BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Medis
1.
Kehamilan
a.
Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu perubahan
dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan
janin yang tumbuh didalam rahim ibu dan selanjutnya dapat dijelaskan secara
singkat tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada
setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan (Muhimah dan Safe’i, 2010).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pertumbuhan) dan
berakhir dengan permulaan persalinan.
b.
Etiologi Kehamilan Menurut Mochtar 2010
1)
Ovum
Ovum
adalah suatu sel dengan diameter 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus yang
terapung-apung dalam vitelus, dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom
radiata.
2)
Spermatozoa
Berbentuk
seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi
inti, leher yang menghubungkan kepaladengan bagian tengah dan ekor yang dapat
bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
3)
Konsepsi
Konsepsi
adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.
4)
Nidasi
Nidasi
adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsike dalam endometrium.
5)
Plasentasi
Plasentasi
adalah alat yang sangat penting bagi janin berguna untuk pertukaran
zat antara ibu dan anaknya/
sebaliknya.
c.
Tanda-Tanda Kehamilan
1)
Menurut Manuaba 2012, tanda-tanda
dugaan hamil
a)
Amenorea (terlambat
datang bulan)
(1) Mengetahui
tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
(2) Konsepsi
dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de Graafdan
ovulasi.
b)
Nausea (mual) dan
emesis (muntah)
(1) Pengaruh
esterogen dan pregenteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
(2) Umumnya
terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering terjadi pada pagi hari
(3) Dalam
batas yng fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
(4) Akibat
mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c)
Sering buang air kecil
(1) Trimester
I: karena kandung kencing tertekan uterus yang mulai membesar.
(2) Trimester
II dan III: karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali
kandung kencing.
d)
Pigmentasi kulit
Terjadi
karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta, merangsang melanosfor
dan kulit.
(1) Sekitar
pipi: cloasma gravidarum
Keluarnya
melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi pada
kulit.
(2) Dinding
perut
(a) Striae
lividae.
(b) Striae
nigra.
(c) Linea
alba makin hitam.
(3) Sekitar
payudara
(a) Hiperpigmentasi
areola mammae.
(b) Putting
susu makin menonjol.
(c) Kelenjar
Montgomery menonjol.
(d) Pembuluh
darah menifes sekitar payudara.
e)
Anoreksia (tidak nafsu
makan)
Terjadi
pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan akan timbul
lagi.
f)
Payudara menjadi tegang
dan membesar
(1) Disebabkan
oleh pengaruh esterogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di
mammae glandula montgomerry tampak lebih jelas.
(2) Payudara
membesar dan menegang.
(3) Ujung
saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
g) Obstipasi
atau konstipasi
Terjadi
karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h)
Epulis
Hipertrofi
gusi disebut epulis dapat terjadi bila varises atau penampakan pembuluh darah
vena:
(1) Karena
pengaruh dari esterogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena,
terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
(2) Penampakan
pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis serta
payudara.
(3) Penampakan
pembuluh darah ini dapat terhitung setelah persalinan.
i)
Mengidam
Wanita
sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.
j)
Sinkope atau pingsan
(1) Terjadi
gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunansaraf
pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
(2) Keadaan
ini menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
2)
Menurut Manuaba 2012,
tanda-tanda mungkin hamil
a)
Rahim membesar, sesuai
dengan tuanya hamil.
b)
Pada pemeriksaan dalam
dijumpai:
(1) Tanda
hegar
Uterus
segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.
(2) Tanda
piscasek
Uterus
membesar ke salah satujurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran
perut.
(3) Tanda
chadwick
Perubahan
warna pada serviks dan vagina menjadi kebiru-biruan.
(4) Tanda
braxton-hicks
Uterus mudah
berkontraksi jika dirangsang
(5) Tanda
ballotement
c)
Pemeriksaan tes
biologis kehamilan positif
Sebagian kemungkinan
positif palsu.
3)
Menurut Prawirohardjo
2010, tanda-tanda pasti
a)
Terdengar denyut
jantung janin.
b)
Terasa pergerakan janin
dalam rahim.
c)
Pemeriksaan
ultrasonografi.
(1) Terdapat
kantong hamil, hamil 4 minggu.
(2) Terdapat
fetal plate, hamil 4 minggu.
(3) Terdapat
kerangka janin, hamil 12 minggu.
(4) Terdapat
denyut jantung janin, hamil 16 minggu.
4)
Pemeriksaan rontgen untuk
melihat kerangka janin.
2.
Abortus
a.
Definisi Abortus
Berakhirnya
kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus. Anak baru
mungkin hidup di dunia luar jika beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat
anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 dan
999 gram disebut partus immaturus (Prawirohardjo. 2012).
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,
namun beberapa acuan terbaru meetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram disebut abortus (Kementrian
Kesehatan RI, 2013).
b.
Etiologi
Penyebab
keguguran menurut (Prawirohardjo, 2008) sebagian besar tidak diketahui secara
pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1)
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat terjadi karena :
a)
Faktor kromosom terjadi sejak semula
pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
b)
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena
endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi, selain itu
juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak
kehamilan
c)
Pengaruh luar
(1) Infeksi
endometrium
(2) Hasil
konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
(3) Faktor
psikologis
(4) Kebiasaan
ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
2)
Kelainan plasenta
a)
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab,
sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
b)
Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran
pada DM
c)
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran
darah ke plasenta sehingga terjadi abortus
3)
Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mepengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.
a)
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis,
malaria, pneumonia dan sifilis
b)
Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi uterus plasenta
c)
Penyakit menahun seperti
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
d)
Kelainan Rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri bekas operasi pada serviks
c.
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan ultrasonografi (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
1)
Perdarahan pervaginam
dari bercak hingga berjumlah banyak.
2)
Perut nyeri dan kaku.
3)
Pengeluaran sebagian
produk konsepsi.
4)
Servik dapat tertutup
maupun terbuka.
5)
Ukuran uterus lebih
kecil dari yang seharusnya.
d.
Faktor predisposisi
Menurut
Kementrian Kesehatan RI 2013, Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa
faktor, antara lain:
1)
Faktor dari janin (fetal),
yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom).
2)
Faktor dari ibu
(maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok,
konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus
didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu
in partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom
Asherman.
3)
Faktor dari ayah
(paternal): kelainan sperma.
e.
Tatalaksana umum
1)
Lakukan penilaian
secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi,
tekanan darah, pernafasan, suhu).
2)
Periksa tanda-tanda
syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika
terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terdapat tanda-tanda
syok tetap pikirkan kemungkinan tersebut dapat memburuk dengan cepat.
3)
Bila terdapat
tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan kombinasi
anti biotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
4)
Segera rujuk ibu ke
rumah sakit.
5)
Semua ibu yang menglami
abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca
keguguran.
6)
Lakukan tatalaksana
selanjutnya sesuai jenis abortus (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
f.
Macam-Macam Abortus
1)
Menurut Prawirohardjo
2010, abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus
ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Jika
seseorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit per vaginam maka ia
diduga menderita abortus imminens. Abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjdinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
a)
Tanda dan Gejala
(1) Perdarahan
vagina: merah segar atau coklat.
(2) Jumlah
perdarahan sedikit/perdarahan bercak.
(3) Dapat
terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu.
(4) Kram
abdomen bagian bawah atau sakit punggung normal.
(5) Nyeri
memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
(6) Pada
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
(7) Tidak
diketemukan kelainan pada cervix.
b)
Penanganan
Karena
ada harapan bahwa kehamilan dapat berlangsung terus pasien disuruh:
(1) Istirahat
rebah tidak perlu melebihi 48 jam. Jika janin masih baik, perdarahan dalam
waktu ini akan berhenti. Jika perdaraha tidak berhenti dalam 48 jam maka
kemungkinan besar terjadi abortus dan istirahat rebah hanya menunda abortus
tersebut. Jika perdarahan berhenti, pasien harus menjaga diri, jangan banyak
bekerja dan coitus dilarang selama 2 minggu.
(2) Tidak
perlu pengobatan khusus.
(3) Jangan
melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
(4) Jika
perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal
termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
(5) Jika
perdaraha tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan
adanya penyebab lain.
(6) Diberi
sedative, misalnya luminal, codein, morphin. Jika perdarahan disebabkan erosi,
maka erosi diberi nitras argentii 5-10 %, jika sebabnya polyp, maka polyp
tersebut diputar dengan cunam sampai tangkainya terputus.
(7) Progesteron
10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot
rahim (misalnya gestanon). Selanjutnya kita perhatikan apakah janin masih hidup
dengan menetukan apakah rahim terus membesar. Jika janin telah mati, maka rahim
tidak membesar dan reaksi Galli Mainini menjadi negatif, tetapi baiknya
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali berturut-turut.
2)
Menurut Kementrian Kesehatan
RI 2013, abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus yang sedang
mengncam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan proses
pengeluaran.
a)
Tanda dan Gejala
(1) Perdarahan
lebih banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Perut
mules (sakit) karena kontraksi rahim kuat.
(3) Pada
pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan/hasil konsepsi dapat teraba.
b)
Penanganan
(1) Lakukan
konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama
tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi pasca
keguguran.
(2) Jika
usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
a)
Berikan ergometrin 0,2
mg I.M (dapat diulang setiap 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu).
b)
Segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(3) Jika
usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
(a) Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi.
(b) Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(4) Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan setiap 30 menit selama 2
jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
(5) Lakukan
pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi
ke laboratorium.
(6) Lakukan
evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila
hasil pemantauan baik dan kadar Hb . 8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
3)
Menurut Prawirohardjo
2010, abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)
Sebagian
dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian(biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal di dalam rahim. Ditandai dengan dikeluarkannya
sebagian hasil konsepsi dari uterus.
a)
Tanda dan Gejala
(1) Perdarahan
berlangsung terus.
(2) Perdarahan
mendadak.
(3) Disertai
infeksi dengan suhu tinggi.
(4) Dapat
terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma).
(5) Sering
cervix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus
allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi, tetapi jika keadaan ini dibiarkan lama maka cervix akan menutup
kembali.
b)
Pada pemeiksaan
dijumpai gambaran
(1) Analis servikalis
terbuka.
(2) Dapat
diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis.
(3) Kanalis
servikalis tertutup,perdarahan
berlangsung terus.
(4) Dengan
pemeriksaan sonde perdarahan bertambah.
c)
Penanganan
(1) Lakukan
konseling.
(2) Jika
perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg per oral.
(3) Jika
perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a)
Aspirasi Vakum Manual
(AVM), kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
b)
Jika evakuasi belum
dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M (diulangi setelah 15 menit
jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam
jika perlu).
(4) Jika
kehamilan lebih dari 16 minggu:
(a) Berikan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
(b) Jika
perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
(5) Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Lakukan evaluasi tanda
vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang rawat.
(6) Lakukan
pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi
ke laboratorium.
(7) Lakukan
evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
(8) Waspadalah
bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada sample kuretase.
(9) Lakukan
evaluasi ulang atau rujuk untuk memeriksa kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
4)
Menurut Kementrian
Kesehatan RI 2013, abortus komplit
Seluruh
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
a)
Tanda dan Gejala
(1) Uterus
mengecil.
(2) Perdarahan
sedikit
(3) Kanalis
telah tertutup
b)
Penanganan
(1) Tidak
perlu evakuasi lagi.
(2) Lakukan
konseling untuk memberikan dukungan emosional, menawarkan kontrasepsi
pasca keguguran.
(3) Observasi
keadaan ibu.
(4) Apabila
terdapat anemia sedang, berika tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Observasi
untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(6) Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(7) Apabila
terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
(8) Konseling
asuhan pasca keguguran dan pemantuan lanjut.
(9) Evaluasi
keadaan ibu setelah 2 minggu.
5)
Menurut Prawirohardjo
2010, missed abortion (keguguran tertunda)
Missed
abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi
tetahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
a)
Tanda dan Gejala
(1) Rahim
tidak membesar, mengecil karena absorpsi air tuban dan macerasi janin.
(2) Buah
dada mengecil kembali.
(3) Gejala-gejala
lain yang penting tidak ada, hanya ammenorheae berlangsung terus. Biasanya
keadaan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu
setelah janin mati. Jika janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali maka
janin lebih cepat dikeluarkan, sebaliknya jika kehamilan lebih lanjut retensi
janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan, jika
dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion.
b)
Penanganan
(1) Kuretase lakukan konseling.
(2) Jika
usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
(3) Jika
usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka,
bila perlu lakukan pematangan serviks, sebelum dilakukan dilatasi dan. Lakukan
evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
(4) Jika
usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan evakuasi
dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl 0,9 % /Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24
jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi
lebih lanjut.
(5) Lakukan
evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi
ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
(6) Lakukan
evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akit abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemaglobin setelah 24 jam. Bila
hasil pemantauan baik dan kadar Hb > 8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
(7) Segera
setelah kematian janin dapat dipastika, diberikan pitocin misalnya 10 satuan
dalam 500 cc glucose. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan
laminaris stift.
6)
Menurut Kementrian
Kesehatan RI 2013, abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
Abortus
yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali
berturut-turut.
a)
Sebab-sebab abortus
habitualis dapat dibagi menjadi 2 golongan:
(1) Sel
benih yang kurang baik: pada saat ini belum diketahui bagaimana cara
pengobatannya.
(2) Lingkungan
yang tidak baik: hal-hal yang dapat mempengaruhi lingkungan ialah:
(a) Dysfungsi
glandula thyreoidea: hypofungsi kelenjar ini dapat diobati dengan pemberian
thyreoid hormon.
(b) Kekurangan
hormon-hormon corpus luteum atau plasenta. Kekuragan hormon diatasi dengan
terapi substitusi misalnya sering diberi progesteron.
(c) Defisiensi
makanan seperti asam folin.
(d) Kelainan
anatomis dari uterus yang kadang dapat dikoreksi secara operatif: uterus
duplex.
(e) Cervix
yang incompetent: cervix yang incompetent sudah membuka pada bulan 4 ke atas:
akibatnya ketuban mudah pecah dan terjadi abortus. Cervix dapat menjadi
incompetent setelah portio amputasi atau karena robekan cervix yang panjang.
Abortus karena cervix yang incompetent dapat dicegah dengan operasi Shirodkar
atau Mac Donald.
(f) Hypertensia
essentialis.
(g) Golongan
darah suami istri yang tidak cocok, sistim ABO atau faktor Rh.
(h) Toxolpsmose.
b)
Tanda dan Gejala
Selput
ketuban yang menonjol pada saat memasuki trimester kedua.
c)
Penanganan
(1) Penderita
inkonpentensia serviks dianjurkan untuk periksa kehamilan seawal mungkin dan
bila dicurigai adanya inkompetensiaserviks harus diberikan tindakan untuk
memberikan fiksasi pada serviks agar dapat menerima beban sesuai dengan
berkembangnya umur kehamilan.
(2) Operasi
dilakukan pada umur kehamilan 12-14 minggu dengan cara SHIRODKAR dan McDONALD
dengan melingkari kanalis servikalis dengan menggunakan benang sutera/MERSILENE
yang tebal dan simpul bari dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap
dilahirkan.
7)
Menurut Prawirohardjo
2010, abortus infeksiosus dan abortus septik
Abortus
infeksiosus ialah abortus yang sering dijumpai pada alat genetalia. Abortus
septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredahan darah
tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
Kejadiaan
ini merupakan salah satu kejadian tindakan abortus yang paling sering terjadi
apabila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Abortus
infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapakan pengelolaan yang adekuat
karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain disekitar alat genetalia
juga kerongga peritoneum, bahkan dapat keseluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan
dapat jatuh dalam keadaan syok septik.
Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang
tidak menggunakan peralatan asepsis dengan didapatkan gejala dan tanda panas
tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau,
uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan. Pada laboratorium
didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Bila sampai terjadi sepsis dan
syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil dan tekanan darah
menurun.
Pengelolaan
pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya
pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur sensitivitaskuman
yang diambil dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam. Untuk
tahap pertama dapat diberikan Penisilin 4 x 1,2 juta unit atau Ampisilin 4 x 1
gram ditambah Gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2 x 1 gram. Selanjutnya
antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
Tindakan
kuretase bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika
adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika.
Antibiotik
dianjurakan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian
tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
Apabila ditakutka terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan
irigasi kanalis vagina/uterus dengan larutan peroksida (H2O2)
kalau perlu histerektomi total secepatnya.
BAB II
TINJAUAN KASUS
7 LANGKAH VARNEY
BAB III
PENUTUP
A. Pembahasan
Setelah
penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. L di Rumah
Sakit sesuai
dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut 7 langkah Varney, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pentingnya asuhan kebidanan yang
diberikan bidan terhadap ibu. Pembahasan ini dimaksudkan supaya bisa diambil
suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga
dapat digunakan sebagai tindak lanjut, dalam penerapan asuhan kebidanan yang
efektif dan efesien.
1.
Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, untuk memperoleh data. Berisi tanggal pengkajian, waktu
pengkajian, dan nama pengkaji. Pengkajian terdiri dari data subyektif dan data
obyektif (Varney, 2006).
Pada teori tanda dan gejala abortus incomplete (keguguran tidak lengkap)
menurut (Prawirohardjo, 2010) adalah perdarahan berlangsung
terus, perdarahan mendadak, disertai infeksi dengan suhu tinggi, dapat terjadi
degenerasi ganas (korio karsinoma) dan sering cervix tetap terbuka karena masih
ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi, tetapi jika keadaan ini
dibiarkan lama maka cervix akan menutup kembali. Pemeriksaan dijumpai dengan gambaran analis
servikalis terbuka, dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis
servikalis, kanalis servikalis tertutup perdarahan berlangsung terus, dengan
pemeriksaan sonde perdarahan bertambah. (Prawirohardjo, 2010). Untuk menegakkan
diagnose dengan bantuan pemeriksaan ultrasonografi (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Sedangkan pada data
subyektif Ny. L mengatakan ini kehamilan yang ke 2 tidak pernah mengalami
keguguran, ibu mengatakan usianya 26 tahun, ibu mengatakan HPHT pada tanggal 15
Februari 2016, alasan kunjungan saat ini ingin memeriksakan kehamilannya dan
mengeluh keluar flek + 1 minggu, terasa tegang sejak tadi pagi disertai
nyeri. Data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 19 x/menit, T:
36,50C, berat badan turun dari 52 kg menjadi 50 kg, muka tidak
pucat, mata tidak tampak cekung, conjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik,
mukosa mulut basah, turgor kulit kembali dalam waktu 2 detik. Pemeriksaan
penunjang hanya di lakukan USG GS: 25 mm, umur kehamilan 7 minggu.
Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan
2.
Interpretasi
Data
Data yang
diperoleh dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnose kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu G2P1A0
usia kehamilan 7 minggu dengan abortus incomplete, masalah ibu merasa cemas
dengan kehamilannya, kebutuhan dengan memberikan bina hubungan
baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, jelaskan prosedur
rawat inap, jelaskan tentang fungsi gelang, berikan pendkes tentang SIO.
Pada langkah ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
3.
Diagnosa
Potensial
Pada langkah ini
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi (Varney, 2008)
Dalam kasus abortus incomplete yang ditemukan di
Poliklinik dan VK, ini telah dilakukan tindakan yang cepat dan tepat
sehingga diagnose potensial yakni perdarahan tidak terjadi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada dilahan.
4.
Antisipasi
dan Tindakan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu
maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. (Varney, 2008)
Pada langkah antisipasi Ny.
L adalah dilakukan informasi dan edukasi tentang kehamilannya, kolaborasi
dengan dokter Sp.OG untuk dilakukan tindakan kuretase.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
5.
Rencana
Asuhan
Rencana asuhan merupakan
kelanjutan, manajemen terhadap diagnose masalah, yang telah diidentifikasi dan
informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut (Prawirohardjo, 2010)
rencana asuhan dari diagnose yang akan diberikan dalam kasus abortus incomplete
adalah
a. Lakukan
konseling.
b. Jika
perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg per oral.
c. Jika
perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
1) Aspirasi
Vakum Manual (AVM), kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia.
2) Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M (diulangi
setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu).
d. Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Lakukan evaluasi tanda
vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang rawat.
e. Lakukan
pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi
ke laboratorium.
f. Lakukan
evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
g. Waspadalah
bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada sample kuretase.
h. Lakukan
evaluasi ulang atau rujuk untuk memeriksa kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus abortus
incomplete adalah asuhan yang diberikan di Poliklinik yakni bina hubungan baik
dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, jelaskan prosedur rawat
inap, jelaskan tentang fungsi gelang, berikan pendkes tentang SIO sedangkan
asuhan yang diberikan di VK yakni observasi keadaan umum dan TTV, siapkan
pasien, siapkan set kuret, beri pendkes diagnose dan rencana tindakan serta
libatkan keluarga dalam pendkes, serta kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
Pada langkah ini penulis menemukan adanya
kesenjangan teori dengan kasus yang ada di lahan, menurut (Prawirohardjo, 2010)
di lakukan periksa kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang, tetapi
pada kasus ini klien tidak diperiksa Hb sebelum diperbolehkan pulang.
6.
Penatalaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Varney, 2008)
Pada kasus
pelaksanaan asuhan yang diberikan adalah asuhan yang diberikan
di Poliklinik yakni membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga dengan
bersikap ramah dan sopan, menjelaskan hasil pemeriksaan ibu bahwa ibu sekarang
mengalami abortus incomplete, menjelaskan prosedur rawat inap, menjelaskan
tentang fungsi gelang, berikan pendkes tentang SIO sedangkan asuhan yang
diberikan di VK yakni mengobservasi keadaan umum dan TTV, menyiapkan pasien, menyiapkan
set kuret, memberi pendkes diagnose dan merencana tindakan serta libatkan
keluarga dalam pendkes, serta melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan.
7.
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan
dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP(Varney, 2008).
Pada kasus abortus
incomplete ini dilakukan perawatan selama 2 hari, Ny. L didapatkan hasil umum
baik, kesadaran compos mentis, vital sgin: tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, mata tidak tampak cekung, conjungtiva merah, sclera putih, mukosa
mulut tampak basah, lidah bersih, ibu sudah tidak nyeri perut lagi dan nafsu
makan meningkat.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan
8.
Kesimpulan
Dari langkah 1-7
dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. L dapat disimpulkan bahwa pasiendatang
dengan keluhan keluar flek + 1 minggu, terasa tegang sejak tadi pagi
disertai nyeri, kemudian telah di lakukan pemeriksaan didapatkan hasil keadaan
umum: lemah, kesadaran: compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 76 x/m, RR: 19 x/m,
T: 36,50C, BB: 50 kg, muka tidak pucat, mata tidak tampak cekung,
conjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, mukosa mulut basah, turgor kulit
kembali dalam waktu 2 detik, dan dilakukan pemeriksaan penunjang USG: GS: 25
mm, umur kehamilan 7 minggu. Diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu G2P1A0 usia kehamilan 7 minggu dengan abortus
incomplete, masalah ibu
merasa cemas dengan kehamilannya, kebutuhan dengan memberikan bina
hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, jelaskan
prosedur rawat inap, jelaskan tentang fungsi gelang, berikan pendkes tentang
SIO. Diagnosa potensial dalam kasus ini
adalah perdarahan. Antisipasi dilakukan informasi dan edukasi tentang
kehamilannya, kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk dilakukan tindakan kuretase.
Rencana asuhan yang diberikan di Poliklinik yakni bina hubungan
baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan, jelaskan prosedur
rawat inap, jelaskan tentang fungsi gelang, berikan pendkes tentang SIO
sedangkan asuhan yang diberikan di VK yakni observasi keadaan umum dan TTV,
siapkan pasien, siapkan set kuret, beri pendkes diagnose dan rencana tindakan
serta libatkan keluarga dalam pendkes, serta kolaborasi dengan dokter Sp.OG. Pada
langkah rencana asuhan penulis menemukan adanya kesenjangan teori dengan kasus
yang ada di lahan, menurut (Prawirohardjo, 2010) di lakukan periksa kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang, tetapi pada kasus ini klien tidak
diperiksa Hb sebelum diperbolehkan pulang. Penatalaksanaan dilakukan dengan efesien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan. Evaluasi didapat setelah diberikan perawatan selama 2
hari, didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, vital sgin
dalam batas normal, pasien pulang dengan keadaan sehat dan telah mendapatkan
asuhan kebidanan yang diberikan dan keluhan serta masalah pasien telah teratasi
dengan memberikan asuhan kebidanan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka
penulis dapat memberikan saran, bagi:
1.
Bagi Institusi
a.
Rumah Sakit
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalui
peningkatan keterampilan dan motivasi kerja staf, dokter, perawat dan
bidan,yang memberikan kepuasan pada pasien, kemudian mempertahankan kenyamanan
pasien rawat inap, keramahan dalam melayani pasien serta kedisiplinan dalam
bekerja. Karena baik buruknya citra rumah sakit sebagian besar dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien
dankeluarga.
b.
Pendidikan
Diharapkan
agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga
membantu penulis yang akan mengambil kasus yang sama.
2.
Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas, dan
berkenan mengikuti seminar-seminar tentang komplikasi kehamilan khususnya
abortus incomplete
3.
Bagi Klien
Diharapkan kepada klien untuk mengurangi aktifitas
yang berlebih, mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, mengetahui tanda
bahaya kehamilan muda, dan jika ada masalah kesehatan yang sangat mengganggu
aktifitas segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan terdekat atau di bidan/
dokter.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Bina Kesehatan Ibu.
Manuaba, IAC.
2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB Untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mochtar. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muhimah dan Safe’i.
2010. ASKEB 1. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
S. 2008. Ilmu Kebidanan Cetakan Ke 4.
Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Varney,
Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar