expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS ASFIKSIA


DASAR TEORI
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

A.        Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.  

B.         Jenis Asfiksia
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1.          Asfiksia livida (biru)
2.          Asfiksia pallida (putih)

C.        Klsifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
1.          Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2.          Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3.          Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4.          Bayi normal dengan nilai APGAR 10
D.        Etiologi/ Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini
1.          Faktor ibu
a.           Preeklampsia dan eklampsia
b.          Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c.           Partus lama atau partus macet
d.          Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e.           Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2.          Faktor Tali Pusat
a.           Lilitan tali pusat
b.          Tali pusat pendek
c.           Simpul tali pusat
d.          Prolapsus tali pusat
3.          Faktor Bayi
a.           Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b.          Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c.           Kelainan bawaan (kongenital)
d.          Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
E.         Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh:
1.          Hilangnya sumber glikogen jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2.          Terjadinya asidosis metabolik akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3.          Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

F.         Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
1.          Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2.          Warna kulit kebiruan
3.          Kejang
4.          Penurunan kesadaran

G.        Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia/ hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1.          Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2.          Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.          Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

H.        Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
1.          Penafasan
2.          Denyut jantung
3.          Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
I.           Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.          Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
2.          Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
3.          Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
4.          Kotak alat resusitasi.
5.          Jam atau pencatat waktu.
J.          Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1.          Memastikan saluran terbuka Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2.          Memulai pernafasan Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan, Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3.          Mempertahankan sirkulasi Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara Kompresi dada dan Pengobatan

K.        Langkah-Langkah Resusitasi
1.          Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.          Sisihkan kain basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas datar.
3.          Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4.          Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.          Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6.          Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
a.           Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
b.          Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
c.           Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1)          100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
2)          60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
3)          60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4)          < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
5)          Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung: (Pertama) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi. (Kedua) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7.          Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8.          Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut    jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9.          Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10.      Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
11.      Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12.      Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

L.         Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1.          Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2.          Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain Alat pemanas siap pakai Oksigen Alat pengisap Alat sungkup dan balon resusitasi Alat intubasi dan  Obat-obatan

M.       Prinsip-prinsip Resusitasi yang Efektif :
1.          Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2.          Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesie
3.          Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4.          Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5.          Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

N.        Penilaian Bayi Untuk Tanda-Tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Tanda-tanda bayi sakit berat, meliputi:
1.          Sulit minum
2.          Sianosis sentral (lidah baru)
3.          Perut kembung
4.          Periode Apneu
5.          Kejang/ periode kejang-kejang kecil
6.          Merintih
7.          Perdarahan
8.          Sangat kuning
9.          Berat badan lahir < 1500 gram

O.        Skoring APGAR bayi baru lahir
Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
Akronim
Warna kulit
seluruhnya biru
warna kulit tubuh normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki kebiruan (
akrosianosis)
warna kulit tubuh, tangan, dan kaki
normal merah muda, tidak ada
sianosis
Appearance
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Pulse
Respons  refleks
tidak ada respons stimulasi
meringis/ menangis lemah ketika distimulasi
meringis/bersin/ batuk saat stimulasi saluran napas
Grimace
lemah/ tidak ada
sedikit gerakan
bergerak aktif
Activity
Pernapasan
tidak ada
lemah atau tidak teratur
menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
Respiration
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah
Interpretasi
Catatan
7-10
Bayi normal

4-6
Agak rendah
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.
0-3
Sangat rendah
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didesain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.


P.         Peran Bidan Dalam melakukan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir :
1.          Pelayanan neonatus serta tatalaksana yang dapat dilakukan,meliputi :
a.           Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
b.          Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
c.           Membersihkan jalan nafas,mempertahankan bayi bernafas spontan
d.          Pemberian asi dini dalam 30 menit setelah melahirkan
e.           Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian asi eksklusif.
2.          Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari
3.          Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian asi eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan pendamping asi (mpasi) untuk bayi di atas 6 bulan.
4.          Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.
5.          Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan, sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes RI. 2002. “Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga”. Depkes
Judha M, Sudarti. 2012. “Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita”. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1987. ”Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana”. EGC: Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinobsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid 1”. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 1997. ”Ilmu Kebidanan”.  Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar