DASAR TEORI
IBU NIFAS NORMAL
A.
Pengertian
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya kurang lebih 6
minggu. (Mochtar, 2004)
1. Keadaan yang terjadi setelah persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan yang disebut IMMEDIATE
PUERPERIUM
2. Keadaan yang terjadi permulaan
puerpurium, satu hari setelah melahirkan sampai tujuh hari (1 minggu pertama)
disebut EARLY PUERPERIUM
3. Waktu 1 minggu sesudah
melahirkan sampai 6 minggu disebut LATER
PUERPERIUM
B. Perubahan Fisik Pada Waktu Nifas, meliputi:
1. Sistem Vaskuler
a. Pada ibu hamil cenderung terjadi
hipervolume darah lebih dari 40% untuk persedian kelahiran pervaginam, kehilangan
antara 300-400 cc bila melalui operasi dapat dua kali lipat kehilangan darah. (Mochtar, 2004)
b. Perubahan dari blood volume haemotokrit
pada persalinan pervaginam, hemacontration akan naik, sedangkan pada caesar
cenderung stabil dan akan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Volume darah ibu akan bertambah, keadaan ini akan
menimbulkan dekompensasi cordis. (Mochtar, 2004)
2. Sistem Reproduksi
a. Involusi rahim terjadi sebab setelah placenta
lahir uterus akan mengeras karena kontraksi pada otot uterus, setelah placenta
lahir berat uterus 1.000 gram, 1 minggu PP 500 gram, 2 minggu PP 350 gram, 6
minggu PP 50 gram, 8 minggu PP 30 gram.
Involusi uterus ini dari luar
dapat diamati dengan memeriksa TFU : setelah bayi lahir setinggi pusat, setelah
placenta lahir 2 jari bawah pusat, penurunan kurang lebih 1 cm setiap hari, 1
minggu pertengahan pusat symphisis, 2 minggu tidak teraba datas symphisis. (Mochtar, 2004)
c. Involusi Tempat Placenta. Tempat
placenta merupakan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak
tangan, luka ini cepat mengecil pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2 cm.
d. Perubahan Cerviks dan Vagina
Keadaan cerviks dan vagina setelah
persalinan timbul kelainan, pinggirnya tidak rata karena robekan dalam persalinan,
setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam PP masih
dapat dilalui 2 jari. Pada akhir minggu pertama dapat dilalui 1 jari, pada
minggu ke-3 PP vagina mencapai ukuran normal dan vagina mulai tampak kembali.
e. Pembuluh Darah Rahim
Dalam uterus mempunyai banyak
pembuluh darah yang besar kaena persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak, maka pembuluh darah arteri harus , mengecil dalam nifas.
f. Perubahan Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut
menjadi longgar, tetapi akan pulih kembali dalam waktu 6 minggu.
g. Saluran Kencing/Miksi
Pada kandung kemih memperlihatkan
oedema dan kadang-kadang oedema ini menimbulkan retensio utin, karena obstruksi
dari uretra. Sisa urine waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi,
dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
C. Lochea
Yaitu
cairan yang dikeluarkan oleh uterus oleh vagina dalam masa nifas, yang berasal
dari bekas melekatnya placenta. Bekas melekatnya placenta dapat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah dan dalam proses penyembuhan mengeluarkan darah.
(Manuaba, 2003). Lochea dibagi dalam beberapa
jenis;
1. Lochea Rubra. Berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan
kemungkinan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochea Sanguilenta. Berwarna merah
kekuning-kuningan berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
3. Lochea Serosa. Berwarna kuning cairan tidak berwarna
lagi, hari ke 7-14 pasca persalinan.
4. Lochea Alba. Cairan putih selama 2 minggu.
5. Lochea Purulenta. Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Apabila
pengeluaran lochea lebih dari yang disebutkan diatas kemungkinan adanya :
1. Tertinggalnya selaput plasenta atau
selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik.
2. Ibu tidak menyusui anaknya, lochea rubra
lebih lama karena kontraksi uterus kurang baik.
3. Adanya infeksi jalan lahir, membuat
kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan lochea rubra dan
berbau busuk
D. Perawatan
Dalam Masa Nifas
Perawatan kala IV : Perawatan jam pertama dari nifas meliputi :
1. Pemeriksaan placenta supaya tidak ada
bagian-bagian yang tertinggal.
2. Pengawasan TFU
3. Pengawasan perdarahan pervaginam
4. Pengawasan konsistensi rahim
5. Pengawasan keadaan umum ibu
E. Penyuluhan Masa Nifas
1.
Kebersihan diri
a.
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b.
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
c.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau seterika.
d.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2.
Istirahat
a.
Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b.
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal:
1)
Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2)
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3)
Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
3.
Latihan
a.
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b.
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari sangat membantu, seperti:
1)
Dengan tidur telentang dengan lengan di samping,
menarik otot perut selagi menarik nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan
satu hitungan 5. rileks dan ulangi 10 kali.
2)
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
c.
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan
otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4.
ASI Ekslusif
Pemberian ASI saja pada bayi baru lahir sampai usia 6
bulan tanpa menambah cairan atau makanan apapun. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun. ASI mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi dan
mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah dari gangguan pernafasan dan
melindungi bayi dari alergi.
5.
Gizi
Ibu menyusui haruslah:
a.
Mengkonsumsi tambahan 500 mg kalori tiap hari.
b.
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
c.
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui).
d.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
6.
Hubungan perkawinan/rumah tangga
a.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
b.
Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7.
Keluarga Berencana
Sarankan ibu untuk menggunakan KB jangka panjang yang tidak mengganggu
produksi ASI seperti IUD atau Implant yang mempunyai jangaka waktu panjang
sesuai jenisnya. IUD bisa dipasang setelah persalinan (4 minggu) begitu juga
dengan Implant bisa dipasang setelah persalinan (6 minggu).
a.
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan
dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
b.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metoda
amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
c.
Meskipun beberapa metoda KB mengandung risiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d.
Sebelum menggunakan KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan terlebih dahulu:
1)
Bagaimana metoda ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya.
2)
Kelebihan/keuntungannya.
3)
Kekurangannya.
4)
Efek samping
5)
Bagaimana menggunakan metoda itu.
6)
Kapan metoda itu dapat mulai digunakan untuk wanita
pasca salin yang menyusui.
e.
Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metoda KB
tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk
melihat apakah metoda tersebut bekerja dengan baik.
8.
Tanda-tanda Bahaya
Beritahukan ibu jika ia melihat sesuatu yang tidak beres atau jika
mengetahui adanya masalah-masalah berikut, maka ia perlu segera menemui bidan:
a.
Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam.
b.
Pengeluaran vagina yang baunya busuk.
c.
Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
d.
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau
masalah penglihatan.
e.
Pembengkakan di wajah atau di tangan.
f.
Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih, atau
jika tidak merasa enak badan.
g.
Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan/atau
terasa sakit.
h.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i.
Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.
j.
Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya atau diri sendiri.
k.
Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
Ibu dan keluarganya bukan hanya perlu mengetahui tanda-tanda bahaya,
tetapi mereka juga memerlukan petunjuk khusus tentang siapa yang harus
dihubungi dan kemana harus pergi jika mereka mengalami salah satu dari
tanda-tanda bahaya tersebut.
9.
Perawatan Payudara
a.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b.
Menggunakan BH yang menyokong payudara
c.
Apabila putting lecet, oleskan colostrum atau ASI yang
keluar disekitar putting setiap kali
selesai menyusui. Menyususi tetap
dilakukan dimulai diputing yang tidak lecet
d.
Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan dalam
24 jam, ASIdikeluarkan dan diminumkan melalui gelas
10. Perawatan Bayi
a.
Memperhatikan kebersihan dengan mandi 2 kali sehari
b.
Mengganti pakaian setiap kali pakaian basah
c.
Menyusukan dengan segera dalam 2 jam pertama, dan menyusukan
setiap kali menangis
d.
ASI ekslusif
e.
Merawat tali pusat hingga kering dan lepas
f.
Menasehati agar bayi segera diimunisasi minggu pertama
(HB0, Polio, BCG)
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2003. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2004. Sinobsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid I. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar