisiologis Bayi Baru Lahir






c.         Adaptasi Fisiologi BBL
Muslihatun, WN 2010 menyatakan bahwa adaptasi neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Adaptasi segera setelah lahir meliputi:
1)        Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan tekanan O2 dan kenaikan tekanan CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
2)        Suhu tubuh
Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari BBL ke lingkungannya, yaitu:
a)         Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
b)         Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
c)         Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
d)        Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas denganmerubah cairan menjadi uap).
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
3)        Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
4)        Peredaran darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale (lubang vetal yang hanya untuk sementara ada di dalam septum interatrial) secara fungsional.
Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik serta disebabkan oleh rangsangan biokimia (tekanan O2yang naik) dan duktus arteriosus berobliterasi. Kejadian-kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir.
5)        Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
6)        Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta, reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A, G dan M
7)        Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.
8)        Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
9)        Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik. Dalam waktu 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
d.        Diagnosis BBL
Menurut Direktorat Kesehatan Khusus Anak tahun 2013, tanda tanda bayi baru lahir yang sehat adalah sebagai berikut:
1)        Berat badan bayi 2500-4000 gram
2)        Umur kehamilan 37-40 minggu
3)        Bayi segera menangis
4)        Bergerak aktif, kulit kemerahan
5)        Mengisap ASI dengan baik
6)        Tidak ada cacat bawaan
Ciri-ciri BBL normal menurut Dewi, VNL 2011 adalah:
1)        Lahir aterm antara 37-42 minggu
2)        Berat badan 2.500-4.000 gram
3)        Panjang badan 48-52 cm
4)        Lingkar dada 30-33 cm
5)        Lingkar kepala 33-35 cm
6)        Lingkar lengan 11-12 cm
7)        Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8)        Pernapasan ± 40-60x/menit
9)        Kulit kemerah-merahan,licin karena jaringan subkutan yang cukup.
10)    Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanyatelah sempurna.
11)    Kuku agak panjang dan lemas.
12)    Nilai APGAR > 7.
13)    Gerak aktif
14)    Bayi lahir langsung menangis kuat
15)    Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16)    Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
17)    Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
18)    Refleks grasping (menggenggam) sudah baik
19)    Genetalia
a)         Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
b)         Pada perempuan kematangan tandai dengan vagina, uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
e.         Periode Perkembangan
Tahapan BBL menurut Dewi, VNL 2011 adalah:
1)        Tahap I yaitu terjadi segera setelah lahir, selama menit - menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2)        Tahap II yaitu disebut dengan tahap transisional reaktivitas. Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3)        Tahap III yaitu disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
f.          Sistem APGAR
Tabel2.7 APGAR Score
Tanda
Nilai
0
1
2
Appearance (Warna kulit)
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse (Frekuensi jantung)
Tidak ada

Lambat
< 100/menit
> 100/menit
Grimace
(tonus otot)
Tidak ada
Gerakan sedikit
Gerakan kuat/ melawan
Activity (Aktivitas)
Lumpuh/ lemah
Ekstremitas fleksi
Menangis kuat
Respiration (Usaha napas)
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis kuat
Sumber: Dewi, VNL, 2011

Interpretasi :
Nilai 1 – 3: asfiksia berat
Nilai 4 – 6 : asfiksia sedang
Nilai7 – 10 : asfiksia ringan (normal)
g.         Interpretasi Skala New Ballad
Sistem penilaian ini dilakukan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
Tabel 2.8 Format Pengkajian Skala New Ballard
Tanda
Skor
Jml
-1
0
1
2
3
4
5
Kulit
Lengket, rapuh, transparan
Seperti gelatin, merah, tembus pandang 
Licin, merah muda, vena mulai tampak
Permukaan terkelupas dan/ ruam, beberapa vena tampak
Pecah-pecah, area pucat, vena mulai tidak tampak
Seperti kertas dari kulit, pecah-pecah semakin dalam, vena tidak tampak
Kulit kasar, pecah –pecah

Lanugo
Tidak ada
Tipis
Banyak
Tipis
Area mulai botak
Hampir seluruhnya botak


Permukaan plantar
Tumit-ibu jari
40-50mm: -1 <40mm: -2
>50 mm
tidak berlipat-lipat
Merah redup
Lipatan hanya pada anterior transversal
Berlipat-lipat ant. 2/3
Lipatan hampir di seluruh telapak kaki


Payudara
Tidak tampak
Sedikit tampak
Areola mendatar, puting belum muncul
Areola berbintik, puting menonjol
1-2 mm
Areola mulai tampak, puting menonjol 3-4 mm
Areola penuh, puting menonjol
5-10 mm


Mata/telinga
Pelupuk mata menutup
longgar: -1
rapat: -2
Pelupuk mata terbuka, pina mendatar, tetap tlipat
Pina sedikit meleng-kung, halus, daya renggang lambat
Pina melengkung, baik, lembut tapi siap meragang
Pina telah terbentuk dan padat, segera kembali
Kartilago tebal, telinga mulai kaku


Genetalia laki-laki
Skrotum kosong, halus
Skrotum kosong, ruga pucat
Testis terletak di kanal atas, ruga jarang
Testis turun, ruga tampak beberapa
Testis telah turun, ruga baik
Testis mulai menggantung, ruga dalam


Genetalia Perempuan
Klitoris menonjol, labia mendatar
Klitoris menonjol, labia minora kecil
Klitoris menonjo, labia minora membesar
Labia mayora dan minora menonjol
Labia mayora membesar, labia minora mengecil
Labia mayora menutupi klitoris dan labia minora


TOTAL SKOR
Sumber: Varney 2008

Tabel 2.7 Perangkat maturitas
SKOR
MINGGU
-10
20
-5
22
0
24
5
26
10
28
15
30
20
32
25
34
30
36
35
38
40
40
45
42
50
44
Sumber: Varney, 2010
Skala New Ballard digunakan untuk melakukan pengkajian gestasi BBL
(Varney, 2008).
h.         Kebutuhan Dasar
Asuhan yang diberikan kepada bati baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat Kesehatan Anak Khusus 2013).
1)        Pencegahan Infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
a)         Persiapan diri
Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi serta memakai sarung tangan bersih ada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
b)         Persiapan alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan.

c)         Persiapan tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan teran, siapkan tempat yang bersih, kering dan hangat dan sebaiknya berada dekat pemancar panas, tidak berangin, jendela tertutup.
2)        Penilaian Awal
Untuk semua BBL lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan
a)         Apakah kehamilan cukup bulan?
b)         Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c)         Apakah bayi mengangis/ tidak megap-megap?
d)        Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian keputusan serta alternative tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif, cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (<37 minggu) atau bayi lebih bulan (>42 minggu) dan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bernapas atau megap-megap serta tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan asfiksia.

Persiapan
PENILAIAN
1.      Apakah kehamilan cukup bulan
2.      Apakah air ketuban jernih dan tidak tercampur mekonium
3.      Apakah bayi menangis kuat/ tidak megap-megap
4.      Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif
 





                                                                                            
 



Ø  Bayi cukup bulan
Ø  Ketuban jernih
Ø  Bayi menangis/ bernapas
Ø  Tonus otot baik/ bergerak aktif
Manajemen bayi baru lahir normal
Manajemen bayi baru lahir dengan asfixia
Ø  Bayi tidak cukup bulan
Ø  Ketuban bercampur mekonium
Ø  Bayi megap megap atau tidak bernapas
Ø   Tonus otot tidak baik/ bayi lemas
 










3)        Manajemen bayi baru lahir normal
PENILAIAN
1.      Bayi cukup bulan
2.      Air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium
3.      Bayi menangis atau bernapas tidak megap megap
4.      Tonus otot bayi baik/ bergerak aktif
                                                                                


 



Asuhan Bayi Baru Lahir
                                        

1.      Jaga kehangatan
2.      Bersihkan ajlaan napas jika perlu
3.      Keringkan tubuh bayi
4.      Pemantauan tanda bahaya
5.      Klem, potong dan ikat tali pusat kira-kira 2 menit setelah lahir
6.      Lakukan inisiasi menyusu dini
7.      Berikan suntikan Vit K 1 mg intramuskuler
8.      Beri salep mata
9.      Pemeriksaan fisik
10.  Beri imunisasi HB 0 0,5 CC
 










Dalam melaksanakan manajemen BBL normal, perhatikan hal-hal berikut:
a)         Dukung ibu untuk menunggu bayi meraih puting susu dan menyusu secara mandiri. Jangan memberikan dot atau makanan sebelum bayi berhasil menyusu.
b)         Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi
(1)      Tidak dapat menetek.
(2)      Kejang.
(3)      Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
(4)      Kecepatan napas >60x/menit.
(5)      Tarikan dinding dada bawah yang dalam.
(6)      Merintih.
(7)      Sianosis sentral
4)        Pencegahan kehilangan panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh, maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia beresiko mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walau berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara cara berikut:
a)         Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b)         Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c)         Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau dotempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari ipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/ pendingin ruangan.
d)        Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang memounyai suhu lebih rendah dari suhu bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Gambar 2.6 Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir



5)        Mencegah Kehilangan Panas.
a)         Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk yang basak dengan handuk/ kain yang kering, biarkan bayi berada diatas perut ibu.
b)         Letakkan bayi didada ibu agarkontak kulit ibu dengan bayi.
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel didada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
c)         Selimuti ibu dan bayi pasang topi dikepala bayi.
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi. Bagian kepala bayi yang memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

d)        Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu kekulit bayi dan bayi selesai menyusu karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian). Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih yang kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan abyi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
6)        Praktik memandikan bayi yang dianjurkan
a)         Tunggu minimal 6 jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfixia. Hipotermia atau BBLR).
b)         Sebelum memandikan, pastikan bahwa suhu bayi stabil (suhu aksila 36,50C-37,50C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secraa longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu paling sedikit 1 jam.
c)         Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan.
d)        Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut yang bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
e)         Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
f)          Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih.
g)         Ganti handuk yang basah dengan selimut yang versih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan kepala bayi diselimuti dengan baik.
h)         Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan baik.
i)           Usahakan ibu dan bayi dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.


7)        Merawat tali pusat
a)         Memotong dan mengikat tali pusat
(1)      Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Protokol untuk penyuntikkan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
(2)      Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem 3 cm dari dinding perut. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1.
(3)      Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landaan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua kelm tersebut dengan menggunakan gunting tali pusat DTT/steril.
(4)      Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
(5)      Lepaskan klem tali puat dan masukkan kedalam larutan chlorin 0,5%.
(6)      Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk IMD.

8)        Nasehat untuk merawat tali pusat
a)         Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
b)         Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
(1)      Lipat popok dibawah puntung tali pusat.
(2)      Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun serta segera keringkan secara bersama sama menggunakan kain bersih.
9)        Inisiasi Menyusui Dini
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap didada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melakukan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal:
a)         Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin.
b)         Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan verniks.
c)         Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
d)        Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi mencari puting susu ibu.
e)         Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
f)          Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan ibu minima 1 jam. Bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam biarkan bayi berada didada ibu sampai 1 jam.
g)         Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kontak kulit ibu selama 30 menit atau 1jam berikutnya.
10)    Pencegahan perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum semurna maka semua bayi akan beresiko mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian diatas maka pada semua bayi baru lahir, apalagi bayi berat lahir rendah (BBLR) diberikan suntikan Vit-K sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vit K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
Departemen KesehatanRepublikIndonesia (2008) memberikanrekomendasipemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut :
a)         SemuabayibarulahirharusmendapatprofilaksisvitaminK1,   tanpamemandang umur kehamilan dan berat badan lahir.
b)         Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.
c)         Cara pemberian vitamin K1 adalah secara intramuscular/ oral.
d)        Dosis yang diberikan untuk semua bayi baru lahir adalahintramuscular 1 mg dosis tunggal, atau oral 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu lahir,umur 3-7 hari dan saat berumur 1-2 bulan.
e)         Untuk bayi yang lahir ditolong oleh dukun maka diwajibkan pemberianprofilaksis vitamin K1 secara oral.
f)          Kebijakan ini harus dikoordinasikan bersama Direktorat   PelayananFarmasidanPeralatandalampenyediaanvitaminK1dosisinjeksi2mg/ml/ampul, vitamin K1 dosis 2 mg/tablet, yang dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya.
g)         Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional.   
Cara pemberian vitamin K1 secara intramuskular lebih disukai karena :
a)         Absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intramuskular.
b)         Pemberian vitamin K1 oral kurang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
c)         Absorpsi oral yang tidak adekuat atau adanya regurgitasi.
11)    Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep mata antibiotik
a)         Cuci tangan (gunakan sabun dan air mengalir) kemudian keringkan.
b)         Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
c)         Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
d)        Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata atau tetes mata.
e)         Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
f)          Jangan megusap salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut.
12)    Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit-K1 secara intramuskuler. Imunisasi HB 0 bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada saat persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi HB 0 sejak dini.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carier (pembawa) hepatitis. Resiko penderita Hepatitis B untuk emnajdi carier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka resiko menjadi carier 90%, sedangkan yang terinfeksi umur dewasa resiko menjadi carier 5-10%.Imunisasi HB 0 harus diberikan pada bayi umur 0-7 hari karena ;


a)         Sebagian ibu hamil merupakan carier Hepatitis B.
b)         Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus.
c)         Penularan pada saat lahir hampir selurihnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer.
d)        Imunisasi HB sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.
13)    Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikarenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
14)    Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan ekstrauteri. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL pda 24 jam pertama kehidupan. Sehingga jika bayi lahit di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam.
a)         Waktu pemeriksaan BBL
(1)      Setelah lahir saat bayi stabil
(2)      Pada usia 6-48 jam
(3)      Pada usia 3-7 hari
(4)      Pada usia 8-28 hari
b)         Persiapan Alat dan Tempat
(1)      Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
(2)      Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat.
(3)      Sarung tangan bersih.
(4)      Kain bersih.
(5)      Stetoskop.
(6)      Jam.
(7)      Termometer.
(8)      Timbangan bayi.
(9)      Pengukur panjang bayi.
(10)  Pengukur lingkar kepala.
(11)   Tempat yang datar, bersih, kering, hangat dan terang.


c)         Persiapan diri
(1)      Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan kering atau dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih basah dan dingin.
(2)      Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan kedalam tubuh bayi.
(3)      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah pemeriksaan kemudian keringkan.
(4)      Tidak perlu menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan panas.
d)        Anamnesis
Tanyakan pada ibu atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:
(1)      Keluhan tentang bayinya
(2)      Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD, Hepatitis B, Siphilis, HIV/AIDS)
(3)      Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir
(4)      Warna air ketuban
(5)      Frekuensi bayi menyusu dan menghisap
e)         Pemeriksaan fisik
Prinsip pemeriksaan fisik
(1)      Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang.
(2)      Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada kedalam, denyut jantung serta perut.

Tabel 2.10 Pemeriksaan Fisik pada BBL
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan
Keadaan Normal
1.
Lihat postur, tonus dan aktivitas
1.      Posisi tungkai dan tangan fleksi
2.      Bayi sehat akan bergerak aktif
2.
Lihat kulit
1.      Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda
3.
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada kedalam ketika bayi sedang tidak menangis
1.      Frekuensi napas normal 40-60 kali/menit.
2.      Tidak ada tarikan dinding dada kedalam yang kuat.
4.
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop didada kiri setinggi apeks kordis
1.      Frekuensi denyut jantung normal 120-160x/menit.
5.
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer
1.      Suhu normal adalah 36,50C-37,50C
6.
Lihat dan raba bagian kepala
1.      Bentuk kepala kadang terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam.
2.      Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol, dapat sedkit membonjol saat bayi menangis

7.
Lihat mata
1.      Tidak adakotoran/secret
8.
Lihat bagian dalam mulut. Masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, dan raba
1.      Bibir, gusi, langit-langit utuh tidak ada bagian yang terbelah.
2.      Nilai kekuatan isap bayi bayi akan menghisap kuat jari pemeriksa
9.
Lihat dan raba perut
Lihat tali pusat
1.      Perut bayi datar, teraba lemas.
2.      Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat.
10.
Lihat punggung dan raba tulang belakang
1.      Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang.
11.
Lihat ekstremitas
1.      Hitung jumlah jari tangan dan kaki.
2.      Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok kedalam atau keluar.
3.      Lihat gerakan ekstremitas simetris atau tidak
12.
Lihat lubang anus
-          Hindari memasukkan alat atau jari dalam memeriksa anus.
-          Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah BAB
1.    Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah keluar.
2.    Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir.
13.
Lihat dan raba alat kelamin luar
-          Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah BAK
1.      Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan.
2.      Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis.
3.      Pastikan bayi sudah BAK dalam 24 jam setelah lahir.
14.
Timbang bayi
-          Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil dikurangi selimut
1.         Berat lahir 2500-4000 gr.
2.         Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya.
3.         Penurunan berat badan maksimal untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10% untuk bayi kurang bulan maksimal 15%

15.
Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi
1.      Panjang lahir normal 48-52 cm
2.      Lingkar kepala normal 33-37 cm
16.
Menilai cara menyusui minta ibu untuk menyusui bayinya
1.      Kepala dan badan dalam garis lurus, wajah menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ketubuhnya.
2.      Bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola berada didalam mulut bayi.
3.      Menghisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti sesaat.
Sumber: Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2013

2.         Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
a.         Pengertian
Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006). 
Pada tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2006).


b.         Etiologi
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan  terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
1)        Faktor Ibu
a)         Hipertensi
b)         Perokok
c)         Gizi buruk
d)        Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
e)         Pendarahan antepartum
f)          Malnutrisi
g)         Hidraminon
h)         Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
i)           Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
j)           Infeksi dan trauma
k)         Faktor janin
2)        Faktor Janin
a)         Kehamilan ganda
b)         Kelainan kromosom
c)         Cacat bawaan
d)        Infeksi dalam kandungan
e)         Hidramnion
f)          Ketuban pecah dini

c.         Bentuk Klinik
Menurut Saifuddin (2006), bentuk klinik dari BBLR adalah:
1)        Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
2)        Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3)        Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
d.        Gambaran Klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006):
1)        Berat badan lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram
2)        Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
3)        Lingkar dada kurang dari 30 cm
4)        Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5)        Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6)        Kepala relatif lebih besar dari badannya
7)        Kulit tipis
8)        Lanugonya banyak
9)        Lemak subkutan kurang
10)    Sering tampak peristaltik usus
11)    Tangisnya lemah dan jarang
12)    Pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea
13)    Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif
14)    Daya isap lemah
15)    Kulit mengkilat dan licin







e.         Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
1)        Hipotermia
2)        Hipoglikemia
3)        Gangguan cairan dan elektrolit
4)        Hiperbilirubinemia
5)        Sindraoma gawat nafas
6)        Paten duktus arteriosus
7)        Infeksi
8)        Pendarahan intraventrikuler
f.         Penanganan BBLR
1)        Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2)        Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3)        Pengawasan nutrisi / ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4)        Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Prawirohardjo 2006).
g.         Pencegahan BBLR
Mengingat bahwa perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan pada masa pra hamil dan masa hamil menjadi sangat penting.
Pada masa hamil perawatan antenatal harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada maka penatalaksanaannya yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang memiliki kemampuan diagnostik lebih lengkap guna penelitian laboratorium, sehingga terapi akan ditentukan dengan baik.
Adapun upaya-upaya lain yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR :
1)        Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
2)        Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR.
3)        Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.
4)        Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
h.         Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2006).
1)        Mempertahankan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu inkubator  dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami hipotermi, sebab itu suhu  tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat (Sarwono, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. 
Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam jam BBLR.







Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat (brown fat).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam indikator sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air panas, sehingga panas badanya dapat dipertahankan.
2)        Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
3)        Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) reflek menelan belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cepat (Sarwono, 2006).
Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 5 gram/kg/BB, dan kalori 110 kal/kg/BB. Sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya  sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi lebih sering. 
ASI merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang paling penting diberikan lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde lambung menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg/BB/hari, dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/hari.
Pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keutungan atau kelebihanya. Disarankan Bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang cocok untuknya, karena didalamnya  terkandung  kalori  dan protein tinggi serta elektrolit minimal, Refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. 
Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus atau bayi kuning. Berat badan rata-rata 2500-4000 gram  kurang dari 2500 gram menunjukan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus.

4)        Mencegah Infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang  bayi (Sarwono, 2006).
5)        Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan MetodeKanguru

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.

BAB II 
TINJAUAN KASUS
7 LANGKAH VARNEY


BAB III
PENUTUP
A.    Pembahasan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada By. Ny. N di Rumah Sakit sesuai dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney,dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya asuhan kebidanan yang diberikan bidan terhadap bayi. Pembahasan ini dimaksudkan supaya bisa diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut, dalam penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efesien.
1.      Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data. Berisi tanggal pengkajian, waktu pengkajian, dan nama pengkaji. Pengkajian terdiri dari data subyektif dan data obyektif (Varney, 2006). Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2006).
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan  terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
a.       Faktor Ibu
1)       Hipertensi
2)       Perokok
3)       Gizi buruk
4)       Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
5)       Pendarahan antepartum
6)       Malnutrisi
7)       Hidraminon
8)       Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9)       Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
10)   Infeksi dan trauma
11)   Faktor janin
b.      Faktor Janin
1)      Kehamilan ganda
2)      Kelainan kromosom
3)      Cacat bawaan
4)      Infeksi dalam kandungan
5)      Hidramnion
6)      Ketuban pecah dini
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006):
a.       Berat badan lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram
b.      Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c.       Lingkar dada kurang dari 30 cm
d.      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e.       Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f.       Kepala relatif lebih besar dari badannya
g.      Kulit tipis
h.      Lanugonya banyak
i.        Lemak subkutan kurang
j.        Sering tampak peristaltik usus
k.      Tangisnya lemah dan jarang
l.        Pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea
m.    Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif
n.      Daya isap lemah
o.      Kulit mengkilat dan licin
Sedangkan pada data subyektif By. Ny. N tidak ada.Data objektif didapatkan hasil bayi lahir spontan pervaginam tanggal 16 mei 2016 pukul 22.23 wita ketuban jernih, A/S: 7/9, KU: baik, segera menangis, bergerak aktif, BB: 2000 gram, PB: 43 cm, LK: 29 cm, LD: 28 cm, LP: 25 cm, TTV: N: 152 x/m, R: 48 x/m, T: 35,70C, Refleks: moro (+), rooting (+), graps (+), sucking (+), tonic neck (+), tali pusat: terbungkus kassa steril, mic/mec: -/+. Pemeriksaan penunjang lainnya GDS: 60 mg/dl.
Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.Pada teori karakteristik untuk bayi prematur adalah (Winkjosastro, 2006) mengatakan bahwa tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea, sedangkan yang di lahan By. Ny. N menangis kuat, sering menangis, pernafasan teratur dan tidak terdapat apneu.
2.      Interpretasi Data
Muslihatun, WN 2010 menyatakan bahwa adaptasi neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Adaptasi segera setelah lahir salah satunya suhu yang terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari BBL ke lingkungannya, yaitu:
a.       Konduksi yakni panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
b.      Konveksi yakni panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
c.       Radiasi yakni panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
d.      Evaporasi yakni panas hilang melalui proses penguapan tergantung tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas denganmerubah cairan menjadi uap). Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Kebutuhan dasar ssuhan yang diberikan kepada bayi baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat Kesehatan Anak Khusus 2013) yakni merawat tali pusat, inisiasi menyusui dini, pencegahan perdarahan dan pencegahan infeksi mata ;
a.       Merawat Tali Pusat
1)      Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2)      Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a)      Lipat popok dibawah puntung tali pusat.
b)      Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun serta segera keringkan secara bersama sama menggunakan kain bersih.
b.      Inisasi Menyusui Dini
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap didada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melakukan proses IMD.
c.       Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum semurna maka semua bayi akan beresiko mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian diatas maka pada semua bayi baru lahir, apalagi bayi berat lahir rendah (BBLR) diberikan suntikan Vit-K sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vit K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
d.      Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD sebaiknya 1 jam setelah lahir dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Data yang diperoleh dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu NKB, SMK Usia 0 Hari, masalah pada bayi yakni hipotermi, kebutuhan dengan berikan kehangatan bayi, penghisapan lendir, perawatan tali pusat, pemberian obat tetes mata, injeksi vitamin K, injeksi engerix-B dan pemberian ASI.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
3.      Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi (Varney, 2008). Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2006).
Dalam kasus ini yang ditemukan di KBBL, telah dilakukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga diagnose potensial yaknihipotermi tidak terjadi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
4.      Antisipasi dan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. (Varney, 2008).
Pada langkah ini antisipasi pada By. Ny. N adalah hangatkan bayi di couve penghangat.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
5.      Rencana Asuhan
Rencana asuhan merupakan kelanjutan, manajemen terhadap diagnose masalah, yang telah diidentifikasi dan informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Asuhan yang diberikan kepada bayi baru lahir meliputi hal berikut (Direktorat Kesehatan Anak Khusus 2013).
a.       Pencegahan Infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
1)      Persiapan diri
Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi serta memakai sarung tangan bersih ada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
2)      Persiapan alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan.
3)      Persiapan tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan teran, siapkan tempat yang bersih, kering dan hangat dan sebaiknya berada dekat pemancar panas, tidak berangin, jendela tertutup.
b.      Penilaian Awal
Untuk semua BBL lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
1)      Apakah kehamilan cukup bulan?
2)      Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
3)      Apakah bayi mengangis/ tidak megap-megap?
4)      Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian keputusan serta alternative tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif, cukup dilakukan manajemen BBL normal.
c.       Manajemen bayi baru lahir normal

PENILAIAN
1.      Bayi cukup bulan
2.      Air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium
3.      Bayi menangis atau bernapas tidak megap megap
4.      Tonus otot bayi baik/ bergerak aktif
                                                                                

Asuhan Bayi Baru Lahir
                                     
1.      Jaga kehangatan
2.      Bersihkan ajlaan napas jika perlu
3.      Keringkan tubuh bayi
4.      Pemantauan tanda bahaya
5.      Klem, potong dan ikat tali pusat kira-kira 2 menit setelah lahir
6.      Lakukan inisiasi menyusu dini
7.      Berikan suntikan Vit K 1 mg intramuskuler
8.      Beri salep mata
9.      Pemeriksaan fisik
10.  Beri imunisasi HB 0 0,5 CC

Dalam melaksanakan manajemen BBL normal, perhatikan hal-hal berikut:
1)      Dukung ibu untuk menunggu bayi meraih puting susu dan menyusu secara mandiri. Jangan memberikan dot atau makanan sebelum bayi berhasil menyusu.
2)      Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi
a)      Tidak dapat menetek.
b)      Kejang.
c)      Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
d)     Kecepatan napas >60x/menit.
e)      Tarikan dinding dada bawah yang dalam.
f)       Merintih.
g)      Sianosis sentral
d.      Pencegahan kehilangan panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh, maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia beresiko mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walau berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
e.       Mencegah Kehilangan Panas.
1)      Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
2)      Letakkan bayi didada ibu agarkontak kulit ibu dengan bayi.
3)      Selimuti ibu dan bayi pasang topi dikepala bayi.
4)      Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f.       Praktik memandikan bayi yang dianjurkan
1)      Tunggu minimal 6 jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfixia. Hipotermia atau BBLR).
2)      Sebelum memandikan, pastikan bahwa suhu bayi stabil (suhu aksila 36,50C-37,50C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secraa longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu paling sedikit 1 jam.
3)      Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan.
4)      Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut yang bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
5)      Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
6)      Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih.
7)      Ganti handuk yang basah dengan selimut yang versih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan kepala bayi diselimuti dengan baik.
8)      Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan baik.
9)      Usahakan ibu dan bayi dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
g.      Merawat tali pusat (memotong dan mengikat tali pusat)
1)      Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Protokol untuk penyuntikkan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
2)      Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem 3 cm dari dinding perut. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1.
3)      Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landaan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua kelm tersebut dengan menggunakan gunting tali pusat DTT/steril.
4)      Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5)      Lepaskan klem tali puat dan masukkan kedalam larutan chlorin 0,5%.
6)      Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk IMD.
h.      Inisiasi Menyusui Dini
1)      Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin.
2)      Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan verniks.
3)      Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4)      Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi mencari puting susu ibu.
5)      Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
6)      Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan ibu minima 1 jam. Bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam biarkan bayi berada didada ibu sampai 1 jam.
7)      Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kontak kulit ibu selama 30 menit atau 1jam berikutnya.
i.        Pencegahan perdarahan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) memberikan rekomendasi pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1)      Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1,   tanpa memandang umur kehamilan dan berat badan lahir.
2)      Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.
3)      Cara pemberian vitamin K1 adalah secara intramuscular/ oral.
4)      Dosis yang diberikan untuk semua bayi baru lahir adalahintramuscular 1 mg dosis tunggal, atau oral 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu lahir,umur 3-7 hari, saat berumur 1-2 bulan.
5)      Untuk bayi yang lahir ditolong oleh dukun maka diwajibkan pemberian profilaksis vitamin K1 secara oral.
6)      Kebijakan ini harus dikoordinasikan bersama Direktorat   Pelayanan Farmasi dan Peralatan dalam penyediaan vitamin K1 dosis injeksi 2mg/ml/ampul, vitamin K1 dosis 2 mg/tablet, yang dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya.
7)      Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional.   
j.        Pencegahan Infeksi Mata
1)      Cuci tangan (gunakan sabun, air mengalir) kemudian keringkan.
2)      Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
3)      Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
4)      Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata atau tetes mata.
5)      Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
6)      Jangan megusap salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut.
k.      Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit-K1 secara intramuskuler. Imunisasi HB 0 bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada saat persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi HB 0 sejak dini.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carier (pembawa) hepatitis. Resiko penderita Hepatitis B untuk emnajdi carier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka resiko menjadi carier 90%, sedangkan yang terinfeksi umur dewasa resiko menjadi carier 5-10%.Imunisasi HB 0 harus diberikan pada bayi umur 0-7 hari.
l.        Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikarenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
m.    Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan ekstrauteri. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL pda 24 jam pertama kehidupan.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini adalahlakukan pencegahan infeksi, lakukan penilaian, jaga bayi tetap hangat, bebaskan dan bersihkan jalan nafas, lakukan pemeriksaan antopometri, lakukan RTP, anjurkan ibu untuk memberikan ASI, kolaborasi dengan dr. Sp. A dalam pemberian terapi: tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/ IM, Engerix B 0,5 ml/IM, dan pemeriksaan GDS, lakukan identifikasi bayi, lakukan observasi KU bayi selama 6 jam.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
6.      Penatalaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2008)
Pada kasus pelaksanaan asuhan yang diberikanyakni melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, melakukan penilaian dengan cara apakah bayi menangis kuat? apakah bayi bergerak aktif?, menjaga bayi tetap hangat dengan memakaikan pakaian bayi, bebaskan dan bersihkan jalan nafas dengan cara menghisap lendir menggunakan penghisap lendir steril, melakukan pemeriksaan antopometri dengan mengukur BB, PB, LK, LD, LP TTV dan refleks, melakukan RTP menggunakan kassa steril tidak diberi alcohol/ betadine, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, melakukan kolaborasi dengan dr. Sp. A dalam pemberian terapi: tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/ IM, Engerix B 0,5 ml/IM, dan melakukan observasi pemeriksaan GDS setiap 6 jam sekali, melakukan identifikasi bayi dengan memberikan alat pengenal berupa gelang, melakukan observasi KU bayi selama 6 jam.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
7.      Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2008).
Pada kasusini dilakukan perawatan selama 1 hari, By. Ny. N didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, menangis, akral hangat, bayi bergerak aktif, nadi teraba cukup kuat, NCH (-), RET   (-), sianosis (-), nafas spontan, abdomen supel, muntah (-), kembung (-), tali pusat terbungkus kassa steril (tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat), mic/mec +/+, tanda-tanda vital dalam batas normal, telah diberikan tetes mata, vit.k, engerix-B, pemeriksaan GDS menurun, namun tidak sampai diberi D5 dan BB terakhir: 1920 gram.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
8.      Kesimpulan
Dari langkah 1-7 dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada By. Ny. N dapat disimpulkan bahwa pada data subyektif By. Ny. N tidak ada. Data objektif didapatkan hasil bayi lahir spontan pervaginam tanggal 16 mei 2016 pukul 22.23 wita ketuban jernih, A/S: 7/9, KU: baik, menangis kuat, bergerak aktif, BB: 2000 gram, PB: 47 cm, LK: 29 cm, LD: 28 cm, LP: 25 cm, TTV: N: 152 x/m, R: 48 x/m, T: 35,70C, Refleks: moro (+), rooting (+), graps (+), sucking (+), tonic neck (+), tali pusat: terbungkus kassa steril, mic/mec: -/+. Pemeriksaan penunjang lainnya GDS: 60 mg/dl. Diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu NKB, SMK Usia 0 Hari, masalah pada bayi yakni hipotermi, kebutuhan dengan berikan kehangatan bayi, penghisapan lendir, perawatan tali pusat, pemberian obat tetes mata, injeksi vitamin K, injeksi Engerix-B dan pemberian ASI. Diagnose potensial dalam kasus ini yakni hipotermi. Antisipasi dilakukanpada By. Ny. N adalah hangatkan bayi di couve penghangat. Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini adalah lakukan pencegahan infeksi, lakukan penilaian, jaga bayi tetap hangat, bebaskan dan bersihkan jalan nafas, lakukan pemeriksaan antopometri, lakukan RTP, anjurkan ibu untuk memberikan ASI, kolaborasi dengan dr. Sp. A dalam pemberian terapi: tetes mata (cendo fenicol 0,25%), Vit.K 1 mg/ IM, Engerix B 0,5 ml/IM, dan pemeriksaan GDS, lakukan identifikasi bayi, lakukan observasi KU bayi selama 6 jam. Penatalaksanaan dilakukan dengan efesien dan aman sesuai dengan rencana asuhan. Evaluasi didapat setelah diberikan perawatan selama 1 hari, didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, menangis, akral hangat, bayi bergerak aktif, nadi teraba cukup kuat, NCH (-), RET (-), sianosis (-), nafas spontan, abdomen supel, muntah (-), kembung (-), tali pusat terbungkus kassa steril (tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat), mic/mec +/+, tanda-tanda vital dalam batas normal, telah diberikan tetes mata, vit.k, dan engerix-B pemeriksaan GDS menurun, namun tidak sampai diberi D5 dan BB terakhir: 1920 gram.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan maka penulis dapat memberikan saran, bagi:
1.      Bagi Institusi
a.       Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalui peningkatan keterampilan dan motivasi kerja staf, dokter, perawat dan bidan,yang memberikan kepuasan pada pasien, kemudian mempertahankan kenyamanan pasien rawat inap, keramahan dalam melayani pasien serta kedisiplinan dalam bekerja. Karena baik buruknya citra rumah sakit sebagian besar dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien dankeluarga.
b.      Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga membantu penulis yang akan mengambil kasus yang sama.
2.      Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas, dan berkenan mengikuti seminar-seminar tentang komplikasi kehamilan, persalinan, bayi baru lahir hingga masa nifas.
3.      Bagi Klien
a.       Perawatan Bayi
1)      Persiapkan alat yang dibutuhkan untuk merawat bayi
2)      Usahakan lingkungan yang tenang dan bersih
3)      Pakaian bayi dicuci tersendiri dan disimpan di dalam lemari, tanpamenggunakan kamper/kapur barus
4)      Ibu tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu-jamuan, dan obat-obatan Cina
b.      Memandikan Bayi
1)      Siapkan alat-alat terlebih dahulu sebelum mulai memandikan bayi
2)      Mandikan bayi dengan air hangat 2 kali sehari atau 1 kali sehari sesuai kebutuhan
3)      Bila perlu, ukurlah suhu bayi Anda sebelum memandikannya.  Suhu normal bayi adalah sekitar 36,5 – 37,50C. Usahakan mengukur suhu bayi pada ketiak. Hindari pengukuran suhu melalui anus untuk mencegah trauma (luka).
4)      Setelah mandi, tidakdianjurkan menggunakan bedak dan memakaikan gurita pada bayi
c.       Merawat Tali Pusat
1)      Selalu mencuci tangan sebelum melakukan perawatan tali pusat
2)      Saat mandi, bersihkan tali pusat. Setelah selesai keringkan dengan handuk lembut atau cukup diangin-anginkan.
3)      Saat ini tidak dianjurkan lagi membungkus tali pusat dengan kassa steril yang dibasahi alkohol 70%
4)      Saat tali pusat basah atau terkena air cukup di ganti dengan kassa steril saja tidak lagi diberi alcohol atau betadine.
d.      Merawat Alat Kelamin
1)      Perhatikan kebersihan pada lipatan paha, jaga agar tetap kering danjangan menggunakan bedak
2)      Cara membersihkan alat kelamin perempuan adalah dimulai dari depan (vagina) ke arah belakang (anus)
3)      Cara membersihkan alat kelamin laki-laki adalah dengan membersihkan bagian buah zakarnya dan ujung penis
Catatan: Bayi perempuan terkadang ada yang mengeluarkan haid selama 3 – 5 hari; ada juga yang buah dadanya membesar. Hal ini terjadi karena masih ada pengaruh sisa hormon ibu sewaktu hamil dan akan menghilang dengan sendirinya. Jangan dipijat.
e.       Pemberian Minum
1)      ASI adalah makanan/nutrisi TERBAIK untuk bayi
2)      Minggu-minggu pertama, Ibu mungkin perlu menyusui Si kecil tiap 2 – 3 jam.
3)      Ibu tidak perlu mengatur waktu menyusui karena yang terbaik adalah menyusui sesuai dengan kebutuhan Si Kecil. Ketika tangisan laparnya terdengar, segera susui Si Kecil
4)      Sendawakan bayi setiap selesai minum dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi dengan lembut
5)      Sesuai anjuran WHO, berikan ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
f.       Pola Tidur
1)      Bayi baru lahir akan tidur selama kurang lebih 14 – 18 jam setiap harinya. Tetapi lama setiap episode tidurnya tidak lebih dari 2 – 4 jam, jadi pada malam hari Ibu pasti akan sering terbangun oleh tangisan Si Kecil yang ingin disusui atau pun diganti popoknya
2)      Pada siang hari, ajak Si Kecil bermain, biarkan cahaya masuk di kamar tidurnya, jendela dibiarkan buka sedikit untuk ventilasi udara ruangan dan nyalakan musing riang gembira; sedangkan pada malam hari, tutup tirai kamar dan matikan lampu atau gunakan cahaya lampu yang redup atau tidak terlalu terang
g.      BAB (Bayi Buang Air Besar)
1)      Untuk bayi dengan pemberian ASI full akan lebih sering BAB dan teksturnya lebih encer daripada bayi yang minum susu formula
2)      Frekuensi BAB normal adalah 6 – 8 kali sehari
3)      Selalu perhatikan bentuk, warna, dan frekuensi BAB bayi. Bila ada perubahan/kelainan, segera konsultasikan dengan dokter.
h.      Menjemur Bayi
1)      Bila perlu, jemurlah bayi pada pagi hari antara pukul 07:00 – 08:00 selama 15 – 30 menit, dengan posisi telentang dan tengkurap
2)      Jemurlah bayi saat sebelum mandi
3)      Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim
4)      Hindari mata dari sinar matahari langsung
5)      Ganti posisi bayi setiap 15 menit dan hindari polusi
i.        Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact
Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam jam BBLR. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.
j.        Hal-hal Yang Perlu Diwaspadai
1)      Ikterus (bayi kuning)
2)      Bayi tampak lemas, malas minum, muntah, dan demam
3)      Infeksi tali pusat yang ditandai dengan pangkal tali pusat basah dan berbau, kulit di sekitar tali pusat kemerahan dan kadang-kadang bernanah
4)      Tidak dianjurkan menggunakan bedak dan gurita pada bayi
5)      Sebaiknya hindari mengkonsumsi  jamu-jamuan, dan obat-obatan Cina
k.      Kunjungan Ulang
1)      Bila ada hal-hal yang kurang jelas mengenai perawatan bayi segera menghubungi Rumah Sakit
2)      Menjelaskan tanggal control kembali ke dokter (spesialis anak atau spesialis lain bila memerlukan konsultasi) ibu wajib membawa bayinya control 2 hari lagi pada tanggal 20 Mei 2016 di ruangan poliklinik di dokter spesialis anak dan mendaftar ulang di meja pendaftaran dengan membawa surat control yang diberikan oleh perawat ruangan.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi, VNL dan Tri S.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika      
Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2013. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin, Abdul Bari (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC



                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar