DASAR TEORI
KOMPLIKASI MASA NIFAS MASTITIS
A.
Latar Belakang
Mastitis adalah peradangan
payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”.
Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Semakin
disertai bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
buruk merupakan penyebab yang penting, tetapi dalam benak banyak petugas
kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering
tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka
bahkan mungkin mennyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang
sebenarnya tidak perlu.
Dasar teori ini dimaksud untuk mengumpulkan
informasi yang tersedia tentang mastitis laktasional dan kondisi-kondisi
terkait serta penyebabnya, untuk menuntun penatalaksanaan praktis, termasuk
mempertahankan agar ibu dapat terus menyusui.
B.
Pengertian
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah
suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Mastitis adalah peradangan
payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”.
Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Mastitis adalah reaksi systemic
(seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau luka.
Mastitis adalah infeksi dan
peradangan pada mamma (tertutama pada primpara) dan terjadi luka pada putting
susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering
terjadi pada pasca partum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan
mencapai jaringan payudara melalui sisura pada putting.
Abses payudara (pengumpulan nanah
local di dalam payudara) merupakan komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini
menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar. Selain
itu, menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui
menyusui.
C.
Penyebab
Infeksi
payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya
pada puting susu) dan mastitis juga dapat disebabkan oleh : payudara tidak
disusukan secara adekuat ; payudara bengkak ; penyangga payudara yang terlalu
ketat; ibu diet jeleg ; kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan
infeksi .
Mastitis
biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada
wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun
dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di
dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit
yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.
D.
Patofisiologi
Stasis ASI–>peningkatan tekanan duktus–>jika ASI
tidak segera dikeluarkan–>peningkatan tegangan alveoli yang
berlebihan–>sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan–>permeabilitas jaringan ikat
meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium)
dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel–>memicu
rrespon imun–>respon inflmasi dan kerusakan jaringan yang
mempermudah terjadinya infeksi (Staohylococcus aureus dan
Sterptococcus) –> dari port d’ entry yaitu: duktus laktiferus ke lobus
sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan
secara hematogen.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan
tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera
dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel
epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun.
Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui
duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe
sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen pembuluh
darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia
coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan
pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita
tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
E.
Klasifikasi Mastitis
1. Menurut Bentuknya
a. Mastitis catarralis adalah mastitis
yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi pada parenchym
(epitel) saluran-saluran air susu besar.
b. Mastitis parenchymatosa adalah
radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi hingga parenchym yang
mementuk air susu.
c. Mastistis interstitialis Radang
terutama ditemukan di dalam interstisium (jaringan ikat)
2. Menurut pembagian patologik anatomik
mastitis
a. Mastitis catarrhalis yakni radang
pada saluran susu yang halus.
b. Mastitis parenchymatosa radang
parenchym pembentuk air susu.
c. Mastitis Phlegmonosa dimana radang
ini meluas dalam jaringan ikat oleh karena itu dinamakan juga mastitis
interstitialias hal ini terlihat pada perlukaan.
d. Mastitis purulenta (apestomatosa) ,
disertai pembentukkan abses-abses.
e. Mastitis necriticans memperlihatkan
regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa koagulasi)
f. Mastitis indurativa dimana kelenjar
digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti . ambingnya akan
terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi
pada 3 kuartir.
g. Mastitis specifica disebabkan oleh
tuberculosis dan aktimikosis.
F.
Etiologi
Mastitis
dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri
dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah :
Staphylococcus aureus. Merupakan bakteri utama yang
paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan mastitis subklinis maupun
klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi, yang
bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk
mengacaukan opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga
bersifat antifagositik. Staphylococcus menghasilkan produk ekstraseluler
seperti katalase, koagulase, staphylokinase, lipase, dan hyaluronidase.
Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali katalase. Katalase
digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain itu,
lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak
bakterisisdal pada saluran mammae. Bentukan akut dari Staphylococcus
adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent dan fibrosis.
1.
Puerperal Mastitis
Disebabkan karena adanya sumbatan
pada ductus payudara oleh bakteri Staphilococcus aureus yang masuk melalui
puting payudara ataupun sobekan/ luka pada payudara. Puerparal mastitis ini
biasanya menyerang wanita pasca bersalin hingga 3 bulan selama masa menyusui
2. Non-Puerparal Mastitis
Dalam banyak kasus, Non-Puerperal
Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri, namun dapat disebabkan oleh
Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah dalam payudara,
diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini, terjadinya
resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada
puerperal mastitis.
G.
Faktor Predisposisi
1. Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukan
bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering terkena mastitis.
2. Paritas
Primipara mempunyai faktor resiko
lebih besar.
3. Serangan sebelumnya
Pada beberapa studi, terdapat bukti bahwa serangan
mastitis cenderung berulang.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat
meningkatkan resiko mastitis.
5. Gizi
Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan
selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat
memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
H.
Gejala
Tanda-tandanya yaitu rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu ,penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, penyebab
staphylococcus aureus, mammae membesar, nyeri pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Adanya bengkak,rasa nyeri di payudara kemerahan pada
payudara, payudara keras dan menonjol, suhu tubuh meningkat, infeksi terjadi
1-3 minggu pasca persalinan.
Gejala mastitis non-infeksius : ibu memperhatikan adanya
bercak panas,atau area nyeri tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak kecil
yang keras di daerah nyeri tekan tersebut; ibu tidak mengalami demam dan merasa
baik baik saja.
Gejala mastitis infeksius: ibu mengeluh lemah dan
sakit-sakit pada obat seperti flu,ibu dapat mengeluh karena sakit kepala ; ibu
demam dengan suhu diatas 380C,
terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara ; kulit payudara
dapat tampak kemerahan atau bercahaya
(tanda-tanda akhir) ; kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang pembengkakan.
I.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa
dilakukan mammografi atau biopsi payudara.
J.
Pengobatan
1. Untuk mengurangi rasa sakit dan
demam dapat diberikan pengobatan analgetika-antipiretik. (asetaminofen,
ibuprofen (Thylenol))
2. Untuk mengatasi infeksi diberikan
antibiotika. (Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari atau
eritromisin 250 mg per oral 3 x sehari selama 10 minggu)
3. Bantulah agar ibu
a. Kompres dingin sebelum meneteki
untuk mengurangi bengkak dan nyeri
b. Bayi mulai menyusu dari payudara
yang mengalami peradangan
c. Selalu menyusui bayinya
d. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat cukup
e. Sangga payudara dengan bra untuk ibu
menyusui
f. Bila diperlukan berikan parasetamol
500 mg per oral setiap 4 jam
g. Ikuti perkembangan 3 hari setelah
pemberian pengobatan( evaluasi 3 hari)
K.
Komplikasi Infeksi Payudara
Jika infeksi payudara sangat berat
maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah terjadi abses maka
pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan pengaliran
cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses.
L.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa
tindakan berikut:
1. Perawatan putting susu pada waktu
laktasi usaha penting untuk mencegah mastitis.
2. Menyusui secara bergantian payudara
kiri dan kanan.
3. Untuk mencegah pembengkakan dan
penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya.
4. Gunakan teknik menyusui yang baik
dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu.
5. Minum banyak cairan.
6. Menjaga kebersihan puting susu.
7.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.
2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Mitra Cendikia
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer,
Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar