expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI BALITA SAKIT PNEUMONIA


DASAR TEORI
PNEUMONIA

A.       Pengertian Pneumonia                                                                                     
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan  bronkopneumonia (Arif Mansjoer, 2001, Hal 446).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (S. A. Frice. 2005, Hal 804)
     
B.       KlasifikasiPneumonia 
Tiga klasifikasi pneumonia:
1.         Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a.         Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
1)        Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
2)        Pneumonia aspirasi.
3)        Pneumonia pada penderita immunocompromised.  
       
2.         Berdasarkanbakteripenyebab:
a.         Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

b.         Pneumonia Akibat Virus.
Penyebabutama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakandenganbakterihemofilus influenza yang bukanpenyebabpenyakit influenza, tetapibisamenyebabkan pneumonia juga).GejalanyaGejalaawaldari pneumonia akibat virus samasepertigejala influenza, yaitudemam, batukkering, sakitkepala, nyeriotot, dankelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
3.         Berdasarkan predileksi infeksi:
a.         Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.         Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

C.       EtiologiPneumonia 
Penyebab pneumonia adalahstreptococus pneumonia danhaemophillusinfluenzae.Padabayidananakkecilditemukan staphylococcus aureussebagaipenyebab pneumonia yang berat, dansangatprofesifdenganmortalitastinggi.(Arif Mansjoer, dkk, Hal 466)
1.         Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.         Virus: virus influenza, adenovirus
3.         Micoplasma pneumonia

D.       PatofisiologiPneumonia    
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

E.       Manifestasi KlinikPneumonia 
Secara umum dapat di bagi menjadi:
1.         Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 – 40,5 ºC), sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2.         Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
3.         Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4.         Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk/ meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5.         Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

F.        PenatalaksanaanPneumonia 
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1.         Untuk kasus pneumonia komuniti base:
a.         Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
b.         Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
2.         Untukkasus pneumonia hospital base :
a.         Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
b.         Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian

G.      Komplikasi Pneumonia
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis dan epiglotis yang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B.

H.       Pencegahan dan Faktor Resiko Pneumonia                                                        
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang umumnya menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif: memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif: tingkatkan batuk dan pengaluaran sekresi.
Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif: lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
Individu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan makrofag. Tindakan preventif: ajurkan individu untuk berhenti merokok.
Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tindakan preventif: sering mengubah posisi.
Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka  yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik dada.
Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif: tingatkan hygiene oral yang teratur.
Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobilisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif: berikan dorongan kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif: observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif: sering melakukan.
Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tindakan preventif: sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan tersebit tidak dibersikan dengan  tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, Hal 573)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance SistemRespirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar