BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehamilan air ketuban
merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan janin dalam
kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air
ketuban sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui
keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.
Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi khorioamnioritis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas
dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu.
Menurut EASTMAN insidens PROM
(Premature Rupture of the Membrane) ini kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya
mencapai sekitar(24%). Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan
KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu
fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode
laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim. Persalinan prematuritas dan
selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi janin
dalam rahim. Oleh karena itu, tata laksana ketuban pecah dini memerlukan
tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematur dan
infeksi dalam rahim.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika
(2013) tentang Paritas dan Kelainan Letak menunjukkan hasil bahwa kejadian KPD
di Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2013 lebih banyak terjadi karena
kelainan letak (42,86%), dibandingkan dengan yang disebabkan bukan kelainan
letak (20,83%), sedangkan yang tidak mengalami KPD meskipun mengalami kelainan
letak sebanyak 57,14%,
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah
yang masih kontroversial dalam kebidanan, pengelolaan yang baku dan optimal
masih belum ada sehingga selalu berubah-ubah. Kematian
perinatal yang cukup tinggi, hal ini disebabkan antara lain karena kamatian
kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus
lama dan partus buatan sering kali meningkatkan mordilitas dan mortalitas pada
ibu.
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK dengan pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan
dengan SOAP.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mampu
melakukan pengkajian data subjektif pada pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD
PONEK
b.
Mampu
melakukan pengkajian data objektif pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD
PONEK
c.
Mampu
menganalisis data dan menetapkan
diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD
PONEK
d.
Mampu
melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD
PONEK
e.
Mampu
melakukan pendokumentasian pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD
PONEK
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman kerja di lapangan sehingga dapat menerapkan asuhan persalinan yang
sesuai dengan acuan teori.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberi informasi dan referensi sebagai bahan
pengembangan ilmu pengetahuan berikutnya.
3.
Petugas kesehatan
Dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan
sebagai tolak ukur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba,2014). Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu
kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010).
Ketuban merupakan hal yang
penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
1.
Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
2.
Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
3.
Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
4.
Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1.
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia
serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar.
2.
Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a.
Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b.
Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c.
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d.
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3.
Usia
Karakteristik pada ibu
berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan
maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal
bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia
tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia
seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan.
4. Sosial ekonomi
(Pendapatan)
Pendapatan merupakan
faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga.
Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi
kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas
kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
5. Paritas
Paritas adalah banyaknya
anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir.
Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara.
Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan
telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal
28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
(Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau
dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya
(Helen, 2008).
6. Anemia
Anemia pada kehamilan
adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal,
maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu
hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30%
sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil
yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah,
mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain
abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah,
cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan
abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah
dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta
dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes
RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi :
a) HB > 11 gr % tidak anemia
b) 9 - 10 gr % anemia ringan
c) 7 - 8 gr % anemia sedang
d) < 7 gr % anemia berat
7. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah
dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu
jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat
ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah
mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilanberikutnya (Helen, 2008).
C. PATOFIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan
kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi,
Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
D. KOMPLIKASI
Menurut (Manuaba, 2013) Komplikasi yang biasa terjadi pada
KPD meliputi :
1. Mudah terjadinya infeksi
intra uterin
2. Partus prematur
3. Prolaps bagian janin
terutama tali pusat
Menurut (Sarwono, 2010) terdapat tiga komplikasi utama yang
terjadi pada ketuban pecah dini yaitu :
1. Peningkatan morbiditas
neonatal oleh karena prematuritas
2. Komplikasi selama
persalinan dan kelahiran
3. Resiko infeksi baik pada
ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan
barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia
kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi :
1. Konserpatif
a. Pengelolaan konserpatif
dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus
di rawat dirumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampicilin
4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x
500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan
<32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan
32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negativ beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan
32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan
32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
h. Pada usia kehamilan
32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu,
induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda
infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri.
c. Bila skor pelvik < 5,
lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea
d. Bila skor pelvik > 5,
induksi persalinan, partus pervaginam
Sistem Penilaian Pelvik
Menurut Bishop
Faktor
|
Nilai
|
|||
0
|
1
|
2
|
3
|
|
Pembukaan (cm)
|
0
|
1-2
|
3-4
|
5-6
|
Penipisan/Pendataran (%)
|
0-30%
|
40-50%
|
60-70%
|
80%
|
Penurunan
|
-3
|
-2
|
-1/0
|
+1/+2
|
Konsistensi
|
Kuat
|
Sedang
|
Lunak
|
|
Posisi
|
Posterior
|
Pertengahan
|
Anterior
|
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG IGD PONE
Tanggal Pengkajian : Senin, 17 Juli 2017
Tempat : IGD Ponek
Jam Pengkajian : 10.20 WITA.
A.
DATA
SUBJEKTIF
1.
Identitas
Istri
|
Suami
|
|
Nama
Umur
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
|
Ny.
F
30
Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SMP
IRT
Desa
sampurna Rt,01 Rw.01 Kec, Pejangkit Kab. Batola
|
Tn.
M
28
Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SMP
Swasta
Desa
sampurna Rt,01 Rw.01 Kec, Pejangkit Kab. Batola
|
2.
Keluhan
utama
Ibu mengatakan keluar lendir darah
pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu .
3.
Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 22 tahun, dengan suami
sekarang sudah 8 tahun.
4.
Riwayat Haid
a.
Menarche : 12 tahun
b.
Siklus :
28 hari
c.
Teratur/ tidak : Teratur
d.
Lamanya :
6-7 hari
e.
Banyaknya :
2-3 kali ganti
pembalut/hari
f.
Dismenorhoe : Tidak
g. HPHT : 26-10-2016
5.
Riwayat Obstetri (GII PI A0)
No.
|
Thn
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Penyulit
Nifas
|
Ket
|
|||||||
UK
|
Penyulit
|
UK
|
Cara
|
Tempat/
Penolong
|
Penyulit
|
BB
(gr)
|
PB
(cm)
|
Seks
|
Keadaan
Lahir
|
||||
1.
|
2012
|
Aterm
|
-
|
Aterm
|
Spt-Bk
|
BPM/Bidan
|
-
|
2900
|
49
|
P
|
Hidup
|
-
|
|
2.
|
Kehamilan Sekarang
|
6.
Riwayat Kesehatan.
a.
Riwayat kesehatan ibu.
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit keturunan seperti asma, DM, jantung, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit
menular lainnya.
b.
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang
menderita penyakit keturunan seperti asma, DM, jantung, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit
menular lainnya.
7.
Keadaan Kehamilan Sekarang.
a.
Selama hamil ibu periksa di : Puskesmas
dan BPM
b.
Mulai periksa sejak usia kehamilan : 12 minggu
c.
Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I :
1 kali
Trimester II : 2 kali
Trimester III : 3 kali
d.
TT I : 20 minggu
e.
TT II :
24 minggu
f.
Keluhan/ masalah yang dirasakan ibu: Tidak
ada
8.
Pola Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Terakhir
makan dan minum : Pukul 08.30 WITA
2) Banyaknya : 1/2 piring
b. Eliminasi
1) BAB
a) Terakhir
BAB :
Pagi hari
b) Konsistensi : Lembek
c) Warna : Kuning
Kecoklatan
2) BAK
a)
Terakhir BAK :
1 jam yang lalu
b)
Warna : Kuning
jernih
c. Personal
hygiene
Terakhir mandi
dan gosok gigi : Sore hari
d. Aktifitas
Apa
yang dikerjakan ibu sejak keluar air : Berbaring
e. Tidur
dan istirahat
Berapa jam tidur
sejak keluar air : Tidak ada
f. Pola
seksual
Kapan terakhir berhubungan seksual : Ibu tidak ada melakukan
hubungan
seksual selama 1 bulan terakhir
9.
Data Psikososial dan spiritual
a.
Ibadah yang dilakukan ibu saat ini : Berdoa
b.
Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan
dilalui : Cemas
c.
Pengetahuan ibu tentang proses persalinan : Cukup
d.
Pendamping persalinan yang diharapkan ibu : Suami
e.
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
B.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum
a. Keadaan
umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat
badan
Sebelum
hamil : 48 kg
Sekarang : 59 kg
d. Tinggi
badan : 156 cm
e. LILA : 26 cm
f.
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80
mmHg, Nadi : 86 kali/menit,
Temperatur : 37,3 oC, Respirasi
: 23
kali/menit.
2. Pemeriksaan
Khusus
a.
Inspeksi
Kepala
|
:
|
Tampak bersih, tidak tampak benjolan abnormal, rambut
tidak rontok, pertumbuhan rambut merata.
|
||
Muka
|
:
|
Simetris, tidak tampak pucat, tidak tampak
odema.
|
||
Mata
|
:
|
Tampak
simetris, konjungtiva tidak tampak pucat, sklera
tidak tampak berwarna kuning.
|
||
Telinga
|
:
|
Tampak simetris, tidak tampak pengeluaran serumen.
|
||
Hidung
|
:
|
Tampak simetris, tampak bersih, tidak ada sekret/kotoran, tidak tampak pergerakan
cuping hidung.
|
||
Mulut
|
:
|
Bibir tampak pucat, tidak tampak sariawan, tampak
bersih.
|
||
Leher
|
:
|
Tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembengkakkan kelenjar tyroid.
|
||
Dada
|
:
|
Simetris, Tidak tampak retraksi dada saat inspirasi dan
ekspirasi.
|
||
Mammae
|
:
|
Simetris, tidak tampak benjolan abnormal,
puting susu menonjol.
|
||
Abdomen
|
:
|
Tidak tampak luka bekas operasi,
tampak linea nigra dan striae.
|
||
Ekstimitas atas
|
:
|
Simetris, jari tampak lengkap, gerak aktif.
|
||
Ekstrimitas bawah
|
:
|
Simetris, tidak tampak odema dan tidak tampak varises,
jari tampak lengkap dan gerak aktif.
|
||
Genitalia
|
:
|
Tidak tampak odema, terdapat pengeluaran
cairan, dan terdapat pengeluaran lendir darah pervaginam.
|
||
b.
Palpasi
Kepala
|
:
|
Tidak teraba benjolan abnormal dan tidak teraba nyeri tekan.
|
Leher
|
:
|
Tidak eraba
pembengkakkan kelenjar tiroid,
Tidak ada pembesaran vena jugularis.
|
Mammae
|
:
|
Tidak teraba benjolan abnormal, terdapat pengeluaran
colostrum.
|
Abdomen
|
:
|
|
- Leopold
I
|
:
|
TFU 3
jari dibawah procesus xiphoideus, teraba lunak, setengah bulat, tidak melenting
(bokong)
|
- Leopold
II
|
:
|
Bagian kanan perut ibu
teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan).
|
Bagian
kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin (Ekstrimitas).
|
||
-
Leopold
III
|
:
|
Bagian bawah perut ibu
teraba keras, bulat dan melenting
(Kepala).
|
-
Leopold
IV
|
:
|
Bagian terbawah janin
sudah masuk PAP (Devergen).
|
TFU
|
:
|
30
cm.
|
TBJ
|
:
|
(30-11)
x 155 = 2940 gram.
|
HIS
|
:
|
1
kali dalam 10 menit lamanya 20 detik
|
Tungkai
|
:
|
Tidak
ada odema dan varises.
|
b.
Auskultasi
DJJ (+), terdengar jelas, frekuensi 152 kali/menit
c.
Periksa dalam
Keadaan
vagina : Tidak
odema,
tidak teraba massa
Arah serviks : Anterior.
Promotorium : Tidak teraba
Pembukaan : 3 cm.
Ketuban : Negatif
Penurunan
presentasi (bidang Hodge) : Hodge I
Pengeluaran
Pervaginam : Lendir
darah (+)
3.
Pemeriksaan Penunjang
Cek
lakmus (+) pada kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru.
4.
Taksiran Partus : 02-08-2017
C.
ANALISA DATA
Diagnosa Kebidanan :
G2P1A0 Hamil 38
minggu Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan Ketuban Pecah Dini, Janin tunggal
hidup intra uterine
D.
PENATALAKSANAAN
- Membangun hubungan baik antara ibu dan bidan dengan cara menyambut dan menyapa ibu dengan ramah dan hangat.
”antara ibu dan bidan sudah terjalin
hubungan baik”
2.
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu yaitu tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 84 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, suhu 37,2oC, djj (+)
yaitu 152 kali/menit, pembukaan 3 cm, ketuban (-)
“Ibu mengetahui dan mengerti mengenai
hasil pemeriksaan yang dijelaskan”
3.
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
dengan cara makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga untuk mengedan saat
proses persalinan
“Ibu mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran yang telah diberikan”
4.
Mengajarkan ibu untuk tehnik relaksasi ketika ada his dengan cara menarik
nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut.
“Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan”
5. Konsul dengan dokter untuk pemberian
terapi :
a.
Pasang infus RL 20 tpm
b.
Pasang O2 nasal 3 liter/menit
c.
Injeksi Ceftriaxone 1 gr secara IV, dengan terlebih dahulu dilakukan
skintest antibiotik secara IC kepada ibu dan didapatkan hasil skintest
antibiotik negatif sehingga antibiotik dapat diberikan kepada ibu.
“Terapi telah diberikan”
6.
Memberikan KIE terhadap ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayi saat
ini. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekarang ibu mengalami KPD yang merupkan
ketuban pecah spontan sebelum dimulainya proses persalinan, dimana KPD
berpengaruh terhadap ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi infeksi intra uterin
sehingga ibu perlu menjaga kebersihan diri dan organ genitalia untuk
meminimalisir terjadi infeksi dan menjelaskan kemungkian dapat terjadi asfiksia
pada bayi sehingga bayi tidak segera menangis saat lahir.
“Ibu sudah memahami dan mengerti”
7. Melakukan pendokumentasian dengan metode
SOAP
“pendokumentasian sudah dilaksanakan
dengan metode SOAP”.
8. Pukul 12.25 WITA
Ibu dipindahkan keruang VK Bersali
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang proses
manajemen asuhan kebidanan pada kasus “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
dengan Ketuban Pecah Dini di ruang IGD Ponek” dengan membandingkan antara pelaksanaan asuhan kebidanan yang
diberikan dilahan dengan teori yang ada. Penulis telah melakukan manajemen
kebidanan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan Varney, meliputi :
A.
Pengkajian
Data Dasar
Penulis
telah melakukan pengkajian data, baik data subjektif maupun data objektif. Data
Subjektif yang telah didapatkan dari kasus yaitu Ny. F umur 30 tahun datang ke rumah sakit
bersama suami pada tanggal 17
Juli 2017 jam 10.00 wita, pasien mengatakan keluar
lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari
yang lalu. Ibu mengatakan HPHT 26-10-2016 jadi usia kehamilan
ibu sekarang adalah 38
minggu.
Data Objektif yang didapatkan yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, berat badan sebelum
hamil 48 kg dan berat badan sekarang 59 kg,
tinggi badan 155 cm,
LILA 26 cm, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, temperatur 37,3oC. Pemeriksaan penunjang cek lakmus (+)
sedangkan pemeriksaan khusus didapatkan pada abdomen yaitu : Leopold I TFU 3 jari dibawah procesus xiphoideus,
Leopold II didapat Bagian kanan
perut ibu teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin
(Ekstrimitas). Leopold III bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala) dan
Leopold IV bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen), Djj terdengar
jelas dan teratur frekuensi 154
kali/menit, HIS 1 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik, ketika vagina di inspeksi tampak
terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan periksa dalam didapatkan portio
tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3
cm, Ketuban (-) negative, penurunan kepala Hodge 1.
Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan Manuaba (2014) bahwa Ketuban Pecah Dini
(KPD) adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung. Ketuban
Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD Preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
B.
Diagnosa
Kebidanan
Pada data Subjektif maupun data Objektif
yang telah dikumpulkan kemudian disimpulkan dan diinterpretasikan sehingga
menjadi sebuah diagnosa kebidanan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Varney
(2007) bahwa diagnosa dirumuskan sesuai data yang didapat yang muncul dan
dihadapi pasien kemudian diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Pada kasus ini diagnosa kebidanan yang
ditegakkan yaitu G2 P1 A0 Hamil 38
minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah Dini, Janin tunggal intra
uterine. Hal ini sesuai pada pengkajian data diperoleh data dasar subjektifnya
yaitu ibu datang ke rumah sakit bersama suami pada tanggal 17 Juli 2017 jam 10.20 wita, pasien mengatakan keluar
lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari
yang lalu.
Kemudian
data objektif yang menjadi data dasar yaitu ketika vagina di inspeksi tampak
terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan periksa dalam didapatkan portio
tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3
cm, Ketuban (-) negative, penurunan kepala Hodge 1 dan hasil pemeriksaan
penunjang cek lakmus (+).
C.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang
diberikan yaitu berupa memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
yaitu Tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, suhu 37,3oC,
Djj 154
kali/menit, pembukaan 2 cm memberikan terapi yaitu : Pasang infus RL 20 tpm,
Pasang O2 nasal 3 liter/menit, Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr.
Evaluasi kemajuan persalinan. memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan
menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga untuk mengedan
saat proses persalinan, menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mencegah
penekanan pada vena cava interium dan mempercepat kemajuan persalinan,
mengajarkan ibu untuk tehnik relaksasi ketika ada his dengan cara menarik nafas
panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut. Masukan teori penatalaksanaan Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
yang diberikan kepada pasien Ny. F dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
tidak terdapat perbedaan antara teori dengan praktik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang kami
lakukan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus pada pasien Ny. E di ruang IGD PONEK. Pada tanggal 17 Juli 2017 pukul 10.20 Wita. Ny. F mengatakan keluar
lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari
yang lalu, dilakukan pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, berat badan sebelum hamil 48 kg dan
berat badan sekarang 59
kg, tinggi badan 155 cm, LILA 26 cm, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, temperatur 37,3oC. pemeriksaan penunjang cek lakmus sedangkan
pemeriksaan khusus didapatkan pada abdomen yaitu : Leopold I TFU 3 jari dibawah
procesus xiphoideus, Leopold
II didapat Bagian kanan perut
ibu teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan) dan
bagian kiri perut ibu
teraba bagian terkecil janin (Ekstrimitas). Leopold III bagian bawah perut ibu
teraba keras, bulat,
melenting (kepala) dan
Leopold IV bagian
terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen),
Djj terdengar jelas dan teratur frekuensi 154 kali/menit,
HIS 1 kali dalam 10
menit lamanya 20 detik, ketika
vagina di inspeksi tampak terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan
periksa dalam didapatkan portio tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3
cm, Ketuban (-) negative,
penurunan kepala Hodge 1. dilakukan manajem kala 1. Jam 12.25 ibu dipindahkan
keruang VK Bersalin. Jadi, asuhan kepada ibu bersalin hamil 38 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) diberikan
asuhan sesuai dengan teori yang ada.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD)
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan
tenaga kesehatan dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini dapat diterapkan dilapangan.
3. Bagi Mahasiswi
Diharapkan Mahasiswi untuk lebih
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada pasien dengan ketuban
pecah dini
DAFTAR PUSTAKA
J.Lenovo,Konnent.obstetri Wiliams.EGC.Jakarta,2009
Kartika, E, dkk. 2013. Paritas dan Kelainan Letak Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada
Lalage, Zerlina. 2013.menghadapi Kehamilan Resiko Tinggi.Klaten:
Abata Press
Manuaba.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirihardjo
Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar