DASAR TEORI
BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
A.
Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat. Menurut Saifuddin, (2003) Bayi baru lahir adalah
bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Dep. Kes. RI,
(2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
B.
Ciri
– Ciri Bayi Baru Lahir
1.
Berat
badan 2500 – 4000 gram
2.
Panjang
badan 48 – 52 cm
3.
Lingkar
dada 30 – 38 cm
4.
Lingkar
kepala 33 – 35 cm
5.
Frekuensi
jantung 120 – 160 kali/menit
6.
Pernafasan
±60 – 40 kali/menit
7.
Kulit
kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8.
Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9.
Genitalia;
a.
Perempuan
labia mayora sudah menutupi labia minora
b.
Laki
– laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
10. Reflek hisap dan menelan sudah
terbentuk dengan baik
11. Reflek morrow atau gerak memeluk
bila dikagetkan sudah baik
12. Reflek graps atau menggenggam sudah
baik, dan kuku agak panjang
13. Eliminasi baik, mekonium akan keluar
dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
C.
Reflek
– Reflek Fisiologis
1.
Mata
a.
Berkedip
atau reflek corneal
Bayi
berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau
obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b.
Pupil
Pupil
kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
c.
Glabela
Ketukan
halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup
dengan rapat.
2.
Mulut dan tenggorokan
a.
Menghisap
Bayi harus
memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap
rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b.
Muntah
Stimulasi
terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus
menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang
hidup.
c.
Rooting
Menyentuh
dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala
kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3
-4 bulan
d.
Menguap
Respon
spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi,
harus menetap sepanjang hidup
e.
Ekstrusi
Bila lidah
disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang
pada usia 4 bulan
f.
Batuk
Iritasi
membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang
hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3.
Ekstrimitas
a.
Menggenggam
Sentuhan
pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi
tangan dan jari
b.
Babinski
Tekanan di
telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki
menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c.
Masa
tubuh
1)
Reflek
moro
Kejutan
atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi
ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu
jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat
fleksi dengan lemah.
2)
Startle
Suara
keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan
tetap tergenggam
3)
Tonik
leher
Jika
kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
4)
Neck
– righting
Jika bayi
terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh
membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
5)
Inkurvasi
batang tubuh (gallant)
Sentuhan
pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea
rah sisi yang terstimulasi.
D.
Penanganan
Segera Bayi Baru Lahir
Menurut
JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir
ialah:
1.
Pencegahan Infeksi
a.
Cuci
tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
b.
Pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c.
Pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap
lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
d.
Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer,
stetoskop.
2.
Melakukan penilaian
a.
Apakah
bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b.
Apakah
bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika
bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3.
Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas, yakni sebagai berikut:
a.
Evaporasi
Penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b.
Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui
kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja,
tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c.
Konveksi
Kehilangan
panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/
ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi, atau pendingin ruangan.
d.
Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda -benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung) Mencegah kehilangan panas :
1)
Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan
dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu
bayi memulai pernapasannya.
2)
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan
hangat
Ganti handuk atau kain yang telah
basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih,
dan kering)
3)
Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
4)
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI
harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
5)
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir
Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/ diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/ selimut.
4.
Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis
spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a.
Letakkan
bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b.
Gulung
sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c.
Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
d.
Tepuk
kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering
dan kasar.
e.
Alat
penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f.
Segera
lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g.
Memantau
dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
h.
Warna
kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
5.
Merawat tali pusat
a.
Setelah
plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b.
Celupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk
membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c.
Bilas
tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d.
Keringkan
tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e.
Ikat
ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat
tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem
tali pusat tertentu.
f.
Jika
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada
sisi yang berlawanan.
g.
Lepaskan
klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
h.
Selimuti
ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI, 2002)
6.
Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu
bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya
secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko
tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau
tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam
ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat
rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah
terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
a.
Keringkan
bayi secara seksama
b.
Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c.
Tutup
bagian kepala bayi
d.
Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e.
Lakukan
penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
f.
Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
7.
Pencegahan infeksi
a.
Memberikan
vitamin K
Untuk
mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3
hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 –
1 mg IM.
b.
Memberikan
obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep
mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau
neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan
untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1)
Cuci
tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2)
Pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3)
Pastikan
bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap,
pakai yang bersih dan baru.
4)
Pastikan
bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah
dalam keadaan bersih.
5)
Pastikan
bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap setelah digunakan). (Dep. Kes. RI, 2002)
8.
Identifikasi bayi
a.
Alat
pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca
persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi
baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
b.
Peralatan
identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien,
di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
c.
Alat
yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
d.
Pada
alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
e.
Di
setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir,
nomor identifikasi. (Saifudin, 2002)
E.
Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
1.
Perubahan
Sistem Pernafasan
a.
Perkembangan
paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah
bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup
bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan
tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
b.
Awal
adanya nafas
Dua faktor
yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi.
1)
Hipoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
2)
Tekanan
terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal.
c.
Surfaktan
dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya
pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1)
Mengeluarkan
cairan dalam paru-paru
2)
Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah
ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan.
Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan,
alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan
ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d.
Dari
cairan menuju udara
Bayi
cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama,
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan
di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.
e.
Fungsi
system pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan
pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi
jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan
aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.
Perubahan
Sistem Sirkulasi
Setelah
lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi
dua perubahan besar:
a.
Penutupan
foramen ovale pada atrium jantung
b.
Penutupan
duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh system pembuluh tubuh. Ingat hokum yang menyatakan bahwa darah
akan mengalir pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi
perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingt bahwa sebagian besar
kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia). Dua peristiwa
yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah :
a.
Pada
saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran
darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan
tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses
oksigenasi ulang.
b.
Pernapasan
pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya system pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh
darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Vena
umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara funsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan
3.
Perubahan
Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut
kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360
C. Suhu normal pada neonatus adalah 360 – 370
C. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
a.
Pusat
pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b.
Permukaan
tubuh bayi relative lebih luas
c.
Tubuh
bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d.
Bayi
belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu
disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan
secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah
lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala hipotermia:
a.
Sejalan
dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
b.
Pernapasan
megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
c.
Timbul
sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
d.
Muka
bayi berwarna merah terang
e.
Hipotermia
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan
kematian.
Mekanisme
terjadinya Hipotermia. Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan
suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:
a.
Radiasi yaitu panas tubuh bayi memancar
kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat
yang dingin.
b.
Evaporasi yaitu cairan/ air ketuban yang
membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban.
c.
Konduksi yaitu pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal :
popok/celana basah tidak langsung diganti.
d.
Konveksi yaitu hilangnya panas tubuh bayi
karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela
terbuka.
4.
Perubahan
Sistem Metabolisme
Untuk
memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan gula
darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a.
Melalui
penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat
mungkin setelah lahir).
b.
Melalui
penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
c.
Melalui
pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama
bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami
hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat
penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan
glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup
bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak
bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan,
hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin merupakan resiko utama,
karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas
meliputi : kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai
dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa
gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan yang
meluas di seluruh sel-sel otak.
5.
Perubahan
Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru
lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc
untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang
sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi ASI on demand.
Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi
dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang
efisien dalam mempertahankan air disbanding orang dewasa, sehingga menyebabkan
diare yang lebih serius pada neonatus.
6.
Perubahan
Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut contoh kekebalan alami meliputi:
a.
Perlindungan
oleh kulit membrane mukosa.
b.
Fungsi
saringan saluran napas.
c.
Pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d.
Perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel
darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada
bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir
yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan
sampai awal kehidupan anak.
Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini,
bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap
infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu, pencegahan terhadap
mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini
terutama kolostrum) dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.
F.
Pemantauan
Bayi Baru Lahir
Tujuan
pemantauan bayi baru lahir untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak
dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
1.
Dua jam pertama setelah lahir
Hal yang dinilai waktu pemantauan
bayi pada jam pertama sesudah lahir:
a.
Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b.
Bayi tampak aktif
c.
Bayi kemerahan atau biru
2.
Sebelum penolong persalinan meninggalkan
ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan
pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut seperti:
a.
Bayi kecil untuk masa kehamilan atau
bayi kurang bulan
b.
Gangguan pernafasan
c.
Hipotermia
d.
Infeksi
G.
Yang
Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir
·
Kesadaran dan reaksi terhadap
sekeliling
|
·
Pelu dikenali kurangnya reaksi
terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau
suara mainan.
|
·
Keaktifan
|
·
Bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor
pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila
hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
|
·
Simetri
|
·
Apakah secara keseluruhan badan
seimbang
|
·
Kepala
|
·
Apakah tidak simetris, berupa
tuomor lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang,
sebagai akibat proses kelahiran atau tuomor lunak hanya dibelahan kiri atau
kanan saja atau disisi kiri dan kanan tetapi tidak melampau garis tengah bujur
kepala. Ukur lingkar kepala.
|
·
Muka Wajah
|
·
Bayi tanpa ekspresi
|
·
Mata
|
·
Diperhatikan adanya tanda-tanda
perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
|
·
Mulut
|
·
Salivasi tidak terdapat pada bayi
norma. Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan
saluran cerna
|
·
Leher, Dada, Abdomen
|
·
Melihat adanya cedera akibat
persalinan
|
·
Punggung
|
·
Adakah benjolan tuomor pada
tulang punggung dengan lakukan yang kurang sempurna.
|
·
Bahu, tangan, sendi, tungkai
|
·
Perlu diperhatikan bentuk,
geraknya, fraktur, parises
|
·
Kulit dan Kuku
|
·
Dalam keadaan normal kulit
berwarna kemerahan. Kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,
pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan.
|
·
Kelancaranmenghisap dan
pencernaan
|
·
Harus diperhatikan
|
·
Tinja dan Kemih
|
·
Diharapkan keluar dalam 24 jam
pertama
|
·
Refleks
|
·
Refleks rooting, bayi
menolehkearah benda yang menyentuh pipi
·
Refleks menghisap, terjadi
apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai reflex menelan
·
Refleks moro, timbulnya
pergerakkan tangan yang simetris apabila digerakkan
·
Refleks mengeluarkan lidah,
terjadi apabila diletakkan benda
didalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/makanan.
|
·
Berat Badan
|
·
Sebaiknya tiap hari dipantau.
Penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukkan
kekurangan cairan.
|
H.
Penilaian
Bayi Untuk Tanda-Tanda Kegawatan
Semua
bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang
menunjukkan suatu penyakit. Tanda-tanda bayi sakit berat, meliputi:
1.
Sulit minum
2.
Sianosis sentral (lidah baru)
3.
Perut kembung
4.
Periode Apneu
5.
Kejang/ periode kejang-kejang kecil
6.
Merintih
7.
Perdarahan
8.
Sangat kuning
9.
Berat badan lahir < 1500 gram
I.
Skoring APGAR bayi baru lahir
Skor
Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah metode yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai
sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru
lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli
anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti
bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Skor
Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima
kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria
tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata
"Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari
Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung,
respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah
menghafal.
Lima kriteria Skor Apgar:
Nilai 0
|
Nilai 1
|
Nilai 2
|
Akronim
|
|
Warna kulit
|
seluruhnya biru
|
warna kulit tubuh, tangan, dan
kaki
normal merah muda, tidak ada sianosis |
Appearance
|
|
tidak ada
|
<100 kali/menit
|
>100 kali/menit
|
Pulse
|
|
Respons refleks
|
tidak ada respons stimulasi
|
meringis/ menangis lemah ketika
distimulasi
|
meringis/bersin/ batuk saat
stimulasi saluran napas
|
Grimace
|
lemah/ tidak ada
|
sedikit gerakan
|
bergerak aktif
|
Activity
|
|
Pernapasan
|
tidak ada
|
lemah atau tidak teratur
|
menangis kuat, pernapasan baik dan
teratur
|
Respiration
|
Tes
ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah
|
Interpretasi
|
Catatan
|
7-10
|
Bayi normal
|
|
4-6
|
Agak rendah
|
Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen
untuk membantu bernapas.
|
0-3
|
Sangat rendah
|
Memerlukan tindakan medis yang
lebih intensif
|
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan
bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan
akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor
pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya
(10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami
kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko
kecil tapi signifikan akan kerusakan
otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar
adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut
membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didesain
untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
J.
Peran Bidan Dalam melakukan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir :
1.
Pelayanan
neonatus serta tatalaksana yang dapat dilakukan,meliputi :
a.
Pertolongan
persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
b.
Menjaga
tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
c.
Membersihkan
jalan nafas,mempertahankan bayi bernafas spontan
d.
Pemberian
asi dini dalam 30 menit setelah melahirkan
e.
Mencegah
infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara
higienis, pemberian imunisasi dan pemberian asi eksklusif.
2.
Pemeriksaan
dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari
3.
Penyuluhan
kepada ibu tentang pemberian asi eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan
makanan pendamping asi (mpasi) untuk bayi di atas 6 bulan.
4.
Pemantauan
tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui
deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.
5.
Pemberian
obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan, sepanjang sesuai dengan
obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes RI. 2002. “Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga”.
Depkes
Judha
M, Sudarti. 2012. “Asuhan Pertumbuhan
Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita”. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1987. ”Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana”. EGC: Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinobsis
Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid 1”. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 1997. ”Ilmu
Kebidanan”. Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2000. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bidan Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar