expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI ABORTUS


DASAR TEORI
ABORTUS

A.    Definisi
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 22 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut Abortus spontan.
Abortus Buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 22 minggu akibat tindakan. Abortus Terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medis.

B.     Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi berikut :
1.      Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan sebagai berikut:
a.       Kelainan Kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromoson seks.
b.      Lingkungan Kurang Sempurna
Bila lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan hasil konsepsi terganggu.
c.       Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan Pengaruh Teratogen.
  1. Kelainan Plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi chorialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bias terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

  1. Penyakit Ibu
Misalnya pada :
a.       Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, dan sebagainya.
b.      Keracuna Pb, nikotin, gas racun, alcohol dan lain-lain.
c.       Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
d.      Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipertiroid, kekurangan vitamin A, C, E, dan Diabetes Melitus
4.      Kelainan genetalia ibu :
Misalnya pada ibu yang menderita
a.       Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bicornis, dan lain lain)
b.      Kelainan letak dari uterus seperti Retrofleksia uteri fiksata.
c.       Tidak sempurna kesiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, mioma submokosa.
d.      Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola).
e.       Distorsio uterus, misalnya karma terdoromg oleh tumor pelvis.
5.      Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi.
Misalnya:                                                                
a.       Sangat terkejut, obat- obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi dan lain lain.
b.      Karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat – obatan.

C.    Patifisiologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena villi chorialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu banyak terjadi perdarahan.

D.    Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
1.      Abortus Provocatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-  alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a.       Abortus Medisinalis (Abortus Therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b.      Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2.      Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor ilmiah.

E.     Gambaran Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas :
1.      Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa bahwa semuanya sudah keluar lengkap.
Gejala :
a.       Osteum uteri eksternum tertutup
b.      Perdarahan sedikit
c.       Uterus mengecil
d.      Tidak teraba adanya jaringan
Terapinya :
a.       Uterotonika
b.      Kalau anemia beri Sulfat Ferrosus
2.      Abortus Inkomplitus (Keguguran Bersisa)
Artinya hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plesenta.
Gejala :
Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut dan mules, perdarahan yang bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel, sudah ada keluar fetus atau jaringan, pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provocatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli akan sering terjadi infeksi.
Pada pemeriksaan dalam (VT) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadanga dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau cavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari yang seharusnya.
Terapi :
Bila tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital atau curettage. Setelah itu beri obat-obatan uterotonika dan antibiotika.
3.      Abortus Incipiens (Keguguran Sedang Berlangsung)
Artinya abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban sudah teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Gejala :
a.       Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
b.      Nyeri karena kontraksi rahim yang kuat
c.       Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
Terapi :
a.       Seperti pada abortus incomplitus.
4.      Abortus  Imminens (Keguguran Mengancam)
Artinya keguguran yang mengancam dan akan terjadi.
Gejala :
a.       Perdarahan sedikit
b.      Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
c.       Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d.      Tidak diketemukan kelainan pada serviks.
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obatan hormonal dan anti spasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan dua kali berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan (curettage).

5.      Missed Abortion
Artinya keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini :
a.       Bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
b.      Bisa diresorbsi kembali hingga hilang
c.       Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut Fetal Papyraceus
d.      Bisa terjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan  mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala :
Dijumpai Amenorea, perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaanya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tanbah rendah.
Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah kematian fetus. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi :
Berikan obat denagn maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan curettage. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi :
Bisa timbul hipo atau afibrinogemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan curettage.
6.      Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)
Artinya keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Etiologinya :
a.       Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis.
b.      Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu difungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis.

Pemeriksaan :
a.       Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomaly congenital.
b.      BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyriodea.
c.       Psiko analis.
Terapi :
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasinya jika dilakuakn sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
7.      Abortus Infeksiosa dan Abortus Septik
Artinya keguguran disertai infeksi berat dengan peyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkomplitus, abortus buatan, terutama yang kriminalis.
Diagnosis :
a.       Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.
b.      Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdaraha dan sebagainya.
c.       Tanda-tanda infeksi berat alat genita : demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis.
d.      Pada abortus septic : kelihatan sedikit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, TD turun sampai syok,. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu diadakan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.
Terapi :
Pada Abortus Infeksiosa :
a.       Bila ada perdarahan banyak, hendaknya diberi infuse dan transfuse darah.
b.      Pasien segera diberi antibiotika (pilihan) :
c.       Curettage dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrotis yang bertindak sebagai pembiakan bagi jasad renik.
d.      Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
Pada Abortus Septik :
a.       Pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi. Sambil menunggu hari pembiakan, dapat diberikan antibiotika yang tepat, dapat diberikan Sulbenicillin 3X2 gram. Antibiotika ini terbukti masih ampuh dan berspektrum luas untuk aerob dan anaerob.
b.      Pada kasus dengan tetanus, maka selain pengobatan diatas perlu diberikan ATS, irigasi dengan peroksida (H2O2) dan histerektomi total secepatnya.

F.     Komplikasi Abortus
            1.      Perdarahan (Haemorrhage)
            2.      Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli.
            3.      Infeksi
            4.      Syok : syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat. 


DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta
Muchtar Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar ASKEB I: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medik
Sarwono, R. Prawiro. 2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar