DASAR TEORI
BRONCHOPNEUMONIA
A.
Pengertian
Bronchopneumonia adalah
radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru
yang melibatkan bronkus/ bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Bronchopneumonia adalah frekwensi komplikasi pulmonary,
batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi
meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993). Bronchopneumonia
disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda- benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30%
pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
B.
Etiologi
Penyebab
bronchopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
1.
Faktor
Infeksi
a.
Pada
neonatus: Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b.
Pada bayi:
1)
Virus: Virus
parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
Cytomegalovirus.
2)
Organisme atipikal:
Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3)
Bakteri:
Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, B.
pertusis.
c.
Pada anak-anak:
1)
Virus:
Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP.
2)
Organisme atipikal:
Mycoplasma pneumonia.
3)
Bakteri:
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
d.
Pada anak besar –
dewasa muda:
1)
Organisme atipikal:
Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
2)
Bakteri: Pneumokokus,
B. Pertusis, M. tuberculosis.
2.
Faktor Non
Infeksi
Terjadi
akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a.
Bronchopneumonia
hidrokarbon: terjadi oleh karena aspirasi
selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur,
minyak tanah dan bensin).
b.
Bronchopneumonia
lipoid: terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak
yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi
bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat
berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada
penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang
belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya
penyakit ini.
C.
Gambaran Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai
39 – 400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak
sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai
pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1.
Inspeksi:
pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela
iga.
2.
Palpasi: stem
fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
3.
Perkusi: sonor
memendek sampai beda
4.
Auskultasi: suara
pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus
sampai sedang.
Pada bronchopneumonia, hasil pemeriksaan fisik
tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses
penyembuhan dapat terjadi antara 2 – 3 minggu.
D.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Gambaran
darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan
infeksi virus atau mycoplasma.
2.
Nilai Hb
biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3.
Peningkatan
LED.
4.
Kultur dahak
dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak,
biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5.
Analisa gas
darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis metabolik.
E.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya
disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat
didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan
adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau
perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada
bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar
hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan
mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan
dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh
karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih
sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronchopneumonia dibedakan berdasarkan
:
1.
Bronchopneumonia
sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
2.
Bronchopneumonia
berat: bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
3.
Bronchopneumonia:
bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat: >60 x/menit
pada anak usia < 2 bulan >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan - 1 tahun >40 x/menit
pada anak usia 1 - 5 tahun.
4.
Bukan
bronchopneumonia: hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas,
tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti
dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
a.
kultur sputum atau
bilasan cairan lambung
b.
kultur nasofaring
atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
c.
deteksi
antigen bakteri
Berdasarkan Buku
Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta, 2010. Pneumonia dibedakan yakni:
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronchopneumonia tergantung pada
penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum, yang mencakup:
1.
Anak dengan sesak
nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)
2.
Cairan sesuai
dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi
3.
Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
4.
Sebaiknya
pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan
kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampicilin
G.
Komplikasi
1.
Bronkiolitis
2.
Otitis media
3.
Bronkiektase
4.
Abses paru
5.
Empiema
H.
Pencegahan
Penyakit bronchopneumonia dapat dicegah dengan
menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronchopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran
nafas seperti: cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga
kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga dan lain-lain. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi antara lain:
1.
Vaksinasi
Pneumokokus
2.
Vaksinasi H.
influenza
3.
Vaksinasi Varisela
yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4.
Vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2010. Buku
Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3, EGC: Jakarta
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak
Sakit, EGC : Jakarta
Betz & Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatri Edisi 3, EGC: Jakarta
Staf Pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3, Infomedika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar