expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Sabtu, 02 Maret 2019

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.F UMUR 30 TAHUN G2P1A0 UK 38 MINGGU INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN KPD (KETUBAN PECAH DINI DI RUANG IGD PONEK

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnioritis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu.
Menurut EASTMAN insidens PROM (Premature Rupture of the Membrane) ini kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya mencapai sekitar(24%). Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim. Persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi janin dalam rahim. Oleh karena itu, tata laksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematur dan infeksi dalam rahim.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2013) tentang Paritas dan Kelainan Letak menunjukkan hasil bahwa kejadian KPD di Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2013 lebih banyak terjadi karena kelainan letak (42,86%), dibandingkan dengan yang disebabkan bukan kelainan letak (20,83%), sedangkan yang tidak mengalami KPD meskipun mengalami kelainan letak sebanyak 57,14%,
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan, pengelolaan yang baku dan optimal masih belum ada sehingga selalu berubah-ubah. Kematian perinatal yang cukup tinggi, hal ini disebabkan antara lain karena kamatian kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan sering kali meningkatkan mordilitas dan mortalitas pada ibu.

B.     Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK dengan pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dengan SOAP.

2.   Tujuan Khusus
a.    Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK
b.    Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK
c.    Mampu menganalisis data dan menetapkan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK
d.    Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK
e.    Mampu melakukan pendokumentasian pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang IGD PONEK

C.     Manfaat
1.    Mahasiswa
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja di lapangan sehingga dapat menerapkan asuhan persalinan yang sesuai dengan acuan teori.
2.    Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberi informasi dan referensi sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan berikutnya.
3.    Petugas kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan sebagai tolak ukur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   PENGERTIAN
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,2014). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010).
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
1.   Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
2.   Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
3.   Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
4.   Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.

B.     ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1.   Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

2.   Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a.    Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b.    Gemelli
     Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.  (Saifudin. 2002)
c.    Makrosomia
      Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d.    Hidramnion
      Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3.    Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
4.    Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
5.    Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
6.    Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi :

a)    HB > 11 gr % tidak anemia
b)    9 - 10 gr % anemia ringan
c)    7 - 8 gr % anemia sedang
d)    < 7 gr % anemia berat
7.    Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilanberikutnya (Helen, 2008).

C.     PATOFIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi, Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

D.     KOMPLIKASI
Menurut (Manuaba, 2013) Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi :
1.    Mudah terjadinya infeksi intra uterin
2.    Partus prematur
3.    Prolaps bagian janin terutama tali pusat
Menurut (Sarwono, 2010) terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu :
1.    Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas
2.    Komplikasi selama persalinan dan kelahiran
3.    Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).

E.     MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).

F.     PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi :
1.    Konserpatif
a.      Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
b.      Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c.      Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d.      Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e.      Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f.       Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g.      Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
h.      Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2.    Aktif
a.    Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b.    Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri.
c.    Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
d.    Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

Sistem Penilaian Pelvik Menurut Bishop
Faktor
Nilai
0
1
2
3
Pembukaan (cm)
0
1-2
3-4
5-6
Penipisan/Pendataran (%)
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Penurunan
-3
-2
-1/0
+1/+2
Konsistensi
Kuat
Sedang
Lunak

Posisi
Posterior
Pertengahan
Anterior



BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG IGD PONE

Tanggal Pengkajian    : Senin,  17 Juli 2017     
Tempat                        : IGD Ponek
Jam Pengkajian          : 10.20 WITA. 
A.     DATA SUBJEKTIF
1.   Identitas

Istri
Suami
Nama
Umur
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Ny. F
30 Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SMP
IRT
Desa sampurna Rt,01 Rw.01 Kec, Pejangkit Kab. Batola
Tn. M
28 Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SMP
Swasta
Desa sampurna Rt,01 Rw.01 Kec, Pejangkit Kab. Batola

2.   Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu .

3.   Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 22 tahun, dengan suami sekarang sudah  8 tahun.
4.   Riwayat Haid
a.    Menarche              : 12 tahun
b.    Siklus                     : 28 hari
c.    Teratur/ tidak         : Teratur
d.    Lamanya               : 6-7 hari
e.    Banyaknya             : 2-3 kali ganti pembalut/hari
f.     Dismenorhoe         : Tidak
g.    HPHT                    : 26-10-2016
5.   Riwayat Obstetri (GII PI A0)
No.
Thn
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit Nifas
Ket
UK
Penyulit
UK
Cara
Tempat/ Penolong
Penyulit
BB (gr)
PB (cm)
Seks
Keadaan Lahir
1.
2012
Aterm
-
Aterm
Spt-Bk
BPM/Bidan
-
2900
49
P
Hidup
-

2.
Kehamilan Sekarang

6.   Riwayat Kesehatan.
a.   Riwayat kesehatan ibu.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti asma, DM, jantung, dan penyakit  menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menular lainnya.
b.   Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma, DM, jantung, dan penyakit  menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menular lainnya.

7.   Keadaan Kehamilan Sekarang.
a.   Selama hamil ibu periksa di                       : Puskesmas dan BPM
b.   Mulai periksa sejak usia kehamilan           : 12 minggu
c.   Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I                                      : 1 kali
Trimester II                                     : 2 kali
Trimester III                                    : 3 kali
d.   TT I                                                 : 20 minggu    
e.   TT II                                                : 24 minggu    
f.    Keluhan/ masalah yang dirasakan ibu: Tidak ada

8.   Pola Kebutuhan sehari-hari
a.   Nutrisi
1)  Terakhir makan dan minum                  : Pukul 08.30 WITA
2)  Banyaknya                                            : 1/2 piring

b.   Eliminasi
1)  BAB
a)  Terakhir BAB                                                : Pagi hari
b)  Konsistensi                                        : Lembek
c)  Warna                                               : Kuning Kecoklatan

2)  BAK
a)  Terakhir BAK                                                : 1 jam yang lalu
b)  Warna                                               : Kuning jernih
c.   Personal hygiene
 Terakhir mandi dan gosok gigi                 : Sore hari
d.   Aktifitas
Apa yang dikerjakan ibu sejak keluar air   : Berbaring
e.   Tidur dan istirahat
Berapa jam  tidur sejak keluar air              : Tidak ada
f.    Pola seksual
Kapan terakhir berhubungan seksual        : Ibu tidak ada melakukan
hubungan seksual selama 1 bulan terakhir

9.      Data Psikososial dan spiritual
a.   Ibadah yang dilakukan ibu saat ini                                             : Berdoa
b.   Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan dilalui    : Cemas
c.   Pengetahuan ibu tentang proses persalinan                              : Cukup
d.   Pendamping persalinan yang diharapkan ibu                            : Suami
e.   Pengambil keputusan dalam keluarga                                       : Suami

B.   DATA OBJEKTIF
1.    Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan umum                        : Baik
b.       Kesadaran                     : Composmentis
c.       Berat badan
Sebelum hamil               : 48 kg
Sekarang                       : 59 kg
d.       Tinggi badan                 : 156 cm
e.       LILA                                           : 26 cm

f.        Tanda vital       
Tekanan darah : 120/80 mmHg,         Nadi        : 86 kali/menit,
Temperatur     : 37,3 oC,                    Respirasi : 23 kali/menit.

2.    Pemeriksaan Khusus
a.   Inspeksi
Kepala
:
Tampak bersih, tidak tampak benjolan abnormal, rambut tidak rontok, pertumbuhan rambut merata.

Muka
:
Simetris, tidak tampak pucat, tidak tampak odema.
Mata
:
Tampak simetris, konjungtiva tidak tampak pucat, sklera tidak tampak berwarna kuning.
Telinga
:
Tampak simetris, tidak tampak pengeluaran serumen.
Hidung
:
Tampak simetris, tampak bersih, tidak ada sekret/kotoran, tidak tampak pergerakan cuping hidung.
Mulut
:
Bibir tampak pucat, tidak tampak sariawan, tampak bersih.
Leher
:
Tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembengkakkan kelenjar tyroid.
Dada
:
Simetris, Tidak tampak retraksi dada saat inspirasi dan ekspirasi.
Mammae
:
Simetris, tidak tampak benjolan abnormal, puting susu menonjol.
Abdomen
:
Tidak tampak luka bekas operasi, tampak linea nigra dan  striae.
Ekstimitas atas
:
Simetris, jari tampak lengkap, gerak aktif.
Ekstrimitas bawah
:
Simetris, tidak tampak odema dan tidak tampak varises, jari tampak lengkap dan gerak aktif.
Genitalia
:
Tidak tampak odema, terdapat pengeluaran cairan, dan terdapat pengeluaran lendir darah pervaginam.






b.   Palpasi
Kepala
:
Tidak teraba benjolan abnormal dan tidak teraba nyeri tekan.
Leher
:
Tidak eraba pembengkakkan kelenjar tiroid, Tidak ada pembesaran vena jugularis.
Mammae
:
Tidak teraba benjolan abnormal, terdapat pengeluaran colostrum.
Abdomen
:
 
-       Leopold I
:
TFU 3 jari dibawah procesus xiphoideus, teraba lunak, setengah bulat, tidak melenting (bokong)
-       Leopold II
:
Bagian kanan perut ibu teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan).


Bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin (Ekstrimitas).
-       Leopold III
:
Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat dan  melenting (Kepala).
-       Leopold IV
:
Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Devergen).
TFU
:
30 cm.
TBJ
:
(30-11) x 155 = 2940 gram.
HIS
:
1 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik
Tungkai
:
Tidak ada odema dan varises.
b.    Auskultasi
DJJ (+), terdengar jelas, frekuensi 152 kali/menit

c.      Periksa dalam
Keadaan vagina    : Tidak  odema, tidak teraba massa
Arah serviks          : Anterior.
Promotorium         : Tidak teraba
Pembukaan          : 3 cm.
Ketuban                 : Negatif
Penurunan presentasi (bidang Hodge)     : Hodge I
Pengeluaran Pervaginam                         : Lendir darah (+)

3.    Pemeriksaan Penunjang
Cek lakmus (+) pada kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru.

4.    Taksiran Partus         : 02-08-2017

C.   ANALISA DATA
 Diagnosa Kebidanan   : G2P1A0 Hamil 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Laten    dengan Ketuban Pecah Dini, Janin tunggal hidup intra uterine
D.   PENATALAKSANAAN
  1. Membangun hubungan baik antara ibu dan bidan dengan cara menyambut dan menyapa ibu dengan ramah dan hangat.
”antara ibu dan bidan sudah terjalin hubungan baik”
2.       Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, suhu 37,2oC, djj (+) yaitu 152 kali/menit, pembukaan 3 cm, ketuban (-)
“Ibu mengetahui dan mengerti mengenai hasil pemeriksaan yang dijelaskan”

3.       Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan cara makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga untuk mengedan saat  proses persalinan
“Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan”

4.       Mengajarkan ibu untuk tehnik relaksasi ketika ada his dengan cara menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut.
“Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan”

5.    Konsul dengan dokter  untuk pemberian terapi :
a.    Pasang infus RL 20 tpm
b.    Pasang O2  nasal 3 liter/menit
c.    Injeksi Ceftriaxone 1 gr secara IV, dengan terlebih dahulu dilakukan skintest antibiotik secara IC kepada ibu dan didapatkan hasil skintest antibiotik negatif sehingga antibiotik dapat diberikan kepada ibu.
Terapi telah diberikan”
6.       Memberikan KIE terhadap ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayi saat ini. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekarang ibu mengalami KPD yang merupkan ketuban pecah spontan sebelum dimulainya proses persalinan, dimana KPD berpengaruh terhadap ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi infeksi intra uterin sehingga ibu perlu menjaga kebersihan diri dan organ genitalia untuk meminimalisir terjadi infeksi dan menjelaskan kemungkian dapat terjadi asfiksia pada bayi sehingga bayi tidak segera menangis saat lahir.
“Ibu sudah memahami dan mengerti”

7.    Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP
“pendokumentasian sudah dilaksanakan dengan metode SOAP”.
8.    Pukul 12.25 WITA
Ibu dipindahkan keruang VK Bersali
 


BAB IV
PEMBAHASAN

     Pada bab ini akan dibahas tentang proses manajemen asuhan kebidanan pada kasus “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di ruang IGD Ponek” dengan membandingkan antara pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan dilahan dengan teori yang ada. Penulis telah melakukan manajemen kebidanan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan Varney, meliputi :

A.   Pengkajian Data Dasar
       Penulis telah melakukan pengkajian data, baik data subjektif maupun data objektif. Data Subjektif yang telah didapatkan dari kasus yaitu Ny. F umur 30 tahun datang ke rumah sakit bersama suami pada tanggal 17 Juli  2017 jam 10.00 wita, pasien mengatakan keluar lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu. Ibu mengatakan HPHT 26-10-2016 jadi usia kehamilan ibu sekarang adalah 38 minggu.

       Data Objektif yang didapatkan yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan sebelum hamil 48 kg dan berat badan sekarang 59 kg, tinggi badan 155 cm, LILA 26 cm, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, temperatur 37,3oC. Pemeriksaan penunjang cek lakmus (+) sedangkan pemeriksaan khusus didapatkan pada abdomen yaitu : Leopold I  TFU 3 jari dibawah procesus xiphoideus, Leopold II didapat Bagian kanan perut ibu teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin (Ekstrimitas). Leopold III bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala) dan Leopold IV bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen), Djj terdengar jelas dan teratur frekuensi 154 kali/menit, HIS 1 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik, ketika vagina di inspeksi tampak terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan periksa dalam didapatkan portio tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3 cm, Ketuban (-) negative, penurunan kepala Hodge 1.

       Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Manuaba (2014) bahwa Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD Preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

B.   Diagnosa Kebidanan
       Pada data Subjektif maupun data Objektif yang telah dikumpulkan kemudian disimpulkan dan diinterpretasikan sehingga menjadi sebuah diagnosa kebidanan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Varney (2007) bahwa diagnosa dirumuskan sesuai data yang didapat yang muncul dan dihadapi pasien kemudian diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

       Pada kasus ini diagnosa kebidanan yang ditegakkan yaitu G2 P1 A0 Hamil 38 minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah Dini, Janin tunggal intra uterine. Hal ini sesuai pada pengkajian data diperoleh data dasar subjektifnya yaitu ibu datang ke rumah sakit bersama suami pada tanggal 17 Juli  2017 jam 10.20 wita, pasien mengatakan keluar lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu.
       Kemudian data objektif yang menjadi data dasar yaitu ketika vagina di inspeksi tampak terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan periksa dalam didapatkan portio tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3 cm, Ketuban (-) negative, penurunan kepala Hodge 1 dan hasil pemeriksaan penunjang cek lakmus (+).

C.   Penatalaksanaan
       Penatalaksanaan yang diberikan yaitu berupa memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga yaitu Tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, suhu 37,3oC, Djj 154 kali/menit, pembukaan 2 cm memberikan terapi yaitu : Pasang infus RL 20 tpm, Pasang O2  nasal 3 liter/menit, Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr. Evaluasi kemajuan persalinan. memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga untuk mengedan saat  proses persalinan, menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mencegah penekanan pada vena cava interium dan mempercepat kemajuan persalinan, mengajarkan ibu untuk tehnik relaksasi ketika ada his dengan cara menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan lewat mulut. Masukan teori penatalaksanaan Asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang diberikan kepada pasien Ny. F dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) tidak terdapat perbedaan antara teori dengan  praktik.

 

BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
       Berdasarkan pembahasan yang kami lakukan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus pada pasien Ny. E di ruang IGD PONEK. Pada tanggal 17 Juli 2017 pukul 10.20 Wita. Ny. F mengatakan keluar lendir darah pervaginam dan keluar air air dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu, dilakukan pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan sebelum hamil 48 kg dan berat badan sekarang 59 kg, tinggi badan 155 cm, LILA 26 cm, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 23 kali/menit, temperatur 37,3oC. pemeriksaan penunjang cek lakmus sedangkan pemeriksaan khusus didapatkan pada abdomen yaitu : Leopold I TFU 3 jari dibawah procesus xiphoideus, Leopold II didapat Bagian kanan perut ibu teraba keras dan memanjang (Punggung Kanan) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin (Ekstrimitas). Leopold III bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala) dan Leopold IV bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen), Djj terdengar jelas dan teratur frekuensi 154 kali/menit, HIS 1 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik, ketika vagina di inspeksi tampak terlihat keluar air dari jalan lahir, dilakukan periksa dalam didapatkan portio tebal, promotorium tidak teraba, pembukaan 3 cm, Ketuban (-) negative, penurunan kepala Hodge 1. dilakukan manajem kala 1. Jam 12.25 ibu dipindahkan keruang VK Bersalin. Jadi, asuhan kepada ibu bersalin hamil 38 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) diberikan asuhan sesuai dengan teori yang ada.

B.  Saran
1.   Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
2.    Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dapat diterapkan dilapangan.
3.    Bagi Mahasiswi
Diharapkan Mahasiswi untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada pasien dengan ketuban pecah dini
 



DAFTAR PUSTAKA

J.Lenovo,Konnent.obstetri Wiliams.EGC.Jakarta,2009

Kartika, E, dkk. 2013. Paritas dan Kelainan Letak Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada

Lalage, Zerlina. 2013.menghadapi Kehamilan Resiko Tinggi.Klaten: Abata Press

Manuaba.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo

Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP











 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar