expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI IBU NIFAS MASTITIS


DASAR TEORI
KOMPLIKASI MASA NIFAS MASTITIS
A.    Latar Belakang
Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Semakin disertai bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin mennyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak perlu.
Dasar teori ini dimaksud untuk mengumpulkan informasi yang tersedia tentang mastitis laktasional dan kondisi-kondisi terkait serta penyebabnya, untuk menuntun penatalaksanaan praktis, termasuk mempertahankan agar ibu dapat terus menyusui.

B.    Pengertian
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau luka.
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui sisura pada putting.
Abses payudara (pengumpulan nanah local di dalam payudara) merupakan komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar. Selain itu, menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui menyusui.

C.   Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu) dan mastitis juga dapat disebabkan oleh : payudara tidak disusukan secara adekuat ; payudara bengkak ; penyangga payudara yang terlalu ketat; ibu diet jeleg ; kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan infeksi .
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

D.   Patofisiologi
Stasis ASI–>peningkatan tekanan duktus–>jika ASI tidak segera dikeluarkan–>peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan–>sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan–>permeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel–>memicu rrespon imun–>respon inflmasi dan kerusakan jaringan yang mempermudah terjadinya infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) –> dari port d’ entry yaitu: duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara hematogen.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen  pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

E.     Klasifikasi Mastitis
1.      Menurut Bentuknya 
a.       Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar.
b.      Mastitis parenchymatosa adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi hingga parenchym yang mementuk air susu.
c.       Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jaringan ikat)
2.      Menurut pembagian patologik anatomik mastitis
a.       Mastitis catarrhalis yakni radang pada saluran susu yang halus.
b.      Mastitis parenchymatosa radang parenchym pembentuk air susu.
c.       Mastitis Phlegmonosa dimana radang ini meluas dalam jaringan ikat oleh karena itu dinamakan juga mastitis interstitialias hal ini terlihat pada perlukaan.
d.      Mastitis purulenta (apestomatosa) , disertai pembentukkan abses-abses.
e.       Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa koagulasi)
f.       Mastitis indurativa dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti . ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi pada 3 kuartir.
g.      Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.

F.     Etiologi
Mastitis dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah :
Staphylococcus aureus. Merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan mastitis subklinis maupun klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi, yang bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk mengacaukan opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga bersifat antifagositik. Staphylococcus  menghasilkan produk ekstraseluler seperti katalase, koagulase, staphylokinase, lipase, dan hyaluronidase. Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali katalase. Katalase digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain itu, lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak bakterisisdal pada saluran mammae. Bentukan akut dari Staphylococcus adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent dan fibrosis. 
1.      Puerperal Mastitis
Disebabkan karena adanya sumbatan pada ductus payudara oleh bakteri Staphilococcus aureus yang masuk melalui puting payudara ataupun sobekan/ luka pada payudara. Puerparal mastitis ini biasanya menyerang wanita pasca bersalin hingga 3 bulan selama masa menyusui
2.      Non-Puerparal Mastitis
Dalam banyak kasus, Non-Puerperal Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri, namun dapat disebabkan oleh Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah dalam payudara, diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini, terjadinya resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada puerperal mastitis.

G.    Faktor Predisposisi
1.      Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering terkena mastitis.
2.      Paritas
Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.
3.      Serangan sebelumnya
Pada beberapa studi, terdapat bukti bahwa serangan mastitis cenderung berulang.
4.      Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis.


5.      Gizi
Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
6.      Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.

H.    Gejala
Tanda-tandanya yaitu rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu ,penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, penyebab staphylococcus aureus, mammae membesar, nyeri pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Adanya bengkak,rasa nyeri di payudara kemerahan pada payudara, payudara keras dan menonjol, suhu tubuh meningkat, infeksi terjadi 1-3 minggu pasca persalinan.
Gejala mastitis non-infeksius : ibu memperhatikan adanya bercak panas,atau area nyeri tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut; ibu tidak mengalami demam dan merasa baik baik saja.
Gejala mastitis infeksius: ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada obat seperti flu,ibu dapat mengeluh karena sakit kepala ; ibu demam dengan suhu diatas  380C, terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara ; kulit payudara dapat tampak  kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir) ; kedua payudara mungkin terasa keras  dan tegang pembengkakan.

I.       Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.

J.      Pengobatan
1.      Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
2.      Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika. (Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 x sehari selama 10 minggu)
3.      Bantulah agar ibu
a.       Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
b.      Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan
c.       Selalu menyusui bayinya
d.      Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup
e.       Sangga payudara dengan bra untuk ibu menyusui
f.       Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
g.      Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan( evaluasi 3 hari)

K.    Komplikasi Infeksi Payudara
Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses.

L.     Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1.      Perawatan putting susu pada waktu laktasi usaha penting untuk mencegah mastitis.
2.      Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.
3.      Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya.
4.      Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu.
5.      Minum banyak cairan.
6.      Menjaga kebersihan puting susu.
7.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Dixon M., dkk. 2005Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar