expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Sabtu, 02 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M UMUR 19 TAHUN G1P0A0 UK 26 MINGGU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN IUFD (INTRA UTERIN FETAL DEATH) DI RUANG VK BERSALIN


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal adalah 400 per 100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit. Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara negara-negara Association South Of East Nation (ASEAN) kejadian sekitar 15 kali di Malaysia (Manuba, 2008).
Angka kematian perinatal (AKP) di Indonesia belum diketahui pasti karena belum ada penelitian menyeluruh mengenai hal ini. Diperkirakan AKP di rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut akan lebih tinggi dari pada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat (Wiknjosastro H, 2005).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Angka Kematian Neonatal 19/ 1000 kelahiran hidup (KEMENKES RI, 2012). Sedangkan penyebab kematian neonatal  secara umum, yaitu kematian janin dalam rahim (31,3%), aspiksia atau ganguan pernafasan (20,4%), dan premature (18,7%) (Rikesdas, 2007). 
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD) menurut WHO dan American collage of obstetrican and gynecologis, janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.  Penyebab kematian janin dalam kandungan,  dapat dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya ialah umur ibu, paritas, kadar haemoglobin, gemeli, status gizi ibu hamil, factor genetic, kelainan congenital, lilitan tali pusat, hipertensi, preeklamsi/ eklamsi, perdarahan, kelainan kongenital, posterm, infeksi saat hamil, diabetes militus, penyakit rhesus (SDKI, 2012).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah IUFD adalah melakukan Antenatal Care secara teratur, istirahat yang cukup dan memperhatikan gizi dan makan yang di konsumsi. Untuk mengurangi jumlah kematian neonatal, perlu adanya intervensi dari tingkat masyarakat, tingkat pelayanan dasar dan tingkat rujukan. Di tingkat masyarakat misalnya dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan penggunaan buku KIA. Dalam hal ini, tentu perlu adanya pendampingan atau instruksi khusus dari tenaga medis. Upaya inovatif yang saat ini dilakukan pemerintah adalah dengan adanya program Jaminan Persalinan (Jampersal), pendampingan tata kelola klinis dan penguatan rujukan, serta pendampingan untuk meningkatkan kompetensi dokter, bidan, dan perawat.

B.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan yang tepat pada Ny.M Umur 19 tahun G1P0A0 UK 26 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD di ruang VK bersalin
2.    Tujuan Khusus
a.    Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny.M Umur 19 tahun G1P0A0 UK 26 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD Melakukan pengkajian data objektif IUFD di ruang VK bersalin
b.    Melakukan analisa data pada Ny.M Umur 19 tahun G1P0A0 UK 26 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD Melakukan pengkajian data objektif IUFD di ruang VK bersalin
c.    Melakukan penatalaksanaan pada Ny.M Umur 19 tahun G1P0A0 UK 26 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD Melakukan pengkajian data objektif IUFD di ruang VK bersalin


C.   Manfaat
1.    Bagi Rumah Sakit
Memberi informasi kepada praktisi medis tentang karakteristik pasien dengan IUFD sehingga praktisi medis akan lebih cermat dan waspada dalam menangani pasien kasus IUFD untuk mendapatkan outcome yang optimal.
2.    Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi dan referensi sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan berikutnya.
3.    Bagi Pasien
Memberi pengetahuan kepada pasien dengan IUFD tentang karakteristik penyakitnya sehingga pasien lebih waspada untuk mencari pengobatan segera.
4.    Bagi Masyarakat
Menjadi sumber informasi data epidemiologi untuk penelitian di masa mendatang.
5.    Bagi Mahasiswa
Menjadi sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama pembelajaran di perkuliahan dan pengalaman praktik.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
1.    Pengertian
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas/ berat janin 1000 gram. IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Moechtar, 2012).
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati (Wiknjosastro, 2007).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005).

2.    Etiologi
Adapun penyebab IUFD menurut Norwitz, 2008 yakni:
a.    Perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta
b.    Pre eklamsi dan eklamsi
c.    Penyakit kelainan darah
d.    Penyakit infeksi menular
e.    Penyakit saluran kencing
f.     Penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid
g.    Malnutrisi
Adapun faktor predisposisi IUFD menurut Norwitz, 2008 yakni:
a.    Factor ibu (High Risk Mothers)
1)    Status social ekonomi yang rendah
2)    Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3)    Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4)   
4
Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
5)    Tinggi dan BB ibu tidak proporsional
6)    Kehamilan di luar perkawinan
7)    Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
8)    Ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
9)    Ibu dengan riwayat kehamilanpersalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
10) Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
b.    Factor Bayi (High Risk Infants)
1)    Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
2)    Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3)    Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
c.    Factor yang berhubungan dengan kehamilan
1)    Abrupsio plasenta
2)    Plasenta previa
3)    Preeklamsi/ eklamsi
4)    Polihidramnion
5)    Inkompatibilitas golongan darah
6)    Kehamilan lama
7)    Kehamilan ganda
8)    Infeksi
9)    Diabetes
10) Genitourinaria

3.    Diagnosis
a.    Anamnesa/ Keluhan
1)    Ibu tidak merasakan gerakan janin
2)    Perut tidak bertambah besar
b.    Inspeksi
Tidak tampak gerakan janin
c.    Palpasi
1)    TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan
2)    Tidak teraba gerakan janin
3)    Krepitasi pada tulang kepala janin
d.    Auskultasi
DJJ (-)
e.    Reaksi Kehamilan
test 
kehamilan (-)
f.     Rontgen foto abdomen
1)    Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah janin
2)    Tanda nojosk : angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
3)    Tanda gernard : hiperekstensi kepala janin
4)    Tanda spalding : overlapping sutura
g.    USG   
1)    Gerak anak tidak ada
2)    Denyut jantung anak tidak ada
3)    Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
h.    Laboratorium
1)    Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
2)    Hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati
3)    Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan sebagai berikut :
a)    Rigor mortis
Berlangsung 21/2 jam setelah mati kemudian lemas lagi.
b)    Maserasi Tingkat I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih. Tapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah mati.
c)    Maserasi Tingkat II
Lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat,  jam setelah anak mati.
d)    Maserasi Tingkat III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antar tulang-tulang sangat longgar. Edema di bawah kulit (Nugroho, 2012).

4.    Klasifikasi
Kematian janin menurut Prawirohardjo dalam Nugroho (2012), dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
a.    Golongan I   :  kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
b.    Golongan II  :  kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c.    Golongan III :  kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
d.    Golongan IV :  kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

5.    Patofisiologi
Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:
a.    Hipertensi atau tekanan darah tinggi
b.    Preeklampsia dan eklampsia
c.    Perdarahan
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
d.    Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
e.    Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibody
f.     Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja,  bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
g.    Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.
h.    Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
i.      Infeksi saat hamil
Saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
j.      Kelainan kromosom
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

6.    Pencegahan
Menurut Winkjosastro (2007), upaya mencegah kematian janin khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan USG. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gamelli dengan TT (Twin To Twin Transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.

7.    Komplikasi
a.    Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara kematia janin dan persalinancukup lama
b.    Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
c.    Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > dari 2 minggu.
d.    Kematian janin dalam kandungan 3 - 4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <100 mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2 - 3 minggu setelah janin mati (Norwitz, 2008).

8.    Manifestasi Klinik
a.    Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
b.    Terhentinya pergerakan janin
c.    Terhentinya denyut jantung janin
d.    Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
e.    Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
f.     Terhentinya perubahan payudara (Norwitz, 2008).

9.    Penatalaksanaan
a.    Terapi
1)    Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2)    Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3)    Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et all (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
a)    Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
(1)  Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
(2)  Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
(1)  Kuretase vakum
(2)  Kuretase tajam
(3)  Dilatasi dan kuretasi tajam
b)    Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu 
(1)  Misoprostol 200 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
(2)  Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
(3)  Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol/ pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
c)    Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu
(1)  Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
(2)  Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
(3)  Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
d)    Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan
(1)  Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
(2)  Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
(3)  Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2.
(4)  Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
b.    Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaannifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi (Nugroho, 2012).
B.   Tali Pusat
1.    Avulsi Tali Pusat
1)      Pengertian
Yaitu putusnya tali pusat atau tali pusat terlepas dari tempat implantasinya.
2)    Tanda atau gejala avulsi (putus)tali pusat:
(1)    Tali pusat putus
(2)    Plasenta tidak lahir
3)    Penyebab
Otot pada miometrium terentang kuat melampaui kebebasan kemampuan jangkauan gerak, atau ketika bertemu dengan resistensi tiba-tiba/ mendadak ketika melakukan kontraksi kuat.
4)    Penatalaksanaan
(1)  Palpasi uterus untuk menilai kontraksi,minta ibu meneran pada setiap kontraksi.
(2)  Saat plasenta terlepas, lakukan periksadalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali pusat dan keluarkan plasenta dari vaginasambil melakukan tekanan dorso-kranial

2.    Di Luar Ukuran Normal
Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang pernah ditemui sekitar 300 cm.
Tali pusat terlalu pendek atau  terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasanya terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya kemajuan pada penurunan janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta sebelum janin lahir
1)    Tali Pusat Pendek
Kasus ini sekalipun tidak terlalu berat, belum bisa terdeteksi oleh alat canggih manan pun. Penyebabnya, kata Judi, tali pusat di dalam rahim melilit-lilit, sehingga sangat tidak mungkin untuk diukur dari luar.
Panjang tali pusat, normalnya 50-60 cm. Bila di bawah 40 cm berarti pendek. Nah, jika kasusnya seperti ini, mau tidak mau proses persalinan harus dilakukan dengan cara sesar karena bayi tidak akan bisa mencapai jalan lahir. Kecuali kalau tali pusatnya berada di bawah, si bayi bisa dilahirkan normal. "Bila plasenta berada di atas dan bayi dipaksa keluar lewat jalan lahir, maka rahim bisa ikut tertarik atau inversio uteri." Di Indonesia kasus ini cukup banyak ditemukan.
2)    Tali Pusat Panjang
Sebaliknya, tali pusat dikatakan panjang jika lebih dari 60 cm. Ukuran ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena persalinan bisa dilakukan secara normal. Bahaya baru terjadi jika tali pusat yang panjang itu melilit leher janin.
Kasus seperti ini untungnya bisa dideteksi dengan alat USG dua dimensi. Lagi pula, belum tentu lilitan itu berlangsung hingga waktu persalinan tiba, karena janin di dalam rahim selalu bergerak, sehingga ada kemungkinan ia terlepas dari lilitan. Hanya saja, setelah itu masih ada kemungkinan ia akan terlilit lagi.
3.    Kelainan Insersi
Insersi adalah tempat masukan (muara) yang menempel ke plasenta. Normalnya, insersi tali pusat di plasenta terletak di tengah. Tetapi dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat yang letaknya di tepi plasenta (plasenta battledore) dan insersi tali pusat letaknya jauh di luar plasenta, yaitu di daerah membran (insersi velamentosa).
1)    Insersi tali pusat Battledore
Pada kasus ini tali pusat terhubung ke paling pinggir plasenta seperti bet tenis meja.  Insersi yang terletak di tepi plasenta tidak berpengaruh buruk pada janin sebab pada umumnya dalam hal pemberian makanan dan oksigen ke janin tidak berpengaruh. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2)    Insersi tali pusat Velamentous
Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
Insersi velamentosa bisa berbahaya bila terjadi vasa previa, jika ketuban pecah, dan pembuluh darah tersebut ikut pecah yang berarti pula terjadi perdarahan dari janin. Gejala klinis vasa previa adalah ketuban pecah diikuti perdarahan, dan terjadi gawat janin. Kematian janin pada pecahnya vasa previa mencapai 60-70%. "Kematian pada janin ini disebabkan perdarahan yang berasal dari janin dan keterlambatan mengetahui bahwa perdarahan berasal dari vasa previa. Umumnya bila pada pemeriksaan dijumpai adanya vasa previa, kehamilan diakhiri dengan bedah sesar sebelum terjadi pecahnya selaput ketuban
4.    Kelainan Diameter
Yang dimaksud diameter tali pusat adalah ukuran besar tali pusat. Tak dapat dipastikan berapa sebenarnya ukuran normal karena pada setiap bayi berbeda-beda. Lagi pula lebar diameter ini tidak dapat dipatok dengan ukuran sentimeter, karena belum ada metode khusus untuk mengukur diameter tali pusat. Umumnya besar diameter sesuai dengan perkembangan bayi "Contoh, bila bayinya besar, tentu diameter tali pusatnya besar. Sedangkan bila janin kecil, dengan sendirinya diameter tali pusatnya sesuai ukuran tubuhnya. Yang menjadi problem, bila diameter tali pusatnya dianggap kekecilan untuk ukuran janin karena dapat berpengaruh pada penyaluran oksigen dan darah." Pada janin dengan perkembangan yang terhambat biasanya diameter tali pusatnya juga kecil.
Metode khusus untuk mengetahui apakah aliran darah tali pusat cukup atau kurang adalah dengan cara pemeriksaan dopler aliran darah tali pusat. Bila aliran darah tali pusat terhambat, bisa menimbulkan gangguan perkembangan pada janin.
5.    Terlilit Tali Pusat
Lilitan tali pusat umumnya terjadi sebelum kehamilan cukup besar. Paling sering pada trimester kedua dimana bayi masih bisa bergerak dengan aktif dan leluasa. Bahkan terkadang melakukan gerakan ekstrem seperti bersalto. Bila tali pusatnya panjang, kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat ini bisa terjadi di leher, di bahu atau di lengan dan tidak selalu berakibat buruk.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Namun jika lilitan tali pusat terjadi berkali-kali, sementara tali pusatnya tidak panjang, ini yang bisa berdampak buruk pada bayi. Sebab saat bayi turun ke bawah, tali pusat bisa menahannya untuk turun. "Umumnya dokter langsung memutuskan untuk sesar."
Lilitan tali pusat pada leher sangat riskan, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. "Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin."
Meski lilitan tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, dokter dapat saja membiarkan sampai proses persalinan tiba. "Karena lilitan tali pusat tidak bisa dilepas. Yang dilakukan dokter adalah memantau dan memberitahu si ibu."
Lilitan tali pusat di leher sekalipun tak harus berujung pada sesar. "Tapi proses persalinan dipantau  ketat. Dalam persalinan kala satu, observasi denyut jantung dengan alat kardiotokografi sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pola denyut jantung janin." Bila pola denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri dengan bedah sesar. Karena jika dipaksa lahir dengan normal, bisa berdampak buruk pada janin.
Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
1.    Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
2.    Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
3.    Panjangnya tali pusat
Dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
1.    Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
2.    Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3.    Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4.    Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.


BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M G1P0A0 DENGAN IUFD
DI RUANG VK BERSALIN

Hari/ Tanggal Pengkajian    : Selasa, 04 Juli 2017
Tempat Pengkajian              : Ruang Bersalin
Waktu                                   : 08.30 WITA
No. RMK                              -

A.   Subjektif Data
1.    Identitas
a.    Pasien
Nama                                   :  Ny.M
Tanggal Lahir/ Umur            :  01-10-1997 (19 Tahun)
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  SMA
Pekerjaan                             :  IRT
Alamat                                  :  Jl. Sutoyo, Gg Rahayu Banjarmasin
b.    Penanggung Jawab (Suami)
Nama                                   :  Tn. Y
Umur                                    :  31 Tahun
Agama                                 :  Islam
Suku/ Bangsa                      :  Banjar/ Indonesia
Pendidikan                           :  SMA
Pekerjaan                             :  Wiraswasta
Alamat                                  :  Jl. Sutoyo, Gg Rahayu Banjarmasin
2.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya mules-mules dan sakit pada perut bagian bawah yang menjalar sampai kepinggang serta ada keluar lendir bercampur darah sejak pukul 02.00 WITA, tetapi tidak disertai keluar air-air.
3.    Riwayat perkawinan :
Kawin 1 kali pada usia 18 tahun, usia perkawinan ± 2 tahun.
4.    Riwayat Menstruasi
Haid pertama (menarche)             : 12 tahun
Siklus haid                                   : 28 hari
Lama haid                                    : 6-7 hari
Banyaknya                                   : 2-3 kali ganti pembalut per hari.
Warna                                           : Merah tua dan encer
Keputihan                                    : Tidak ada
Nyeri haid                                    : Hari pertama menstruasi
HPHT                                           : 4-1-2017
HPL                                               : 11-10-2017
5.    Riwayat Obstetri
Kehamilan
Persalinan
Anak
Nifas
Laktasi
 Ke
UK
Komp
Jenis Persln
Temp Persln
Penolong
Komp
JK
PB/ BB
H/M
T/G
Usia
Lama
Komp
Lama
Komp

Hamil Saat Ini

















6.    Riwayat Kesehatan                   
a.    Pasien
1)    Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama kurang lebih 6 bulan datang ke puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya seperti biasa, dari hasil pemeriksaan dikatakan bahwa berat badan janin tidak sesuai dengan usia kehamilannya, dan denyut jantung janin tidak terdengar, kemudian ibu dianjurkan oleh petugas untuk memeriksakan dirinya ke poli kandungan RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin, setelah dilakukan pemeriksaan di poli kandungan dokter mengatakan bahwa denyut jantung janin sudah tidak terdengar, dengan kata lain ibu mengalami IUFD atau kematian janin dalam rahim. Saat ini ibu tidak sedang menderita penyakit  yang mengganggu kehamilannya, seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual. Dan ibu tidak mempunyai alergi terhadap obat tertentu.
2)    Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang mengganggu kehamilannya seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual.
b.    Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit menular seksual. Dan ibu juga mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat keturunan kembar.
7.    Riwayat Kehamilan Sekarang
a.    Selama hamil ibu periksa di          : Puskesmas
b.    Mulai periksa sejak kehamilan     : 12 minggu
c.    Frekuensi                                     
-       Trimester I                               : 1 kali
-       Trimester II                              : 1 Kali
d.    TT I                                                : Sudah diberikan
TT II                                               : Sudah
 diberikan 
e.    Obat Yang diminum                      :  Fe, Vit C dan kalk
8.    Pola Kebutuhan Sehari-hari
a.    Nutrisi
-       Terakhir makan dan minum   : 1 jam yang lalu
-       Banyaknya                              : Sesuai dengan porsi yang ada di Rumah Sakit
b.    Eliminasi
BAB          
-       Terakhir BAB                          : 3 Jam lalu
-       Konsistensi                              : lembek
-       Warna                                     : kuning kecoklatan
BAK
-Terakhir BAK                               : 30 menit yang lalu
- warna                                          : kekuningan
c.    Personal Hygiene
Terakhir mandi dan gosok gigi    : kemaren sore sebelum masuk rumah sakit
d.    Aktivitas
Semenjak ibu merasa perutnya mules, ibu hanya dapat beraktivitas seperti tidur-tiduran.
e.    Tidur dan istirahat
Semenjak ibu merasa perutnya mules, ibu tidak dapat tidur dan istirahat dengan nyaman.
9.    Data Psikososial dan Spiritual
a.    Ibadah apa yang diinginkan  ibu saat ini   : Berdoa
b.    Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan dilalui : Ibu merasa cemas dan sedih
c.    Apa yang diketahui ibu soal persalinan
Ibu mengetahui bahwa proses persalinan bukanlah hal yang mudah dan akan terasa sakit.
d.    Siapa yang diharakan ibu untuk menjadi pendamping persalinan : Suami dan keluarga
e.    Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami


B.   Objektif Data
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum                        :  Baik
Kesadaran                                  :  Compos Mentis
Berat Badan                               :  49 kg
Tinggi Badan                              :  146 cm
LILA                                            : 24 cm
TTV                                            : TD     : 120/80 mmHg
                                                               : N       : 84x/ menit
                                                               : S       : 36,5 0C
                                                                : RR    : 20x/ menit
2.    Pemeriksaan Fisik
Kepala                         :  Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan tidak tampak bekas luka
Muka                           :  Tidak terlihat Cloasma Gravidarum, muka terlihat pucat, tidak ada odema pada wajah, tidak anemis
Mata                            :  Simetris kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Mulut                           :  Tidak terdapat Caries gigi, warna bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher                           :  Tidak tampak adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara                    : Simetris kanan dan kiri, terlihat bersih, puting susu menonjol, terlihat hiperpigmentasi pada areola, belum ada pengeluaran colostrum, tidan ada nyeri tekan payudara
Abdomen                    :  Terlihat linea nigra, terlihat striae gravidarum, tidak ada bekas luka operasi
Leopold
Leopold I                     : TFU sepusat, pada bagian fundus uteri teraba bulat, keras dan melenting (Kepala)
Leopold II                    : Teraba bagian keras, datar, memanjang (punggung) disebelah kiri perut ibu (PUKI)
Leopold III                   :  Teraba bulat, Lunak, Kurang melenting dan tidak bisa di goyangkan (Bokong).
Leopold IV                   : Konvergen
TFU Mc.Donald          : 19 cm
TBJ                             : (19-12) x 155 = 1085 gram
DJJ                             :  Tidak terdengar
His                               : 2 x 10’ x 10”
Ekstremitas                 : Tidak teraba adanya odema, varises, dan nyeri
                                      
tekan
a.    Refleks Patella      : Kiri/kanan, +/+
b.    Cek Ginjal                         : Kiri/Kanan -/-n
Genetalia                     : Vulva/ vagina bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises

Pemeriksaan Dalam   jam 08.45 WITA
-     Keadaan Vagina                             : Tidak teraba tumor/massa
-     Arah Serviks                                   : anterior
-     Pembukaan serviks                       : 4 cm
-     Selaput ketuban                             : (+)
-     Persentasi                                       : bokong
-     Penurunan persentasi                    : H-II
-     Posisi titk penunjung                       : Sackrum
-     Keadaan panggul dalam
-     Promontorium                            : tidak teraba
-     Spina Ischiadika                                    : tidak menonjol
-     Lengkung sacrum                      :Konkaf(Cekung)
-     Dinding samping panggul          :Tidak teraba tumor/massa
-     Arkus pubis dan Os Pubis         : > 900
    
C.   Analisa Data
Diagnosa Kebidanan      : Ny. M G1P0A0 Hamil 26 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan IUFD
Masalah                         :  Tidak ada
Kebutuhan                      :  KIE dan Kolaborasi dengan dr. SpOG
                                                                                  
D.   Penatalaksanaan
1.   Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu, keadaan umum: baik, kesadaran: CM, TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, S: 36,5°C, DJJ: tidak terdengar, VT: pembukaan 4 cm, dan memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi janin tidak dapat dipertahankan lagi karena denyut jantung janin sudah tidak terdengar sehingga janin harus segera dilahirkan.
Pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2.   Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa salah satu penyebab terjadinya IUFD adalah usia kehamilan yang beresiko yaitu <20 tahun dan >35 tahun dan kurangnya pemantauan selama kehamilan.
  “Keluarga dan pasien sudah mengetahui penjelasan yang diberikan
3.   Melakukan kolaborasi dengan dr.Deddy SpOG untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu pemasangan infus RL 28 TPM, drip oksitosin 10 IU, dan melakukan pemantauan untuk pertolongan persalinan secara spontan pervaginam.
Kolaborasi dengan dokter telah dilakukan
4.   Memberikan motivasi dan dukungan emosional kepada ibu dan keluarganya
”Ibu dan keluarga dapat menerima kondisi saat ini”
5.   Mempersiapkan proses persalinan
“Persiapan persalinan sudah dilakukan”
6.   Melakukanpendokumentasian        
“Pendokumentasian sudah dilakukan”



CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl/jam
Catatan Perkembangan
1.
Selasa
04 Juli 2017
Jam :13.00
Wita
S : ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan ada rasa ingin BAB.
O :
a.    KU : baik
b.    Kesadaran : Compos Mentis
c.    TTV : TD : 120/80 mmHg. R : 20 x/m , N : 88 x/m , S : 36,70C
d.    His : 3 x/10 mnt/30 dtk,
e.    kepala : hodge III
f.     VT : pembukaan lengkap
g.    Ketuban : keruh
h.    DJJ : tidak terdengar
i.      Genetalia : tampak tanda gajala kala II, dan pada pemeriksaan dalam pembukan lengkap
A : P1A0  inpartu Kala II (pengeluaran bayi)
P :
1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TTV : TD : 120/80 mmHg. R : 24x/m , N : 88 x/m , S : 36 0C,  DJJ : 140 x/m
“ ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2.    Memastikan kelengkapan alat dan obat-obatan, menggunakan pelindung diri, dan menghisap oksitosin 10 unit ke dalam spuit
“peralatan sudah lengkap”
3.    Menyiapkan ibu dan keluarga untuk proses persalinan.
a.   Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap
b.   Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu
c.    Melakukan pimpinan mengedan saat ada dorongan yang kuat untuk mengedan dan jika his berhenti anjurkan ibu istirahat
“ibu sudah siap menghadapi persalinan”
4.    Menyiapkan pertolongan kelahiran bayi
a.    Apabila bagian terbawah janin terlihat 5-6 cm didepan vulva, segera siapkan duk/alas dibawah bokong ibu dan lampin untuk bayi di atas perut ibu
b.    Saat bagian terbawah janin membuka vulva, tahan perinium ibu dengan tangan kanan dan tangan kiri menahan bagian symphisis
c.    Lahir bayi seluruhnya jam 13.30 Wita,
Bayi lahir spontan bokong, dalam keadaan meninggal.
5.    Asuhan bayi baru lahir
a.    melakukan penilaian sepintas
b.   menilai derajat maserasi pada bayi dan di dapatkan stadium maserasi l yaitu timbul lepuh pada kulit bayi
“Asuhan sudah diberikan”
6.      Memberitahukan bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 U di 1/3 paha dan disuntik.
7.    Melakukan pemotongan tali pusat dengan di klem di dua tempat dan dipotong 2-3 cm dari punting tali pusat.
“Tali pusat sudah di potong”
8.    Menimbang bayi dan mengukur panjang bayi.
“BB 1200 gram, PB 26 cm dan JK Laki-laki
2
Jam 13.30 Wita
S  : ibu mengatakan perutnya masih terasa mules
O :
a.    Kesadaran : Compos Mentis
b.    KU : baik
c.    TTV : TD : 110/80 mmHg. R : 20 x/m , N : 82 x/m , S : 36,50C
d.    His : Baik
e.    Genitalia : tidak ada oedem, dan tidak terdapat laserasi, pengeluaran darah mengalir, tali pusat nampak di depan vulva
f.     Abdomen :
-   TFU  : sepusat
-   His    : baik
-   Blass : Kosong
A : P1A0, kala III (pengeluaran plasenta)
P :
1.    Memberitahu ibu bahwa plasenta akan dilahirkan.
“ibu mengetahui plasenta akan dilahirkan”
2.    Melakukan MAK III
a.    Melakukan peregangan tali pusat dengan memindahkan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari depan vulva, dan satu tangan melakukan dorso cranial untuk menahan fundus.Setalah di lakukan PTT tali pusat terputus dan plasenta tidak dapat lahir spontan.
3.    Melakukan kolaborasi dengan dr.Deddy, Sp.OG
“ dokter menyarankan untuk dilakukan kuretase pada tanggal 5 Juli 2017”
4.    Memeriksa apakah ada laserasi jalan lahir
“tidak terdapat laserasi”
5.    Menilai perdarahan segera
“perdarahan kala III ± 80 ml.”
3
Jam 13.40WIB
S : ibu mengatakan perutnya masih mules
O :
a.    Kesadaran : Compos Mentis
b.    KU : baik
c.    TTV : TD : 130/90 mmHg. R : 21 x/m , N : 84 x/m , S : 36,20C
d.    His : baik
e.    Abdomen
-   TFU          : sepusat
-   Kontraksi  : baik
-   Blass         : kosong
A : P1A0 Kala IV (pengawasan)
P :
1.    Memberitahu ibu bahwa plasenta belum lahir dan ibu masih dalam m+asa pengawasan.
“ibu mengetahui penjelasan yang diberikan”
2.    Memberikan terapi post partum Ceftriaxone 2x1 dan ketorolac 2x1
“terapi sudah diberikan”
3.    Membersihkan dan merapikan ibu
”ibu telah dibersihkan dan dirapikan”
4.    Melakukan observasi setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Mengobservasi TD, nadi, suhu, TFU, kontraksi, blass, dan perdarahan.
“observasi telah dilakukan”
5.    Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup untuk asupan nutrisi tubuh ibu.
“ibu bersedia untuk makan dan minum”
6.    Melakukan pencegahan infeksi dengan merendam alat partus dalam larutan klorin selama 10 menit, kemudian air sabun sambil disikat, kemudian dibilas dengan air bersih, dan mensterilkan alat.
“pencegahan infeksi telah dilakukan”
7.    Melakukan pendokumentasian ke dalam lembar partograf.
“pendokumentasian telah dilakukan”


Catatan Perkembangan Kala IV
Jam ke
Waktu
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Tinggi Fundus Uteri
Kontraksi Uterus
Kandung Kemih
Darah yg Keluar
1
13.55
110/80
81
36,70C
sepusat
Baik
100cc
Normal
14.10
110/80
85

Sepusat
Baik
Kosong
Normal
14.25
110/70
82
Sepusat
Baik
Kosong
Normal
14.40
120/70
81
Sepusat
Baik
Kosong
Normal
2
15.10
120/80
83
36,80C
Sepusat
Baik
Kosong
Normal
15.40
110/80
85

sepusat
Baik
50cc
Normal





BAB IV
PEMBAHASAN
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas/ berat janin 1000 gram. IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Moechtar, 2012).
Pada pasien Ny.M, pada tanggal 04 Juli 2017 datang dengan keluhan, ibu mengatakan hamil kurang lebih 6 bulan datang ke puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya seperti biasa, dari hasil pemeriksaan dikatakan bahwa berat badan janin tidak sesuai dengan usia kehamilannya, dan denyut jantung janin tidak terdengar, kemudian ibu dianjurkan oleh petugas untuk memeriksakan dirinya ke poli kandungan RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin, setelah dilakukan pemeriksaan di poli kandungan dokter mengatakan bahwa denyut jantung janin sudah tidak terdengar, dengan kata lain ibu mengalami IUFD atau kematian janin dalam rahim, dan ibu masuk rumah sakit sesampainya di ruang bersalin kemudian dilakukan pemeriksaan yaitu:    TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S :  36,70C, L1 : sepusat (19 cm). L2 : PU-KI, L3 : Pres-Bok, L4 : bokong belum masuk PAP, DJJ : tidak terdengar, TBJ : (19-12) x 155 = 1.085 gram, HIS : 2 kali dalam 10 menit lamanya 10 detik, VT : Ø 4 cm, ketuban (+). Dengan diagnosa Ny. M G1P0A0 hamil 26 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan IUFD. HPHT ibu pada tanggal 04-01-2017, HPL 11-10-2017. Dengan diagnosa G1P0A0 hamil 26 minggu inpartu kala I fase aktif dengan IUFD. Menegakakan diagnosa IUFD dikarenakan dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil DDJ sudah tidak terdengar dan hasil dari USG dokter menyatakan bahwa janin sudah mati.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.M sesuai dengan advis dokter yaitu di lakukan terminasi kehamilan, dengan pemberian inf RL drip Oksitosin 10 UI 28 TPM pada jam 02.30 Wita. Penatalaksanaan yang dilakukan di RS telah sesuai dengan teori Nugroho (2012) yaitu dilakukannya terminasi kehamilan secara spontan karena tidak ada indikasi ibu untuk dilakukan persalinan secara SC, untuk usia kehamilan 20 – 28 minggu dilakukan pemberian misoprostol 100 mg intravaginal, selain pemberian misoprostol ibu juga diberikan infus dextrose 5%/RL drip oksitosin 5 IU.
Pada pukul 13.00 dilakukan pemeriksaan dalam karena ibu mengeluh kesakitan dan rasa ingin mengejan, didapatkan hasil VT : Ø 10 cm, ketuban (+) dan dilakukan amniotomi untuk memecahkan selaput ketuban, kepala di Hodge III, His: 3x/10mnt/30dtk. Pada pukul 13.30 bayi lahir spontan bokong dalam keadaan meninggal, jenis kelamin laki-laki, BB 1200 gram, PB 26 cm. Setelah di berikan Inj Oksitosin yang pertama bidan mencoba melahirkan plasenta, setelah di lakukan PTT talipusat terputus dan tidak dapat dilahirkan secara spontan sehingga di rencanakan kuretase pada tanggal 05 Juli 2017, perdarahan ± 80 cc, tidak ada leserasi jalan lahir. Pada kasus ini plasenta tidak dapat lahir spontan dikarenakan saat dilakukan PTT tali pusat terputus, setelah tali pusat terputus petugas berkolaborasi dengan dr SpOG untuk melaporkan keadaan pasien dengan tali pusat putus, advis dokter pasien dianjurkan untuk dilakukan kuretase pada besok hari yaitu tanggal 5 Juli 2017, dan di anjurkan untuk mengobservasi keadaan pasien, serta diberikan terapi ceftriaxone 1x1 dan ketorolac 1x1.
Observasi 2 jam post partum dimulai dari jam 13.55 WIB. Observasi KU : baik, TTV : normal, tinggi fundus : sepusat, kontraksi : baik, dan kandung kemih : kosong, PPV : Normal.
Dari tinjauan kasus yang dilakukan ibu didiagnosa mengalami IUFD atau kematian janin dalam rahim, karena usia kehamilan ibu masih muda yaitu 26 minggu dan ibu tidak merasakan adanya gerakan janin, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mochtar (2012) yang menyebutkan bahwa IUFD atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram dan tidak ada tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan dan bisa terjadi juga pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Salah satu penyebab yang bisa menyebabkan terjadinya IUFD adalah usia ibu yang berisiko, pada kasus ini usia ibu yaitu 19 tahun hal ini sejalan dengan teori Norwitz (2008) penyebab IUFD adalah umur ibu yang melebihi 30 tahun dan kurang dari 20 tahun. 


BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang kami lakukan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus pada Ny.M di ruang VK Bersalin. Pada tanggal 04 Juli 2017 pukul 08.30 Wita Ny.M mengatakan hamil kurang lebih 6 bulan datang ke puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya seperti biasa, dari hasil pemeriksaan dikatakan bahwa berat badan janin tidak sesuai dengan usia kehamilannya, dan denyut jantung janin tidak terdengar, kemudian ibu dianjurkan oleh petugas untuk memeriksakan dirinya ke poli kandungan, untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin, setelah dilakukan pemeriksaan di poli kandungan dokter mengatakan bahwa denyut jantung janin sudah tidak terdengar, dengan kata lain ibu mengalami IUFD atau kematian janin dalam rahim. Pada pemeriksaan didapatkan TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S :  36,70C, L1 : sepusat (19 cm). L2 : PU-KI, L3 : Pres-Bok, L4 : bokong belum masuk PAP, DJJ : tidak terdengar, TBJ : (19-12) x 155 = 1.085 gram, HIS : 2 kali dalam 10 menit lamanya 10 detik, VT : Ø 4 cm, ketuban (+). Dengan diagnosa Ny. M G1P0A0 hamil 26 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan IUFD. HPHT ibu pada tanggal 04-01-2017, HPL 11-10-2017.Dari hasil yang data subjektif dan data objektif dapat disimpulkan analisis data pada NY.M yaitu G1P0A0 hamil 26 minggu inpartu kala I fase aktif dengan IUFD. Asuhan kepada ibu dengan IUFD sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu melakukan terminasi kehamilan pada Ny.M dengan memberikan Inf RL drip Oksitosin 10UI 28 TPM.
B.   Saran
1.    Bagi rumah sakit
 Diharapkan mampu memberikan informasi kepada praktisi medis mengenai IUFD agar para praktisi medis dapat lebih cermat dan waspada dalam menangani kasus IUFD  untuk mendapatkan outcome yang optimal


2.    Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami IUFD
3.    Bagi pasien
Hendaknya memeriksakan kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan agar bisa terdeteksi secara dini bila ada komplikasi atau kelainan pada janin.
4.    Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya untuk memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada ibu yang mengalami IUFD
5.    Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai IUFD dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu IUFD yang telah diterima di pendidikan
  DAFTAR PUSTAKA
Asri Hidayati, Sujiyati. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Cunningham, F. Gary [et.al]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2012. Survei Deemografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Manuaba, C. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Moechtar R. 2012. Perdarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta: EGC.
Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nugroho. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Riskesdas. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Tahun 2007.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustak
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: YBP-SP.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar