DASAR TEORI
ABORTUS
A.
Definisi
Istilah abortus
dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 22 minggu. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut Abortus spontan.
Abortus Buatan adalah
pengakhiran kehamilan sebelum 22 minggu akibat tindakan. Abortus Terapeutik adalah abortus buatan yang
dilakukan atas indikasi medis.
B.
Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat
dibagi menjadi berikut :
1.
Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan
kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam
pertumbuhan sebagai berikut:
a.
Kelainan Kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromoson seks.
b.
Lingkungan Kurang Sempurna
Bila lingkungan endometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan hasil
konsepsi terganggu.
c.
Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan Pengaruh Teratogen.
- Kelainan Plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi
chorialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bias terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
- Penyakit Ibu
Misalnya pada :
a.
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, dan sebagainya.
b. Keracuna
Pb, nikotin, gas racun, alcohol dan lain-lain.
c.
Ibu
yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia
gravis.
d.
Malnutrisi,
avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipertiroid, kekurangan vitamin A, C,
E, dan Diabetes Melitus
4. Kelainan
genetalia ibu :
Misalnya pada ibu yang menderita
a. Anomali congenital (hipoplasia uteri,
uterus bicornis, dan lain lain)
b. Kelainan letak dari uterus seperti
Retrofleksia uteri fiksata.
c. Tidak sempurna kesiapan uterus dalam
menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone
atau estrogen, endometritis, mioma submokosa.
d.
Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola).
e. Distorsio uterus, misalnya karma terdoromg
oleh tumor pelvis.
5. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan
uterus berkontraksi.
Misalnya:
a. Sangat terkejut, obat- obatan uterotonika,
ketakutan, laparotomi dan lain lain.
b.
Karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin
rusak langsung karena instrumen, benda dan obat – obatan.
C.
Patifisiologi
Pada permulaan, terjadi
perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya,
kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda
asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah
8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena villi chorialis belum menembus
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak
dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu
banyak terjadi perdarahan.
D.
Klasifikasi
Abortus dapat dibagi
atas 2 golongan yaitu :
1. Abortus
Provocatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai
obat-obatan maupun alat- alat. Abortus
ini terbagi lagi menjadi :
a.
Abortus Medisinalis (Abortus Therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis).
b.
Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2. Abortus
Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak
didahului factor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan
oleh factor-faktor ilmiah.
E.
Gambaran
Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas :
1.
Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong. Diagnosis dapat dipermudah apabila
hasil konsepsi dapat diperiksa bahwa semuanya sudah keluar lengkap.
Gejala :
a.
Osteum uteri eksternum tertutup
b.
Perdarahan sedikit
c.
Uterus mengecil
d.
Tidak teraba adanya jaringan
Terapinya
:
a.
Uterotonika
b.
Kalau anemia beri Sulfat Ferrosus
2.
Abortus Inkomplitus (Keguguran Bersisa)
Artinya hanya sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plesenta.
Gejala
:
Didapati antara lain
adalah amenorea, sakit perut dan mules, perdarahan yang bisa sedikit atau
banyak dan biasanya berupa stolsel, sudah ada keluar fetus atau jaringan, pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provocatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli akan sering terjadi infeksi.
Pada pemeriksaan dalam
(VT) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadanga dapat
diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau cavum uteri, serta
uterus yang berukuran lebih kecil dari yang seharusnya.
Terapi
:
Bila tanda-tanda syok
maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian keluarkan
jaringan secepat mungkin dengan metode digital atau curettage. Setelah itu beri
obat-obatan uterotonika dan antibiotika.
3.
Abortus Incipiens (Keguguran Sedang Berlangsung)
Artinya abortus yang sedang berlangsung,
dengan ostium sudah terbuka dan ketuban sudah teraba. Kehamilan tidak dapat
dipertahankan lagi.
Gejala
:
a.
Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
b. Nyeri karena kontraksi rahim yang kuat
c.
Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
Terapi
:
a.
Seperti pada abortus incomplitus.
4.
Abortus Imminens
(Keguguran Mengancam)
Artinya keguguran yang mengancam dan akan
terjadi.
Gejala
:
a.
Perdarahan sedikit
b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada
atau sedikit sekali.
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. Tidak diketemukan kelainan pada serviks.
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obatan hormonal dan anti spasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih
ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan dua kali berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(curettage).
5.
Missed Abortion
Artinya keadaan dimana janin sudah mati,
tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih.
Fetus yang meninggal ini :
a.
Bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah
fetus mati.
b.
Bisa diresorbsi kembali hingga hilang
c.
Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut Fetal
Papyraceus
d. Bisa terjadi mola karnosa, dimana fetus
yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala
:
Dijumpai Amenorea,
perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaanya, serta selama
observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tanbah rendah.
Kalau tadinya ada
gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang diiringi dengan reaksi kehamilan
yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah kematian fetus. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada
darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi :
Berikan obat denagn maksud agar terjadi his
sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan
dilatasi dan curettage. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya
pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi :
Bisa timbul hipo atau afibrinogemia. Fetus yang
sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan
curettage.
6.
Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)
Artinya keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali
atau lebih.
Etiologinya :
a. Kelainan dari ovum atau spermatozoa,
dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis.
b. Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu
difungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis.
Pemeriksaan
:
a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada
tidaknya mioma uterus submukosa dan anomaly congenital.
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk
mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyriodea.
c.
Psiko analis.
Terapi
:
Pengobatan pada
kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasinya jika dilakuakn
sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alcohol sebaiknya
dikurangi atau dihentikan.
7.
Abortus Infeksiosa dan Abortus Septik
Artinya keguguran
disertai infeksi berat dengan peyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran
darah atau peritoneum. Hal ini
sering ditemukan pada abortus inkomplitus, abortus buatan, terutama yang
kriminalis.
Diagnosis :
a.
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan
yang telah ditolong di luar rumah sakit.
b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka,
teraba jaringan, perdaraha dan sebagainya.
c. Tanda-tanda infeksi berat alat genita :
demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan,
lekositosis.
d. Pada abortus septic : kelihatan sedikit
berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, TD turun sampai syok,.
Untuk mengetahui kuman penyebab perlu diadakan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
Terapi :
Pada Abortus Infeksiosa :
a.
Bila ada perdarahan banyak, hendaknya diberi infuse dan
transfuse darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika (pilihan)
:
c. Curettage dilakukan dalam 6 jam dan
penanganan demikian dapat dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa
abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrotis yang bertindak
sebagai pembiakan bagi jasad renik.
d. Pemberian antibiotika diteruskan sampai
febris tidak ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam
2 hari.
Pada Abortus Septik :
a.
Pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi. Sambil
menunggu hari pembiakan, dapat diberikan antibiotika yang tepat, dapat
diberikan Sulbenicillin 3X2 gram. Antibiotika ini terbukti masih ampuh dan
berspektrum luas untuk aerob dan anaerob.
b.
Pada kasus dengan tetanus, maka selain pengobatan
diatas perlu diberikan ATS, irigasi dengan peroksida (H2O2) dan histerektomi
total secepatnya.
F. Komplikasi Abortus
1.
Perdarahan (Haemorrhage)
2.
Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan
curettage yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli.
3.
Infeksi
4.
Syok : syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan
(syok hemoragik) dank arena infeksi berat.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiyati, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta
Muchtar Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri
Patologi Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar ASKEB I:
Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medik
Sarwono, R. Prawiro.
2003. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin, AB. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar