DASAR TEORI
PNEUMONIA
A.
Pengertian
Pneumonia
Pneumonia
adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif Mansjoer,
2001, Hal 446).
Pneumonia
adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan
kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi.
Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan
paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis
kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal
dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).
Pneumonia
adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
(S. A. Frice. 2005, Hal 804)
B.
KlasifikasiPneumonia
Tiga klasifikasi pneumonia:
1.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a.
Pneumonia
komuniti (community-acquired pneumonia).
1)
Pneumonia
nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
2)
Pneumonia aspirasi.
3)
Pneumonia pada penderita
immunocompromised.
2.
Berdasarkanbakteripenyebab:
a.
Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi
pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia
akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang
mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau
infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi
sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau
pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan
paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului
dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya,
karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat
mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung
pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).
Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia
(Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
b.
Pneumonia
Akibat Virus.
Penyebabutama pneumonia virus adalah
virus influenza (bedakandenganbakterihemofilus influenza yang
bukanpenyebabpenyakit influenza, tetapibisamenyebabkan pneumonia
juga).GejalanyaGejalaawaldari pneumonia akibat virus samasepertigejala
influenza, yaitudemam, batukkering, sakitkepala, nyeriotot, dankelemahan. Dalam 12 hingga
36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit.
Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa
ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan
superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A.
Price, 2005, Hal 804-814)
3.
Berdasarkan predileksi infeksi:
a.
Pneumonia lobaris, pneumonia yang
terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan
maupun kiri.
b.
Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang
ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang
tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara
bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya,
tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya.
Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi
infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
C.
EtiologiPneumonia
Penyebab pneumonia adalahstreptococus pneumonia
danhaemophillusinfluenzae.Padabayidananakkecilditemukan staphylococcus
aureussebagaipenyebab pneumonia yang berat,
dansangatprofesifdenganmortalitastinggi.(Arif Mansjoer, dkk, Hal 466)
1.
Bakteri: stapilokokus, streplokokus,
aeruginosa, eneterobacter
2.
Virus:
virus influenza, adenovirus
3.
Micoplasma
pneumonia
D.
PatofisiologiPneumonia
Sebagian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan
juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada
mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi
dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa
faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru
melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut
dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan
yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah.
Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan
virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus
herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim
paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
E.
Manifestasi KlinikPneumonia
Secara umum dapat di bagi menjadi:
1.
Manifestasi non spesifik infeksi dan
toksisitas berupa demam (39,5 – 40,5 ºC), sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2.
Gejala umum saluran pernapasan bawah
berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping
hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
3.
Tanda pneumonia berupa retraksi
(penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan
ronki.
4.
Tanda efusi pleura atau empiema, berupa
gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction
rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan
berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk/ meningimus (iritasi menigen tanpa
inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5.
Pada neonatus dan bayi kecil tanda
pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak
perkusi.
F.
PenatalaksanaanPneumonia
Antibiotik sesuai hasil biakan atau
berikan :
1.
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
a.
Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4
hari pemberian
b.
Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari
dalam 4 hari pemberian
2.
Untukkasus
pneumonia hospital base :
a.
Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam
2 kali pemberian
b.
Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari
dalam 2 kali pemberian
G.
Komplikasi Pneumonia
Abses kulit,
abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental,
perikarditis dan epiglotis yang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B.
H.
Pencegahan dan Faktor Resiko Pneumonia
Dengan
mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang umumnya menjadi
redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk
mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif: memberikan perawatan
antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C.
Smeltzer,dkk , Hal 573).
Setiap kondisi
yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal
paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan
preventif: tingkatkan batuk dan pengaluaran sekresi.
Pasien
imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah
mereka yang berisik. Tindakan preventif: lakukan tindak kewaspadaan
khusus terhadap infeksi.
Individu yang
merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan
makrofag. Tindakan preventif: ajurkan individu untuk berhenti merokok.
Setiap pasien
yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas
dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tindakan preventif: sering mengubah
posisi.
Setiap individu
yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan
atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam
paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai
mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami
bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah
posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi
dan terafi fisik dada.
Setiap pasien
yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat
antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif: tingatkan hygiene
oral yang teratur.
Individu yang
sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol
menekan reflek-reflek tubuh, mobilisasi sel darah putih dan gerakan siliaris
trakeaobronkial. Tindakan preventif:
berikan dorongan kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
Setiap individu
yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan
pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif: observasi fekuensi
pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi
pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
Pasien yang
tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang
berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif: sering melakukan.
Individu lansia
terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tindakan preventif: sering mobolisasi,
dan batuk efekif dan latihan pernapasan
Setiap orang
meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan
tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di
bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, Hal 573)
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. EGC,
Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance SistemRespirasi, Edisi 2.
Erlangga :
Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty
Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar