expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Ngiklan

Senin, 04 Maret 2019

DASAR TEORI BALITA SAKIT BRONCHOPNEUMONIA


DASAR TEORI
BRONCHOPNEUMONIA
A.        Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/ bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Bronchopneumonia adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda- benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

B.         Etiologi
Penyebab bronchopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
1.          Faktor Infeksi
a.           Pada neonatus: Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b.          Pada bayi:
1)          Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
2)          Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3)          Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
c.           Pada anak-anak:
1)          Virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP.
2)          Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia.
3)          Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
d.          Pada anak besar – dewasa muda:
1)          Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
2)          Bakteri: Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
2.          Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a.           Bronchopneumonia hidrokarbon: terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b.          Bronchopneumonia lipoid: terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

C.        Gambaran Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39 – 400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1.          Inspeksi: pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.
2.          Palpasi: stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
3.          Perkusi: sonor memendek sampai beda
4.          Auskultasi: suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Pada bronchopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2 – 3 minggu.

D.        Pemeriksaan Laboratorium
1.          Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
2.          Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3.          Peningkatan LED.
4.          Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5.          Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

E.         Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronchopneumonia dibedakan berdasarkan :
1.          Bronchopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
2.          Bronchopneumonia berat: bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
3.          Bronchopneumonia: bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat: >60 x/menit pada anak usia < 2 bulan >50 x/menit pada anak usia 2 bulan - 1 tahun >40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
4.          Bukan bronchopneumonia: hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
a.           kultur sputum atau bilasan cairan lambung
b.          kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
c.           deteksi antigen bakteri
Berdasarkan Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta, 2010. Pneumonia dibedakan yakni:


 





















F.         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronchopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum, yang mencakup:
1.          Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)
2.          Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi
3.          Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
4.          Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin

G.        Komplikasi
1.          Bronkiolitis
2.          Otitis media
3.          Bronkiektase
4.          Abses paru
5.          Empiema

H.        Pencegahan
Penyakit bronchopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronchopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga dan lain-lain. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:

1.          Vaksinasi Pneumokokus
2.          Vaksinasi H. influenza
3.          Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4.          Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit







 























DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2010. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC: Jakarta
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit, EGC : Jakarta
Betz & Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3, EGC: Jakarta
Staf Pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3, Infomedika: Jakarta
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak,  CV Sagung Seto: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar